[2] Kecuali shalat magrib, dan pengecualian ini tidak disebutkan karena sudah jelas.
Home » Archives for 04/17/13
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Shalat Qashar Bab 1: Keterangan-Keterangan Perihal Mengqashar Shalat dan Berapa Jarak Jauhnya Boleh Mengqashar Shalat
Posted by Unknown on Rabu, 17 April 2013
[2] Kecuali shalat magrib, dan pengecualian ini tidak disebutkan karena sudah jelas.
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Sujud Al-Qur'an (Sujud Tilawah) Bab 11: Orang yang Tidak Mendapatkan Tempat Bersujud Disebabkan Sesaknya Tempat
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Sujud Al-Qur'an (Sujud Tilawah) Bab 10: Orang yang Membaca Ayat Sajdah dalam Shalat Lalu Ia Melakukan Sujud Tilawah
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Sujud Al-Qur'an (Sujud Tilawah) Bab 9: Orang yang Berpendapat bahwa Allah Tidak Mewajibkan Sujud Tilawah
Posted by Unknown
Salman[7] berkata, "Bukan untuk ini kami pergi."[8]
Utsman رضي الله عنه berkata, "Sesungguhnya sujud itu hanya bagi orang yang mendengarkannya."[9]
Az-Zuhri berkata, 'Tidak bersujud kecuali dalam keadaan suci. Apabila engkau sujud sedang engkau berada di tempat (tidak naik kendaraan), maka menghadaplah ke kiblat. Tetapi, jika engkau sedang naik kendaraan, maka engkau tidak harus menghadap kiblat. Engkau boleh menghadap ke mana saja wajahmu sedang menghadap."[10]
Saib bin Yazid[11] tidak bersujud meski orang yang bercerita melakukan sujud tilawah.[12]
561. Dari Utsman bin Abdur Rahman at Taimiy dari Rabi'ah bin Abdullah bin Hudair at Taimiy bahwa Abu Bakar berkata, "Rabi'ah adalah termasuk golongan orang-orang yang baik. Persoalan ini adalah persoalan pada waktu Rabi'ah hadir di tempat Umar ibnul-Khaththab, yaitu Umar membaca surah an-Nahl pada hari Jumat Ketika sampai pada ayat sajdah, ia turun bersujud dan orang-orang ikut sujud pula. Demikianlah sehingga ketika datang hari Jumat berikutnya, Umar membaca surah an-Nahl lagi. Tetapi, setelah sampai pada ayat sajdah, ia berkata, 'Wahai manusia, kita melewati ayat sajdah. Barangsiapa yang melakukan sujud (tilawah), berarti dia telah melakukan sesuatu yang benar. Barangsiapa yang tidak bersujud, maka tidak berdosa.' Umar sendiri tidak melakukan sujud tilawah."
562. Nafi' menambahkan dari Ibnu Umar, "Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan mengerjakan sujud itu, melainkan kalau kita mau melakukan."[13]
[6] Yakni tidak bermaksud mendengarkan ayat sajdah, maka apakah saya wajib sujud tilawah? Imron menjawab, "Kalau ia duduk karena hendak mendengarkannya dan hanya bermaksud begitu, maka ia tidak berkewajiban melakukan apa-apa (sujud tilawah)." Maka, bagaimana kalau ia mendengarnya bersama-sama? Nah, inilah makna perkataannya, "Bagaimana pendapatmu dst."
[7] Di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq (5509) dari jalan Abu Abdur Rahman as-Sulami darinya dengan lafal yang mirip dengannya, dan isnadnya adalah sahih. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (2/5) dan lafal itu adalah lafalnya.
[8] Yakni kami tidak memaksudkannya hingga kami sujud.
[9] Di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq (5506) dan Ibnu Abi Syaibah (2/5) dan sanadnya sahih dari Utsman.
[10] Di-maushul-kan oleh Abdullah bin Wahb dengan sanad sahih dari Zuhri.
[11] Saya tidak mendapatkan ke-maushul-an riwayat ini.
[12] Yaitu orang yang menceritakan berita-berita dan nasihat-nasihat kepada orang banyak, dan tidak bermaksud membaca Al-Qur'an.
[13] Yakni kita tidak bersujud kecuali kalau kita menghendaki. Ini sebagai dalil yang menunjukkan tidak wajibnya sujud tilawah, karena tidak digunakan kata "mewajibkan/diwajibkan", melainkan kalau "menghendaki", sehingga hukumnya tidak wajib.
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Sujud Al-Qur'an (Sujud Tilawah) Bab 8: Berdesak-desaknya Manusia Ketika Imam Membaca Surah yang di Dalamnya Ada Ayat Sajdah
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Sujud Al-Qur'an (Sujud Tilawah) Bab 7: Orang Bersujud karena Sujudnya Orang Membaca
Posted by Unknown
[4] Yakni kami ikuti, karena kami melakukan sujud tilawah disebabkan bacaanmu.
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Sujud Al-Qur'an (Sujud Tilawah) Bab 6: Bersujud dalam Surah "Idzas Samaa-un Syaqqat"
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Sujud Al-Qur'an (Sujud Tilawah) Bab 5: Orang yang Membaca Ayat Sajdah Dan Ia Tidak Melakukan Sujud (Tilawah)
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Sujud Al-Qur'an (Sujud Tilawah) Bab 4: Sujudnya Orang-Orang Islam Bersama Orang-Orang Musyrik, Padahal Orang Musyrik Itu Tidak Berwudhu
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Sujud Al-Qur'an (Sujud Tilawah) Bab 3: Sujud dalam Surah an-Najm
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Sujud Al-Qur'an (Sujud Tilawah) Bab 2: Sujud dalam Surah Shaad
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Sujud Al-Qur'an (Sujud Tilawah) Bab 1: Sujud dalam Surah Tanzil as-Sajdah
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 19: Mengeraskan Suara Ketika Membaca dalam Shalat Gerhana.
