HADIST DHOIF NO 82 Seputar Ramadhan #17 Salah satu kebiasaan baik orang yang shaum adalah besiwak.

Posted by Unknown on Sabtu, 27 April 2013


 “Salah satu kebiasaan baik orang yang shaum adalah besiwak.”

Ditakhrij oleh Imam Ibnu Majah no. 1677, Ad Daruquthni II/203 dari Aisyah. Syaikh Al Albani menilainya sebagai hadits dhaif dalam Dhaiful Jamie Ash Shagier wa Ziyadah, 5299.


More aboutHADIST DHOIF NO 82 Seputar Ramadhan #17 Salah satu kebiasaan baik orang yang shaum adalah besiwak.

HADIST DHOIF NO 80 Seputar Ramadhan #15 Janganlah memakai celak di siang hari padahal kamu sedang shaum

Posted by Unknown


 “Janganlah memakai celak di siang hari padahal kamu sedang shaum.”

Ditakhrij oleh Imam Al Baihaqi IV/262. Abu Daud no. 2377 dengan lafadz yang berbeda. Imam Abu Daud sendiri berkata, “Yahya bin Main berkata, “Hadits ini munkar.”

More aboutHADIST DHOIF NO 80 Seputar Ramadhan #15 Janganlah memakai celak di siang hari padahal kamu sedang shaum

HADIST DHOIF NO 81 Seputar Ramadhan #16 Sesungguhnya hambaKu yang paling Aku cintai adalah yang paling bersegera berbuka shaum.

Posted by Unknown



 “Allah Azza wa Jalla berfirman, “Sesungguhnya hambaKu yang paling Aku cintai adalah yang paling bersegera berbuka shaum.”

Ditakhrij oleh Imam Ahmad II/329, At Tirmidzi no.700 dan Ibnu Khuzaimah III/273, Ibnu Hibban no. 3507 dan Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra IV/237 dari Abu Hurairah.

Syaikh Al Albani menilai hadits ini lemahdalam buku-buku beliau yang meneliti buku-buku “As Sunan”. Demikian pula Syaikh Sulaiman Al Ulwan dalam Syarhnya untuk Sunan At Tirmidzi. Ada riwayat yan lebih shahih dari Imam Bukhori yang artinya, “Seorang hamba senantiasa berada dalam kebaikan selagi menyegerakan buka.”(Hadits no. 1957)

More aboutHADIST DHOIF NO 81 Seputar Ramadhan #16 Sesungguhnya hambaKu yang paling Aku cintai adalah yang paling bersegera berbuka shaum.

HADIST DHOIF NO 78 Seputar Ramadhan #13 “Nabi SAW jika melihat hilal awal bulan beliau mengucapkan. “Allahuma ahlihu ‘alaina bil yumni wal iman, wassalamata wal islam. Rabbi wa rabbukallah.”

Posted by Unknown


“Nabi SAW jika melihat hilal awal bulan beliau mengucapkan. “Allahuma ahlihu ‘alaina bil yumni wal iman, wassalamata wal islam. Rabbi wa rabbukallah.”

Ditakhrij oleh Imam At Tirmidzi no. 3451, Imam Ahmad I/142, Ad Darimi no. 1695 dari Thalhah bin Ubaidillah. Hadits ini dinilai lemah. Imam Al Uqailiy menyatakan bahwa hadits-hadits tentang doa melihat hilal sanadnya banyak yang lemah (Adh Dhua’afa’ II/135). Pernyataan senada diungkapkan Imam Abu Daud dalam keterangan hadits no. 5095.

More aboutHADIST DHOIF NO 78 Seputar Ramadhan #13 “Nabi SAW jika melihat hilal awal bulan beliau mengucapkan. “Allahuma ahlihu ‘alaina bil yumni wal iman, wassalamata wal islam. Rabbi wa rabbukallah.”