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 18: Rakaat Pertama dalam Shalat Gerhana Itu Lebih Panjang
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 17: Shalat pada Waktu Terjadi Gerhana Bulan
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 16: Ucapan Imam dalam Khutbah Gerhana dengan Mengatakan, "Amma Ba'du"
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 15: Berdoa pada Waktu Terjadi Gerhana
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 14: Berzikir pada Waktu Terjadi Gerhana
Posted by Unknown
555. Abu Musa berkata, "Terjadi gerhana matahari, lalu Nabi berdiri dengan terkejut, takut kiamat terjadi. Kemudian beliau datang ke masjid, lalu melakukan shalat dengan berdiri lama, ruku dan sujud yang pernah saya lihat yang beliau lakukan. Beliau bersabda, 'Tanda-tanda yang dikirimkan oleh Allah ini bukan karena meninggalnya seseorang. Tetapi, Allah menakut-nakuti hamba-Nya dengannya. Apabila kamu melihat sedikit saja darinya, maka berlindunglah dengan berzikir (ingat) kepada Allah, berdoa dan memohon ampunan-Nya.'"
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 13: Matahari (dan Juga Bulan) Tidak Gerhana karena Kematian atau Kehidupan Seseorang
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 12: Shalat Gerhana di Dalam Masjid
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 11: Orang yang Suka Memerdekakan Hamba Sahaya Ketika Ada Gerhana Matahari
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 10: Shalatnya Kaum Wanita Bersama Kaum Lelaki dalam Mengerjakan Shalat Gerhana
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 9: Shalat Gerhana dengan Berjamaah
Posted by Unknown
[8] Al-Hafizh berkata, "Saya tidak menjumpainya yang maushul."
[9] AI-Hafizh berkata, "Boleh jadi ini merupakan kelanjutan dari riwayat Ali tersebut. Ibnu Abi Syaibah telah meriwayatkan yang semakna dengannya dari lbnu Umar."
[10] Dalam riwayat Muslim, "Kami melihat engkau menahan napas."
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 8: Lamanya Sujud dalam Shalat Gerhana
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 7: Memohon Perlindungan kepada Allah dari Siksa Kubur dalam Shalat Gerhana
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 6: Sabda Nabi, "Allah Menakut-nakuti Hamba-Hambanya dengan Gerhana"
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 5: Apakah Dikatakan, "Kasafat" atau "Khasafat asy-syamsu", Sedangkan Allah Berfirman, "Wa Khasafal Qamar"
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 4: Khotbah Imam pada Waktu Shalat Gerhana Aisyah dan Asma' berkata, "Nabi berkhotbah."[2]
Posted by Unknown
[3] Yakni, dari mengantar jenazah. Dan yang menyebabkan beliau naik kendaraan itu ialah kematian putra beliau Ibrahim.
[4] Yakni, di rumah-rumah istri beliau صلی الله عليه وسلم, dan rumah-rumah itu menempel di masjid.
[5] Di-maushul-kan oleh Muslim di dalam Shahih-nya dari Katsir, dan Imam Bukhari me-maushul-kan hadits ini secara marfu darinya dari beberapa jalan lain dari Ibnu Abbas, dan akan disebutkan pada nomor 672.
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 3: Berseru dengan, "Ashshalaatu jaami'ah"[ 1 ] pada Waktu Shalat Gerhana
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 2: Memberikan Sedekah pada Waktu Terjadi Gerhana
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Kusuf (Gerhana) Bab 1: Shalat Sunnah pada Waktu Terjadi Gerhana Matahari
Posted by Unknown
548. Abu Mas'ud berkata, "Nabi bersabda, 'Sesungguhnya matahari dan bulan tidak gerhana karena meninggal (dan hidupnya 4/76) seseorang. Tetapi, keduanya adalah dua dari tanda-tanda dari kebesaran Allah. Apabila kamu melihatnya, maka berdirilah untuk mengerjakan shalat gerhana.'"
549. Ibnu Umar mengatakan bahwa ia memberi kabar dari Rasulullah, bahwa matahari dan bulan tidak gerhana karena meninggal dan hidupnya seseorang. Tetapi, keduanya adalah tanda-tanda kekuasan Allah. Apabila kamu melihatnya, maka shalat gerhanalah.
550. Al-Mughirah bin Syubah berkata, "Terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah pada hari meninggalnya Ibrahim. Orang mengatakan, 'Matahari gerhana karena meninggalnya Ibrahim.' Lalu Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya matahari dan bulan (adalah dua dari tanda tanda kebesaran Allah 2/30). Keduanya tidak gerhana karena meninggal atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihatnya, maka shalatlah (gerhana) dan berdoalah kepada Allah sehingga ia menjadi cerah kembali.'"
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 28: Tiada Seorang Pun yang Mengetahui Kapan Datangnya Hujan Kecuali Allah
Posted by Unknown
[7] Dengan tambahan ini, maka urusan tersebut menjadi enam macam. Hal ini merupakan sesuatu yang rumit, dan bukan kerumitan pada asal-usulnya, karena pokok yang ketiga tidak disebutkan. Akan tetapi, keenam urusan ini dikompromikan dalam riwayat Ahmad (2/52) untuk menegaskan kemusykilannya. Karena itu, ada kemungkinan urusan atau pokok masalah yang pertama ini merupakan sesuatu yang syadz 'ganjil' karena tidak disebutkan di dalam ayat tersebut, dan tidak disebutkan dalam kebanyakan riwayat hadits pada penyusun (Imam Bukhari) dan Imam Ahmad (2/24,58,122). Wallahu a'lam.
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 27: Firman Allah, "Kamu (mengganti) rezeki yang Allah berikan dengan mendustakan (Allah)." (al-Waa'qiah: 82)
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 26: Apa yang Diucapkan Jika Terjadi Gempa Bumi dan Ayat-Ayat (Tanda Kekuasan) Allah
Posted by Unknown
544. Ibnu Umar berkata, "Nabi berdoa, 'Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.' Mereka berkata, Terhadap Najd kami.'[4] Beliau berdoa, 'Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.' Mereka berkata, 'Dan Najd kami.' Beliau berdoa, 'Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.' Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, 'Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.'"
545. Zaid bin Khalid al Juhani berkata, "Kami keluar bersama Rasulullah pada tahun Hudaibiah, lalu kami ditimpa hujan pada suatu malam. Kemudian (5/62) Rasulullah menunaikan shalat subuh bersama kami di Hudaibiah pada bekas hujan yang turun semalam. Ketika selesai, beliau menghadap orang banyak dengan wajahnya seraya bersabda, 'Apakah kalian tahu apa yang difirmankan Tuhan kalian?' Mereka berkata, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.' Beliau bersabda, 'Allah berfirman, 'Di antara hamba-hamba Ku ada orang yang beriman kepada Ku dan ada yang orang kafir kepada-Ku. Adapun orang yang berkata, 'Telah diturunkan hujan kepada kami sebab anugerah dan rezeki Allah serta rahmat Nya,' maka orang yang berkata demikian adalah orang yang beriman kepada-Ku dan mengkufuri bintang. Ada pun orang yang mengatakan, 'Telah diturunkan hujan kepada kami karena bintang ini dan ini,' maka orang yang berkata begini adalah kafir terhadap Aku, dan beriman kepada bintang.'"
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 25: Sabda Nabi, "Aku Diberi Pertolongan dengan Adanya Angin Timur"
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 24: Apabila Angin Bertiup Kencang
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 23: Orang yang Berhujan-Hujan Sehingga Airnya Menetes Ke Janggutnya
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 22: Apa yang Diucapkan Apabila Hujan Turun
Posted by Unknown
540. Aisyah mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم apabila melihat hujan, beliau berdoa:
"Ya Allah, jadikanlah hujan yang bermanfaat"
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 21: Imam Mengangkat Tangannya dalam Shalat Istisqa'
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 20: Orang-Orang Mengangkat Tangan Bersama Imam Ketika Berdoa di Dalam Shalat Istisqa'
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 19: Menghadap Kiblat dalam Shalat Istisqa'
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 18: Memohon Hujan di Mushalla
Posted by Unknown
Riyadhus Shalihin -Imam An-Nawawi- Bab 3: Sabar No 35
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 17: Shalat Istisqa' Dua Rakaat
Posted by Unknown
Riyadhus Shalihin -Imam An-Nawawi- Bab 3: Sabar No 33
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 16: Bagaimana Nabi Membalikkan Punggungnya dan Membelakangi Orang Banyak
Posted by Unknown
Riyadhus Shalihin -Imam An-Nawawi- Bab 3: Sabar No 32
Posted by Unknown
Riyadhus Shalihin -Imam An-Nawawi- Bab 3: Sabar No 31
Posted by Unknown
Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Wanita itu menangisi anak kecilnya - yang mati."
Jadi kalau sesudah sehari atau dua hari baru ia mengatakan: "Aku sekarang sudah berhati sabar tertimpa mushibah yang kemarin itu," maka ini bukannya sabar pada pertama kali, sebab sudah terlambat.
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 15: Mengeraskan Bacaan dalam Shalat Istisqa'
Posted by Unknown
Riyadhus Shalihin -Imam An-Nawawi- Bab 3: Sabar No 30
Posted by Unknown
Kemudian raja itu mengirimkan padanya seorang anak untuk diajarinya. Anak ini di tengah perjalanannya apabila seseorang rahib -pendeta Nasrani - berjalan di situ, iapun duduklah padanya dan mendengarkan ucapan-ucapannya. Apabila ia telah datang di tempat penyihir - yakni dari pelajarannya, iapun melalui tempat rahib tadi dan terus duduk di situ - untuk mendengarkan ajaran-ajaranTuhan yang disampaikan olehnya. Selanjutnya apabila dating di tempat penyihir, iapun dipukul olehnya - kerana kelambatan datangnya. Hal yang sedemikian itu diadukan oleh anak itu kepada rahib, lalu rahib berkata: "Jikalau engkau takut pada penyihir itu, katakanlah bahwa engkau ditahan oleh keluargamu dan jikalau engkau takut pada keluargamu, maka katakanlah bahwa engkau ditahan oleh penyihir."
Pada suatu ketika di waktu ia dalam keadaan yang sedemikian itu, lalu tibalah ia di suatu tempat dan di situ ada seekor binatang yang besar dan menghalang-halangi orang banyak - untuk berlalu di jalanan itu. Anak itu lalu berkata: "Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah pendeta itu yang lebih baik?" Iapun lalu mengambil sebuah batu kemudian berkata: "Ya Allah, apabila perkara pendeta itu lebih dicintai di sisiMu daripada perkara penyihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang- orang banyak dapat berlalu."