HADIST DHOIF NO 79 Seputar Ramadhan #14 Dinamakan Ramadhan karena bulan ini mengeringkan dosa. Dan sesungguhnya di bulan Ramadhan ada tiga malam yang baragsiapa kehilagan malam-malam itu maka ia kehilangan kebaikan yang banyak; malam ke Sembilan belas, malam ke dua puluh satu dan malam terakhir selain lailatul Qodar, barangsiapa yang tidak terampuni pada bula Ramadhan maka pada bulan mana lagi dia bisa terampuni?

Posted by Unknown


“Dinamakan Ramadhan karena bulan ini mengeringkan dosa. Dan sesungguhnya di bulan Ramadhan ada tiga malam yang baragsiapa kehilagan malam-malam itu maka ia kehilangan kebaikan yang banyak; malam ke Sembilan belas, malam ke dua puluh satu dan malam terakhir selain lailatul Qodar, barangsiapa yang tidak terampuni pada bula Ramadhan maka pada bulan mana lagi dia bisa terampuni?”

Ditakhrij oleh Imam Ad Dailami II/60 dari Anas bin Malik. Di dalam sanadnya terdapat Ziyad bin Maimun yang dikatakan oleh Al’ Ala’I dengan “Pendusta yag membuat banyak hadits palsu.” (Jamiut Tahsil fi Ahkamil Marasil no. 208). Imam Asy Syaukani juga menilainya sebagai hadits maudhu’ dalam Fawaid hal 91.

More aboutHADIST DHOIF NO 79 Seputar Ramadhan #14 Dinamakan Ramadhan karena bulan ini mengeringkan dosa. Dan sesungguhnya di bulan Ramadhan ada tiga malam yang baragsiapa kehilagan malam-malam itu maka ia kehilangan kebaikan yang banyak; malam ke Sembilan belas, malam ke dua puluh satu dan malam terakhir selain lailatul Qodar, barangsiapa yang tidak terampuni pada bula Ramadhan maka pada bulan mana lagi dia bisa terampuni?

HADIST DHOIF NO 76 Seputar Ramadhan #11 “Shaum itu bisa menjadi perisai selagi tidak dilubangi dengan dusta atau menggunjing.”

Posted by Unknown


 “Shaum itu bisa menjadi perisai selagi tidak dilubangi dengan dusta atau menggunjing.”

Ditakhrij oleh Ibnu Adi III/192, At Thabrani dalam Al Ausath no. 4673 dari Abu Hurairah. Hadits ini dinilai lemah oleh Al Haitsami III/400 dan Al Munawi dalam Faidhul Qadir IV/329. Syaikh Al Albani menyatakan hadits ini dhaif jiddan atau sangat lemah, dalam As silsilah Adh Dha’ifah III/631. Meskipun ada hadits semakna yang dinilai shahih.

More aboutHADIST DHOIF NO 76 Seputar Ramadhan #11 “Shaum itu bisa menjadi perisai selagi tidak dilubangi dengan dusta atau menggunjing.”

HADIST DHOIF NO 77 Seputar Ramadhan #12 “Orang yang sengaja berbuka satu hari di bulan Ramadhan tanpa ada keringanan atau sakit, dia tidak akan bisa mengqadha’-nya meski dengan shaum satu tahun.”

Posted by Unknown


“Orang yang sengaja berbuka satu hari di bulan Ramadhan tanpa ada keringanan atau sakit, dia tidak akan bisa mengqadha’-nya meski dengan shaum satu tahun.”

Diriwayatkan oleh At tirmidzi no. 723, Abu Daud no. 2396 dan Ibnu Majah 1672 dengan lafadz yang mirip dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani menilai hadits ini lemah dalam buku-buku beliau yang meneliti buku-buku “As Sunan”. Demikian pula Syaikh Sulaiman Al Ulwan dalam Syarahnya untuk Sunan At Tirmidzi.

More aboutHADIST DHOIF NO 77 Seputar Ramadhan #12 “Orang yang sengaja berbuka satu hari di bulan Ramadhan tanpa ada keringanan atau sakit, dia tidak akan bisa mengqadha’-nya meski dengan shaum satu tahun.”