Selanjutnya binatang itu dilemparnya dengan batu tadi, kemudian dibunuhnya dan orang-orang pun berlalulah. Ia lalu mendatangi rahib dan memberitahukan hal tersebut. Rahib itupun berkata: "Hai anakku, engkau sekarang adalah lebih mulia daripadaku sendiri. Keadaanmu sudah sampai di suatu tingkat yang saya sendiri dapat memakluminya.Sesungguhnya engkau akan terkena cobaan, maka jikalau engkau terkena cobaan itu, janganlah menunjuk kepadaku."
Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan berpenyakit lepra serta dapat mengobati orang banyak dari segala macam penyakit. Hal itu didengar oleh kawan seduduk - yakni sahabat karib - raja yang telah menjadi buta. Ia datang pada anak itu dengan membawa beberapa hadiah yang banyak jumlahnya, kemudian berkata: "Apa saja yang ada di sisimu ini adalah menjadi milikmu, apabila engkau dapat menyembuhkan aku." Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun, hanyasanya Allah Ta'ala yang dapat menyembuhkannya. Maka jikalau Tuan suka beriman kepada Allah Ta'ala, saya akan berdoa kepada Allah, semoga Dia suka menyembuhkan Tuan.
Kawan raja itu lalu beriman kepada Allah Ta'ala, kemudian Allah menyembuhkannya. Ia lalu mendatangi raja terus duduk di dekatnya sebagaimana duduknya yang sudah-sudah. Raja kemudian bertanya: "Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu itu?" Maksudnya: Siapakah yang menyembuhkan butamu itu? Kawannya itu menjawab: "Tuhanku." Raja bertanya: "Adakah engkau mempunyai Tuhan lain lagi selain dari diriku?" Ia menjawab: "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah." Kawannya itu lalu ditindak oleh raja tadi dan terus-menerus diberikan siksaan padanya, sehingga kawannya itu menunjuk kepada anak yang menyebabkan kesembuhannya. Anak itupun didatangkan.
Raja berkata padanya: "Hai anakku, kiranya sihirmu sudah sampai ke tingkat dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit lepra dan engkau dapat melakukan ini dan dapat pula melakukan itu." Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan seseorangpun, hanyasanya Allah Ta'ala jualah yang menyembuhkannya." Anak itupun ditindaknya, dan terus-menerus diberikan siksaan padanya, sehingga ia menunjuk kepada pendeta. Pendetapun didatangkan, kemudian kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu!" Maksudnya supaya meninggalkan agama Nasrani dan beralih menyembah raja dan patung- patung.
Pendeta itu enggan mengikuti perintahnya. Raja meminta supaya diberi gergaji, kemudian diletakkanlah gergaji itu di tengah kepalanya. Kepala itu dibelahnya sehingga jatuhlah kedua belahan kepala tersebut. Selanjutnya didatangkan pula kawan seduduk raja dahulu itu, lalu kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu itu!" Iapun enggan menuruti perintahnya. Kemudian diletakkan pulalah gergaji itu di tengah kepalanya lalu dibelahnya, sehingga jatuhlah kedua belahannya itu. Seterusnya didatangkan pulalah anak itu. Kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu." lapun menolak ajakannya. Kemudian anak itu diberikan kepada sekeIompok sahabatnya lalu berkata: "Pergilah membawa anak ini ke gunung ini atau itu, naiklah dengannya ke gunung itu.
Jikalau engkau semua telah sampai di puncaknya, maka apabila anak ini kembali dari agamanya, bolehlah engkau lepaskan, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ia dari atas gunung itu." Sahabat- sahabatnya itu pergi membawanya, kemudian menaiki gunung, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Kemudian gunung itupun bergerak keras dan orang-orang itu jatuhlah semuanya. Anak itu lalu berjalan menuju ke tempat raja. Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka. Anak tersebut terus diberikan kepada sekelompok sahabat-sahabatnya yang lain lagi dan berkata: "Pergilah dengan membawa anak ini daiam sebuah tongkang dan berlayarlah sampai di tengah lautan. Jikalau ia kembali dari agamanya - maka lepaskanlah ia, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ke lautan itu." Orang-orang bersama-sama pergi membawanya, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu."
Tiba-tiba tongkang itu terbalik, maka tenggelamlah semuanya. Anak itu sekali lagi berjalan ke tempat raja. Rajapun berkatalah: "Apakah yang dikerjakan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka." Selanjutnya ia berkata pula pada raja: "Tuan tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan suka melakukan apa yang kuperintahkan." Raja bertanya: "Apakah itu?" Ia menjawab: "Tuan kumpulkan semua orang di lapangan menjadi satu dan Tuan salibkan saya di batang pohon, kemudian ambillah sebatang anak panah dari tempat panahku ini, lalu letakkanlah anak panah itu pada busurnya, lalu ucapkanlah: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini," terus lemparkanlah anak panah itu. Sesungguhnya apabila Tuan mengerjakan semua itu, tentu Tuan dapat membunuhku."
Raja mengumpulkan semua orang di suatu padang luas. Anak itu disalibkan pada sebatang pohon, kemudian mengambil sebuah anak panah dari tempat panahnya, lalu meletakkan anak panah di busur, terus mengucapkan: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini." Anak panah dilemparkan dan jatuhlah anak panah itu pada pelipis anak tersebut. Anak itu meletakkan tangannya di pelipisnya, kemudian meninggal dunia.