HADIST DHOIF NO 74 Seputar Ramadhan #9 “Sesungguhnya Allah mengampuni di malam pertama bulan Ramadhan setiap orang dari ahli kiblat ini.”

Posted by Unknown


“Rasulullah bersabda, “Dia dating dan kalian menyambut.” Sebanyak tiga kali. Umar berkata, “Wahai Rasulullah, apakah wahyu yang turun?” Rasulullah menjawab, “Bukan.” Umar bertanya lagi, “Ataukah musuh yang datang?” Rasulullah menjawab, “Bukan.” Umar bertanya, “Lalu apa?” Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya Allah mengampuni di malam pertama bulan Ramadhan setiap orang dari ahli kiblat ini.”

Ditakhrij dari oleh Ibnu Khuzaimah III/189 dar Anas bin Malik. Di dalamnya terdapat perawi yang dinilai lemah oleh Imam Al Bukhari (At Tarikhul Kabir VI/325). Syaikh Al Albani menilai sebagai hadits munkar dalam Dhaifut Tarhib wa Targhib I/150.

More aboutHADIST DHOIF NO 74 Seputar Ramadhan #9 “Sesungguhnya Allah mengampuni di malam pertama bulan Ramadhan setiap orang dari ahli kiblat ini.”

HADIST DHOIF NO 75 Seputar Ramadhan #10 “Orang yang shaum itu selalu berada di dalam ibadah selagi tidak menggunjing.”

Posted by Unknown


 “Orang yang shaum itu selalu berada di dalam ibadah selagi tidak menggunjing.”

Ditakhrij oleh Imam Ibnu Adi I/302 dari Hadits Abu Hurairah, juga Ad Dailami II/411. Imam Al Munawi menyatakan hadits ini lemah dalam Faidhul Qadir IV/305. Syaikh Al Albani menyataka hadits ini munkar, As Silsilah Adh Dha’ifah IV/311.

More aboutHADIST DHOIF NO 75 Seputar Ramadhan #10 “Orang yang shaum itu selalu berada di dalam ibadah selagi tidak menggunjing.”

HADIST DHOIF NO 73 Seputar Ramadhan #8 “Diamnya orang yang shaum itu bernilai tasbih, tidurnya bernilai ibadah, doanya mustajab dan amalannya dilipatgadakan.”

Posted by Unknown


 “Diamnya orang yang shaum itu bernilai tasbih, tidurnya bernilai ibadah, doanya mustajab dan amalannya dilipatgadakan.”

Ditakhrij oleh Imam Ad Dailami II/253 dari Abdullah bin Umar. Syaikh Al Albani menyatakan hadits ini dhaif jiddan atau sagat lemah dalam As Silsilah Adh Dha’ifah VIII/260.

More aboutHADIST DHOIF NO 73 Seputar Ramadhan #8 “Diamnya orang yang shaum itu bernilai tasbih, tidurnya bernilai ibadah, doanya mustajab dan amalannya dilipatgadakan.”

HADIST DHOIF NO 71 Seputar Ramadhan #6 “Shaum yang paling utama setelah Ramadhan adalah shaum Sya’ban untuk mengagungkan Ramadhan, dan sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan.”

Posted by Unknown


 “Shaum yang paling utama setelah Ramadhan adalah shaum Sya’ban untuk mengagungkan Ramadhan, dan sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan.”

Ditakhrij oleh Imam At Tirmidzi no.663 dari hadits Anas bin Malik. Imam At Tirmidzi menilai hadits ini lemah. Demikian pula Imam Al Mundziri di dalam At Targhib II/72. Syaikh Al Albani menyatakan hadits ini lemah dalam rwanul Ghalil III/397.

More aboutHADIST DHOIF NO 71 Seputar Ramadhan #6 “Shaum yang paling utama setelah Ramadhan adalah shaum Sya’ban untuk mengagungkan Ramadhan, dan sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan.”

HADIST DHOIF NO 72 Seputar Ramadhan #7 “Awal bulan Ramadhan itu rahmat, tengahnya ampunan dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.”

Posted by Unknown


 “Awal bulan Ramadhan itu rahmat, tengahnya ampunan dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.”

Ditakhrij oleh Al Uqoili dalam Ad Dhu’afa’ II/162. Ibnu Adi I/165, Ad Dailami I/1/10-11 dari Abu Hurairah. Di dalam sanadnya terdapat dua perawi yang dinilai lemah, (Mizanul I’tidal VI/422). Syaikh Al Albani menyatakan hadits ini munkar, dalam Al Silsilah Adh Dha’ifah IV/72.

More aboutHADIST DHOIF NO 72 Seputar Ramadhan #7 “Awal bulan Ramadhan itu rahmat, tengahnya ampunan dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.”

HADIST DHOIF NO 69 Seputar Ramadhan #4 “Jika Kalian shaum, maka bersiwaklah di pagi hari dan jangan di sore hari.”

Posted by Unknown


 “Jika Kalian shaum, maka bersiwaklah di pagi hari dan jangan di sore hari.”

Ditakhrij oleh Imam Ath Thabrani IV/78, Ad Daruquthni II/204 dan Al Baihaqi IV/274 dari Khabab dari Nabi SAW.

Hadits ini dinilai lemah oleh Imam Daruquthni sendiri juga Imam Al Baihaqi serta Syaikh Al Albani dalam Al Silsilah Adh Dhaifah I/577.

More aboutHADIST DHOIF NO 69 Seputar Ramadhan #4 “Jika Kalian shaum, maka bersiwaklah di pagi hari dan jangan di sore hari.”

HADIST DHOIF NO 70 Seputar Ramadhan #5 “I’tikaf di sepuluh hari bulan Ramadhan seperti melakukan dua kali haji dan dua kali umrah”

Posted by Unknown


 “I’tikaf di sepuluh hari bulan Ramadhan seperti melakukan dua kali haji dan dua kali umrah”

Ditakhrij oleh Imam Ath Thabrani dalam Al Kabir III/128. Al Baihaqi dalam Asy Syuab III/452 dari Hasan bin Ali. Syaikh Al Albani menyataka hadits ini maudhu’. (As Silsilah Adh Dha’ifah II/10)

More aboutHADIST DHOIF NO 70 Seputar Ramadhan #5 “I’tikaf di sepuluh hari bulan Ramadhan seperti melakukan dua kali haji dan dua kali umrah”

HADIST DHOIF NO 67 Seputar Ramadhan #2 “Shaumlah, niscaya engkau akan sehat.”

Posted by Unknown


 “Shaumlah, niscaya engkau akan sehat.”

Ditakhrij oleh Imam Ath Thabrani dalam Al Ausath VII/174, Al Uqoily dalam Adh Dhu’afa’ II/450 dari Abu Hurairah. Hadits ini dinilai lemah dari semua riwayat jalur yang ada. Didhaifkan juga oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Adh Dhaifah I/420.

More aboutHADIST DHOIF NO 67 Seputar Ramadhan #2 “Shaumlah, niscaya engkau akan sehat.”

HADIST DHOIF NO 68 Seputar Ramadhan #3 “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.”

Posted by Unknown


 “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.”

Ditakhrij oleh Imam Ahmad dalam Musnad I/259, Imam Al Baihaqi dalam Asy Syuab III/375, Ath Thabrani dalam Al Ausath 4/189 dan Abu Nuaim dalam Al Hilyah VI/269 dari Anas bin Malik.

Dinilai lemah oleh Al Baihaqi dalam Fadhoilul Auqat, 104, An Nawawi dalam Adzkar 314, Ibnu Rajab dalam Al Lathaif, 170, Ibnu Hajar dalam Tabyin al Ujb dan Syaikh Al Albani dalam Dhaiful Jamie’ no. 4395.