Orang-orang yang berkumpul itu sama berkata: "Kita semua beriman kepada Tuhannya anak ini." Raja didatangi dan kepadanya dikatakan: "Adakah Tuan mengetahui apa yang selama ini Tuan takutkan? Benar-benar, demi Allah, apa yang Tuan takutkan itu telah tiba - yakni tentang keimanan seluruh rakyatnya. Orang-orang semuanya telah beriman."
Raja memerintahkan supaya orang-orang itu digiring di celah-celah bumi - yang bertebing dua kanan-kiri - yaitu di pintu lorong jalan. Celah-celah itu dibelahkan dan dinyalakan api di situ, Ia berkata: "Barangsiapa yang tidak kembali dari agamanya, maka lemparkanlah ke dalam celah-celah itu," atau dikatakan: "Supaya melemparkan dirinya sendiri ke dalamnya." Orang banyak melakukan yang sedemikian itu - sebab tidak ingin kembali menjadi kafir dan musyrik lagi, sehingga ada seorang wanita yang datang dengan membawa bayinya. Wanita ini agaknya ketakutan hendak menceburkan diri ke dalamnya. Bayinya itu lalu berkata: "Hai ibunda, bersabarlah, kerana sesungguhnya ibu adalah menetapi atas kebenaran." (Riwayat Muslim)
Dzirwatul jabal artinya puncaknya gunung. Ini boleh dibaca dengan kasrahnya dzal mu'jamah atau dhammahnya. Alqurquur dengan didhammahkannya kedua qafnya, adalah suatu macam dari golongan perahu. Ashsha'id di sini artinya bumi yang menonjol (bukit). Alukhduud ialah beberapa belahan di bumi seperti sungai kecil. Adhrama artinya menyalakan. Inkafa-at artinya berubah. Taqaa-'asat, artinya terhenti atau tidak berani maju dan pula merasa ketakutan.
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 14: Berdoa untuk Turunnya Hujan dengan Berdiri
Posted by Unknown
Riyadhus Shalihin -Imam An-Nawawi- Bab 3: Sabar No 29
Posted by Unknown
Puteri Nabi صلی الله عليه وسلم mengirimkan berita lagi serta bersumpah nadanya supaya beliau suka mendatanginya dengan sungguh-sungguh. Beliau صلی الله عليه وسلم lalu berdiri dan disertai oleh Sa'ad bin Ubadah, Mu'az bin Jabal, Ubai bin Ka'ab dan Zaid bin Tsabit dan beberapa orang lelaki lain radhiallahu 'anhum.
Anak kecil itu lalu disampaikan kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم, kemudian diletakkannya di atas pangkuannya sedang nafas anak itu terengah-engah. Kemudian melelehlah airmata dari kedua mata beliau صلی الله عليه وسلم itu. Sa'ad berkata: "Hai Rasulullah, apakah itu?" Beliau صلی الله عليه وسلم menjawab: "Airmata ini adalah sebagai kesan dari kerahmatan Allah Ta'ala dalam hati para hambaNya."
Dalam riwayat lain disebutkan: "Dalam hati siapa saja yang disukai olehNya daripada hambaNya. Hanya saja Allah itu merah-mati dari golongan hamba-hambaNya yakni orang- orang yang menaruh belas kasihan - pada sesamanya." (Muttafaq 'alaih)
Makna Taqa'qa'u ialah bergerak dan bergoncang keras (berdebar-debar).
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 13: Berdoa Apabila Hujan Terlampau Banyak, Supaya Mengucapkan "Hawaalaina Wa Laa 'Alainaa"
Posted by Unknown
Riyadhus Shalihin -Imam An-Nawawi- Bab 3: Sabar No 28
Posted by Unknown
Selanjutnya setelah beliau صلی الله عليه وسلم wafat, Fathimah berkata: "Aduhai ayahanda, beliau telah memenuhi panggilan Tuhannya. Aduhai ayahanda, syurga Firdaus adalah tempat kediamannya. Aduhai ayahanda, kepada Jibril kita sampaikan berita wafatnya."
Kemudian setelah beliau dikebumikan, Fathimah radhiallahuanha berkata pula: "Hai Anas, mengapa hatimu semua merasa tenang dengan menyebarkan tanah di atas makam Rasulullah صلی الله عليه وسلم itu?"
Maksudnya: Melihat betapa besar kecintaan para sahabat kepada beliau صلی الله عليه وسلم itu tentunya akan merasa tidak sampai hati mereka untuk menutupi makam Rasulullah صلی الله عليه وسلم dengan tanah.