More aboutHADIST DHOIF NO 68 Seputar Ramadhan #3 “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.”

HADIST DHOIF NO 66 Seputar Ramadhan #1 “Bulan Ramadhan telah menaungi kalian, bulan yang penuh berkah. Barangsiapa yang bertaqarub kepada Allah dengan suatu kebaikan, seakan-akan dia telah melakukan ibadah wajib dari selain itu, dan sesiapa yang melaksanakan amal wajib, maka dia seperti melaksanakan suatu kebaika sebanyak 70 kali. Itulah bulan yang awalnya rahmat, tengahnya ampunan dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.”

Posted by Unknown


“Bulan Ramadhan telah menaungi kalian, bulan yang penuh berkah. Barangsiapa yang bertaqarub kepada Allah dengan suatu kebaikan, seakan-akan dia telah melakukan ibadah wajib dari selain itu, dan sesiapa yang melaksanakan amal wajib, maka dia seperti melaksanakan suatu kebaika sebanyak 70 kali. Itulah bulan yang awalnya rahmat, tengahnya ampunan dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.”

Diriwayatkan Ibnu Khuzaimah III/191-192 Al Baihaqi dalam Asy Syu’ab III/305, Ibnu Adi dalam Al Kamil II/306, Ath Thabrani dalam Kabir VI/261 dari Salman Al Farisi. Hadits ini dinilai “munkar” (salah satu kategori hadits dhaif) oleh Ibnu Khuzaimah III/191-192, Imam Ar Razi dalam Al’ Ilal 733 dan oleh Imam Al Bani dalam As Silsilah Adh Dha’ifah II/262.

More aboutHADIST DHOIF NO 66 Seputar Ramadhan #1 “Bulan Ramadhan telah menaungi kalian, bulan yang penuh berkah. Barangsiapa yang bertaqarub kepada Allah dengan suatu kebaikan, seakan-akan dia telah melakukan ibadah wajib dari selain itu, dan sesiapa yang melaksanakan amal wajib, maka dia seperti melaksanakan suatu kebaika sebanyak 70 kali. Itulah bulan yang awalnya rahmat, tengahnya ampunan dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.”

HADIST DHOIF 65. Keutamaan ber-ihlal dari Masjidil Aqsha

Posted by Unknown




مَنْ أَهَّلَ بِحَجَّةٍ أَوْعُمْرَةٍ مِنَ الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَىإِلَى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، غُفِرَ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَاتَأَخَّرَ، أَوْ وَجَبَتْ لَهُالْجَنَّةُ

Siapa yang ber-ihlal [4] haji atau umrah dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, atau diwajibkan surga baginya.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Abu Dawud, 1/275, Ibnu Majah, 2/234-235, Ad-Daraquthni, hal. 289, Al-Baihaqi, 5/30, dan Ahmad, 6/299. Lihat Adh-Dha’ifah no. 211)

More aboutHADIST DHOIF 65. Keutamaan ber-ihlal dari Masjidil Aqsha

HADIST DHOIF 64. Hari Arafah

Posted by Unknown


عَرَفَةُيَوْمَ يُعَرِّفُ النَّاسُ

Arafah adalah hari di mana manusia wuquf di Arafah.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Al-Harits bin Abi Usamah dalam Musnad-nya, hal. 93, Ad-Daraquthni, 257, Ad-Dailami 2/292. Lihat Ad-Dha’ifah no. 3863)


More aboutHADIST DHOIF 64. Hari Arafah

HADIST DHOIF 62. Hadits dhaif tentang keutamaan berhaji dengan jalan kaki

Posted by Unknown




إِنَّ لِلْحَجِّ الرَّاكِبِ بِكُلِّ خَطْوَةٍ تَخْطُوْهَارَاحِلَتُهُ سَبْعِيْنَ حَسَنَةً، وَالْمَاشِي بِكُلِّ خَطْوَةٍ يَخْطُوْهَاسَبْعَ مِئَةِ حَسَنَةٍ

Sesungguhnya orang yang berhaji dengan berkendaraan mendapatkan 70 kebaikan dengan setiap langkah yang dilangkahkan oleh kendaraannya. Sementara orang yang berhaji dengan berjalan kaki, dengan setiap langkah yang ia langkahkan mendapatkan 700 kebaikan.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, 3/15/2, dan Adh-Dhiya` dalam Al-Mukhtarah, 204/2. Lihat Adh-Dha’ifah no. 496)5

More aboutHADIST DHOIF 62. Hadits dhaif tentang keutamaan berhaji dengan jalan kaki

HADIST DHOIF 63. Keutamaan thawaf

Posted by Unknown




مَنْ طَافَ بِالْبَيْتِ خَمْسِيْنَمَرَّةً، خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِكَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

Siapa yang thawaf di Baitullah 50 kali, maka ia terlepas dari dosa-dosanya sehingga keberadaannya laksana hari ia dilahirkan oleh ibunya (bersih dari dosa-dosa).” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, 1/164 dan selainnya. Lihat Adh-Dha’ifah no. 5102)

طَوَافُسَبْعٍ لاَ لَغْوَ فِيْهِيَعْدِلُ رَقَبَةً

Thawaf tujuh kali tanpa melakukan perkara laghwi (sia-sia) di dalamnya sebanding dengan membebaskan budak.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif jiddan (lemah sekali), diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf, 5/8833. Lihat Adh-Dha’ifah no. 4035)

More aboutHADIST DHOIF 63. Keutamaan thawaf

HADIST DHOIF 60. Ancaman bagi orang yang berhaji namun tidak menziarahi kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Posted by Unknown




مَنْ حَجَّ الْبَيْتَ وَلَمْيَزُرْنِي فَقَدْ جَفَانِي

Siapa yang haji ke Baitullah namun ia tidak menziarahi kuburku maka sungguh ia telah berbuat jafa` (kasar) kepadaku.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, demikian dikatakan Al-Hafizh Adz-Dzahabi dalam Al-Mizan, 3/237, dibawakan oleh Ash-Shaghani dalam Al-Ahadits Al-Maudhu’ah, hal. 6. Demikian pula Az-Zarkasyi dan Asy-Syaukani dalam Al-Fawa`id Al-Majmu’ah fil Ahadits Al-Maudhu’ah, hal. 42. Lihat Adh-Dha’ifah no. 45)

More aboutHADIST DHOIF 60. Ancaman bagi orang yang berhaji namun tidak menziarahi kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

HADIST DHOIF 61. Keutamaan menghajikan orang tua

Posted by Unknown




مَنْ حَجَّ عَنْ وَالِدَيْهِبَعْدَ وَفَاتِهِمَا كَتَبَ اللهُ لَهُعِتْقًا مِنَ النَّارِ، وَكَانَلِلْمَحْجُوْجِ عَنْهُمْ أَجْرُ حَجَّةِ تَامَّةٍمِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقِصَمِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ

Siapa yang menghajikan kedua orang tuanya setelah keduanya wafat maka Allah akan menetapkan dia dibebaskan dari api neraka. Dan bagi yang dihajikan akan memperoleh pahala haji yang sempurna tanpa mengurangi pahala orang yang menghajikan sedikitpun.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini mungkar, diriwayatkan oleh Abul Qasim Al-Ashbahani dalam At-Targhib. Lihat Adh-Dha’ifah no. 5677)

إِذَا حَجَّ الرَّجُلُ عَنْوَالِدَيْهِ تُقْبَلُ مِنْهُ وَمِنْهُمَا، وَاسْتُبْشِرَتْأَرْوَاحُهُمَا فِي السَّمَاءِ وَكُتِبَعِنْدَ اللهِ بَرًّا