Mendengar ucapan Fathimah رضي الله عنها ini, Anas رضي الله عنه diam belaka dan tentunya dalam hati ia berkata: "Hati memang tidak sampai berbuat demikian, tetapi sudah demikian itulah yang diperintahkan oleh beliau صلی الله عليه وسلم sendiri." (Riwayat Bukhari)
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 12: Apabila Orang-Orang Musyrik Meminta Pertolongan kepada Kaum Muslimin Ketika Terjadi Paceklik atau Kekurangan Makanan
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 11: Apabila Masyarakat Meminta Pertolongan kepada Imam Supaya Meminta Diturunkan Hujan buat Mereka, Maka Imam Jangan Sampai Menolak Permintaan Mereka Itu
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 10: Apa yang Dikatakan bahwa Nabi Tidak Mengubah Posisi Selendangnya Sewaktu Memohon Hujan pada Hari Jumat
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 9: Berdoa Jika Jalan-Jalan Terputus karena Banyaknya Hujan yang Turun
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 8: Orang yang Merasa Cukup Memohon Turunnya Hujan dengan Shalat Jumat
Posted by Unknown
Riyadhus Shalihin -Imam An-Nawawi- Bab 3: Sabar No 27
Posted by Unknown
(Riwayat Muslim)
Riyadhus Shalihin -Imam An-Nawawi- Bab 3: Sabar No 27
Posted by Unknown
Nomor: 27
(Riwayat Muslim)
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 7: Istisqa' di Mimbar
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 6: Istisqa' di dalam Khotbah Jumat Tanpa Menghadap ke Arah Kiblat
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 5: Istisqa' di Masjid Jami'
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 4: Memindahkan atau Membalikkan Selendang di Waktu Mengerjakan Shalat Istisqa'
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 3: Orang-Orang Meminta kepada Imam Supaya Berdoa Memohon Turunnya Hujan di Saat Mereka dalam Keadaan Terputus dan Turunnya Hujan
Posted by Unknown
Dari jalan yang mu'allaq[1] dari Ibnu Umar, ia berkata, "Barangkali saya ingat perkataan seorang penyair ketika saya melihat wajah Rasulullah memohon hujan, dan beliau tidak turun sehingga tiap-tiap saluran (selokan) mengalir, 'Semoga awan putih disiramkan (dijadikan hujan dengan pertolongan) Zat-Nya, untuk menolong anak-anak yatim dan melindungi para janda.' Syair itu adalah perkataan Abu Thalib."
536. Anas bin Malik mengatakan bahwa Umar ibnul-Khaththab رضي الله عنه apabila terjadi kemarau panjang, dia memohon hujan dengan wasilah (perantaraan) Abbas bin Abdul Muthalib, lalu Umar berkata, "Ya Allah, sesungguhnya kami dahulu membuat wasilah (perantaraan) dengan (doa) Nabi-Mu, kemudian Engkau turunkan hujan. Sesungguhnya kami (sekarang) berperantaraan dengan (doa) paman Nabi-Mu, maka berilah kami hujan." Anas berkata, "Lalu mereka diberi hujan."[2]
[2] Pada permulaan hadits terdapat tambahan yang penting pada riwayat al-Ismaili dengan isnad Bukhari hingga Anas, katanya, "Orang-orang ditimpa kekeringan pada masa Nabi, meminta hujan dengan doa beliau. Lalu, beliau memintakan mereka agar diturunkan hujan. Kemudian diturunkan hujan buat mereka. Maka, pada waktu pemerintahan Umar." Lalu Anas melanjutkan hadits itu. Yang dimaksud dengan permohonan hujan mereka kepada Nabi صلی الله عليه وسلم ialah meminta kepada beliau agar mendoakan kepada Allah buat mereka agar Dia menurunkan hujan kepada mereka. Dengan alasan, lafal "Fayastasqii lahum", yakni memohonkan hujan kepada Allah untuk mereka, lalu Allah menurunkan hujan kepada mereka. Kisah Anas pada bab al-Jum'ah di muka merupakan contoh tindakan paling jelas yang menggambarkan hakikat permohonan hujan dan tawasul mereka kepada Nabi صلی الله عليه وسلم untuk memintakan hujan. Demikian pula istisqa' Umar kepada Abbas, bukanlah berperantara minta hujan dengan zat Abbas, melainkan dengan doanya. Hal ini diperkuat oleh hadits Ibnu Abbas, "Umar meminta hujan di mushalla (tanah lapang tempat shalat), lalu ia berkata kepada Abbas, 'Berdirilah dan mintakan hujan. ' Lalu Abbas berdiri seraya mengucapkan, 'Ya Allah, sesungguhnya di sisi-Mu ada awan." Hingga akhir doa. Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq (4913) dengan isnad yang lemah, tetapi al-Hafizh diam saja, barangkali karena banyak syahid 'pendukungnya'. Kalau sudah jelas demikian, maka hadits ini tidak dapat dijadikan dalil untuk memperbolehkan bertawasul (berperantara) dengan orang yang sudah meninggal dunia (mayit). Karena, semua peristiwa di atas adalah merupakan tawasul dengan doa orang yang masih hidup, dan yang demikian ini tidak mungkin terjadi sesudah yang bersangkutan meninggal dunia. Inilah yang menyebabkan Umar bertawasul dengan Abbas (yang masih hidup), bukan dengan Nabi صلی الله عليه وسلم (vang sudah wafat). Ini tidak termasuk bab bertawasul dengan orang yang kurang utama dengan adanya orang yang utama sebagaimana anggapan mereka. Dan yang memperkuat pendapat ini lagi ialah bahwa tidak ada seorang salaf pun yang bertawasul meminta hujan dengan zat Nabi صلی الله عليه وسلم sesudah wafat beliau. Mereka hanya bertawasul meminta hujan dengan doa orang yang hidup, sebagaimana yang dilakukan oleh adh-Dhahhak bin Qais رضي الله عنه ketika ia meminta hujan dengan perantaraan Yazid bin Aswad al-Jarasyi pada zaman pemerintahan Muawiyah رضي الله عنه. Adapun apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah bahwa ada seorang laki-laki datang ke kubur Nabi saw, pada zaman pemerintahan Umar, lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, mintakanlah hujan untuk umatmu karena mereka telah binasa." Kemudian orang itu bermimpi, dan ia mendengar perkataan dalam mimpinya, "Datanglah kepada Umar." "Hingga akhir hadits, maka hadits ini tidak sah sanadnya. Berbeda dengan pemahaman sebagian mereka terhadap perkataan al-Hadits dalam al-Fath, "dengan isnad sahih dari riwayat Abu Shalih as-Samman dari Malikud-Dar", karena isnad yang sahih itu hanya sampai pada Abu Shalih. Sedangkan, sesudah itu tidak demikian. Karena, Malik ini sepengetahuan saya tidak ada seorang pun ahli hadits yang menganggapnya dapat dipercaya, dan Ibnu Abi Hatim memutihkannya (4/1/213). Dan orang yang meminta hujan itu pun tidak diketahui namanya, sehingga dia adalah majhul. Dan penyebutan Saif di dalam kitabnya al-Futuh bahwa orang itu bernama Bilal bin al-Harits al-Muzani salah seorang sahabat, sama sekali tidak dapat dipertanggungjawabkan. Karena Saif ini adalah Ibnu Umar at-Tamimi al-Asadi, dan adz-Dzahabi berkata, "Para ulama hadits meninggalkannya dan menuduhnya sebagai zinddiq."
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 2: Doa Nabi, "Jadikanlah Tahun-Tahun Ini Membawa Bencana kepada Mereka Seperti Tahun-Tahun Paceklik di Zaman Nabi Yusuf."
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Istisqa' Bab 1: Shalat Istisqa' (Yakni Shalat Mohon Turunnya Hujan) dan Keluarnya Nabi untuk Mengerjakannya
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Witir Bab 7: Qunut Sebelum Ruku dan Sesudahnya
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Witir Bab 6: Mengerjakan Shalat Witir di Perjalanan
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Witir Bab 5: Mengerjakan Shalat Witir di Atas Kendaraan
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Witir Bab 4: Hendaklah Seseorang Menjadikan Shalat Witir Sebagai Akhir Shalatnya (di Waktu Malam)
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Witir Bab 3: Nabi Membangunkan Istrinya Supaya Mengerjakan Shalat Witir
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Witir Bab 2: Waktu-Waktu Melakukan Witir
Posted by Unknown
530. Aisyah berkata, "Setiap malam Rasulullah melakukan witir dan witirnya berakhir sampai waktu sahur."
[3] Dalam sebagian naskah disebutkan dengan lafal bi sur'atin 'dengan cepat'. Dan yang dimaksud dengan azan di sini adalah iqamah. Yakni, shalatnya cepat seperti cepatnya orang yang mendengar iqamah untuk shalat (gugup).
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Witir Bab 1: Keterangan-Keterangan Mengenai Shalat Witir 526. Nafi' mengatakan bahwa Abdullah bin Umar shalat antara serakaat dan dua rakaat dalam shalat witir. Sehingga, ia memerintahkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dihajatkan olehnya.
Posted by Unknown
528. Aisyah رضي الله عنها mengatakan bahwa Rasulullah selalu shalat sebelas rakaat. Itulah shalat beliau, maksudnya di malam hari. Lalu beliau sujud selama sekitar salah seorang di antaramu membaca lima puluh ayat sebelum beliau mengangkat kepala. Beliau shalat dua rakaat sebelum shalat subuh. Beliau berbaring pada lambung yang sebelah kanan sehingga muadzin datang untuk (iqamah) shalat (subuh).
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 26: Shalat Sunnah Sebelum dan Sesudah Shalat Hari Raya
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 25: Apabila Terluput dari Shalat Hari Raya dengan Berjamaah, Bolehlah Shalat Dua Rakaat, Begitu Pula Kaum Wanita, Orang yang Ada di Rumah dan di Desa, Mengingat sabda Nabi صلی الله عليه وسلم, "Ini adalah hari raya kita umat Islam."[ 20 ]
Posted by Unknown
Atha' berkata, "Apabila seseorang terluput menunaikan shalat Id (dengan berjamaah), maka hendaklah ia menunaikannya dua rakaat."[23]
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Aisyah yang tersebut pada nomor 508 di muka.")
[21] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah (2/183) yang seperti itu.
[22] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah (2/191) yang sama dengannya dengan sanad sahih.
[23] Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah dan al-Faryabi dengan sanad sahih.
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 24: Orang yang Berbeda Jalan Ketika Pulang pada Hari Raya dari Tempat Shalat
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 23: Pembicaraan Imam dan Orang Banyak dalam Khotbah Hari Raya dan Jika Imam Ditanya Mengenai Sesuatu, dan Ia Sedang Berkhotbah
Posted by Unknown
524. Jundub berkata, "Nabi melakukan shalat Idul Adha, kemudian beliau berkhothah. Sesudah itu beliau menyembelih kurban, lalu bersabda, 'Barangsiapa yang menyembelih kurban sebelum shalat, hendaklah menyembelih lagi yang lain (sesudah shalat) sebagai gantinya. Dan, barangsiapa yang belum menyembelih, hendaklah menyembelih dengan nama Allah.'"
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 22: Menyembelih (Dzabah dan Nahar) pada Hari Raya Kurban di Tempat Shalat
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 21: Menyendirinya Wanita yang Sedang Haid dan Menjauh Sedikit dari Tempat Shalat
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 20: Jika Seorang Wanita Tidak Mempunyai Baju Kurung pada Hari Raya
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 19: Imam Memberikan Nasihat kepada Kaum Wanita pada Hari Raya
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 17: Imam Menghadap Makmum ketika Khutbah Hari Raya
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 16: Keluarnya Anak-Anak ke Tempat Shalat
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 15: Keluarnya Kaum Wanita dan Orang-Orang yang Sedang Haid ke Tempat Shalat
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 14: Membawa Tombak Kecil atau Tombak Biasa di Muka Imam pada Hari Raya
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 13: Shalat dengan Menggunakan Tombak (Sebagai Sutrah) Pada Hari Raya
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 12: Bertakbir Pada Hari-Hari Mina dan Ketika Pergi Ke Arafah
Posted by Unknown
Maimunah biasa bertakbir pada hari nahar (10 Dzulhijjah).[16]
Orang-orang wanita biasa bertakbir di belakang Aban bin Utsman, dan Umar bin Abdul Aziz, pada malam-malam hari tasyrik bersama kaum laki-laki di masjid.[17]
519. Muhammad bin Abu Bakar ats-Tsaqafi berkata, "Saya bertanya kepada Anas bin Malik ketika kami bersama-sama pergi dari Mina ke Arafah, tentang talbiah, 'Bagaimana Anda melakukan bersama Nabi?' Ia menjawab, 'Seseorang membaca talbiah tidak diingkari (oleh Nabi), dan seseorang bertakbir juga tidak diingkari (oleh Nabi).'"
[15] Di-maushul-kan oleh Ibnul Mundzir dan al-Fakihi dalam Akhbaaru Makkah dengan sanad sahih dari Ibnu Umar.
[16] AI-Hafizh berkata, "Saya tidak mendapatinya secara maushul."
[17] Di-maushul-kan oleh Abu Bakar Ibnu Abid Dun-ya dalam Kitab al-Idain. Al-Hafizh berkata, "Hadits Ummu Athiyah dalam bab ini mendahului mereka dalam hal itu."
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 11: Keutamaan Beramal pada Hari-Hari Tasyrik[ 9 ]
Posted by Unknown
Muhammad bin Ali bertakbir di belakang kafilah.[13]
518. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Tidak ada amalan pada hari-hari lain yang lebih utama daripada sepuluh hari ini?" Mereka menjawab, "Tidakkah jihad (lebih utama)?" Beliau bersabda, "Bukan pula jihad, kecuali orang yang keluar dengan mempertaruhkan jiwa dan hartanya, lalu ia tidak kembali dengan sesuatu pun."
[10] Bunyi teks bacaannya ialah "Wayadzkurullaaha fii ayaamin ma'luumaat" atau "Wadzkurullaaha fii ayyaamin ma'duudaat". Yang dimaksudkan oleh Ibnu Abbas bukan bacaannya, tetapi penafsiran kata "ma'duudaat" dan "ma'luumaat".
[11] Di-maushul-kan oleh Abd bin Humaid dari Amr bin Dinar dari Ibnu Abbas.
[12] Al-Hafizh berkata, "Saya tidak mendapatinya secara maushul dari mereka."
[13] Muhammad bin Ali adalah Abu Ja'far al-Baqir, dan di-maushul-kan oleh ad-Daruquthni darinya dalam al-Mu'talif.
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 9: Dimakruhkan Membawa Senjata pada Hari Raya dan ketika Berada di Tanah Suci
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 10: Bersegera Mengerjakan Shalat Hari Raya
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 8: Berkhotbah Sesudah Shalat Hari Raya
Posted by Unknown
Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Dua Hari Raya Bab 7: Berjalan dan Berkendaraan ke Tempat Shalat Hari Raya serta Bab Tidak Adanya Azan dan Iqamah
Posted by Unknown
514. Ibnu Abbas dan Jabir bin Abdullah berkata, 'Tidak diadakan azan pada shalat hari raya Idul Fitri dan tidak pula pada Idul Adha."[6]
515. Jabir bin Abdullah berkata, "Sesungguhnya Nabi berdiri (dan dalam satu riwayat: keluar pada hari Idul Fitri), lalu memulai shalat. Kemudian berkhutbah di muka orang banyak sesudah shalat itu. Setelah Nabi selesai khutbah, beliau turun.[7] Kemudian mendatangi para wanita, memberi nasihat kepada mereka dan pada waktu itu beliau bersandar pada tangan Bilal. Bilal menggelar bajunya dan di baju itulah para wanita itu meletakkan sedekah mereka." Aku (perawi) bertanya kepada Atha', "Zakat pada hari raya Fitri?" Dia menjawab, 'Tidak, tetapi sedekah biasa yang mereka berikan pada waktu itu. Mereka lepas cincin mereka dan mereka lemparkan (ke baju bilal)." Saya bertanya (2/9), "Apakah Anda berpendapat bahwa di zaman kita sekarang ini imam boleh mendatangi kaum wanita, lalu memberi nasihat kepada mereka jika telah selesai shalat dan berkhutbah?" Atha' berkata, "Yang demikian itu sebenarnya adalah hak baginya. Kalau tidak boleh, maka apakah sebabnya tidak boleh mengerjakan demikian?"
[6] Hadits Ibnu Abbas akan disebutkan sebentar lagi pada nomor 520, karena itu di sini tidak saya beri nomor tersendiri.
[7] Nabi صلی الله عليه وسلم tidak pernah khutbah Id di atas mimbar sebagaimana ditunjuki hadits Abu Sa'id di muka tadi. Kemungkinan beliau berada di tempat yang tinggi, kemudian turun. Wallahu a'lam.