Apabila seseorang menghajikan kedua orang tuanya maka akan diterima amalan itu darinya dan dari kedua orang tuanya, dan diberi kabar gembira ruh keduanya di langit dan ia (si anak) dicatat di sisi Allah sebagai anak yang berbakti (berbuat baik kepada orang tua).” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni dalam, As-Sunan, 272, Ibnu Syahin dalam At-Targhib, 299/1 dan Abu Bakr Al-Azdi Al-Mushili dalam Hadits-nya. Lihat Adh-Dha’ifah no. 1434)

More aboutHADIST DHOIF 61. Keutamaan menghajikan orang tua

HADIST DHOIF 59. Tidak boleh mengarungi lautan kecuali orang yang ingin berhaji

Posted by Unknown




لاَ يَرْكَبُ الْبَحْرَ إِلاَّ حَاجٌّ أَوْمُعْتَمِرٌ، أَوْ غَازٍ فِيسَبِيْلِ اللهِ، فَإِنَّ تَحْتَالْبَحْرَ نَارًا وَ تَحْتَالنَّارِ بَحْرًا

Tidak boleh mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji atau berumrah atau orang yang berperang di jalan Allah, karena di bawah lautan itu ada api dan di bawah api ada lautan.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini mungkar, diriwayatkan oleh Abu Dawud, 1/389, Al-Khathib dalam At-Talkhis, 78/1. Lihat Adh-Dha’ifah no. 478)

More aboutHADIST DHOIF 59. Tidak boleh mengarungi lautan kecuali orang yang ingin berhaji

HADIST DHOIF 57. Haji dilaksanakan sebelum menikah

Posted by Unknown


الْحَجُّقَبْلَ التَّزَوُّجِ

Haji itu dilaksanakan sebelum menikah.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, dibawakan oleh As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shaghir. Lihat Adh-Dha’ifah no. 221)

مَنْ تَزَوَّجَ قَبْلَ أَنْ يَحُجَّفَقَدْ بَدَأَ بِالْمَعْصِيَةِ

Siapa yang menikah sebelum menunaikan ibadah haji maka sungguh ia telah memulai dengan maksiat.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi, 20/2. Lihat Adh-Dha’ifah no. 222)

More aboutHADIST DHOIF 57. Haji dilaksanakan sebelum menikah

HADIST DHOIF 58. Banyak berhaji mencegah kefakiran

Posted by Unknown


كَثْرَةُالْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ تَمْنَعُ الْعَيْلَةَ

Banyak melaksanakan haji dan umrah mencegah kepapaan.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, diriwayatkan oleh Al-Muhamili. Lihat Adh-Dha’ifah no. 477)

More aboutHADIST DHOIF 58. Banyak berhaji mencegah kefakiran

HADIST DHOIF 55. Keutamaan berhaji

Posted by Unknown




الْحَاجُّيَشْفَعُ فِي أَرْبَعِ مِئَةِأَهْلِ بَيْتٍ -أَوْ قَالَ: مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ-

Orang yang berhaji akan memberi syafaat kepada 400 orang ahlu bait –atau Nabi mengatakan: 400 orang dari ahlu bait (keluarga)nya–.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini mungkar, diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam Musnad-nya. Lihat Adh-Dha’ifah no. 5091)

حُجُّواتَسْتَغْنُوْا

Berhajilah kalian niscaya kalian akan merasa berkecukupan.…” (Al-Imam Al-Albani menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Ad-Dailami, 2/83. Lihat Adh-Dha’ifah no. 3480)

حُجُّوا،فَإِنَّ الْحَجَّ يَغْسِلُ الذُّنُوْبَ كَمَا يَغْسِلُ الْمَاءُالدَّرَنَ

Berhajilah kalian, karena sesungguhnya haji itu mencuci dosa-dosa sebagaimana air mencuci kotoran.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’ (palsu), diriwayatkan oleh Abul Hajjaj Yusuf bin Khalil dalam As-Saba’iyyat, 1/18/1. Lihat Ad-Dha’ifah no. 542)

حَجَّةٌلِمَنْ لَمْ يَحُجَّ خَيْرٌمِنْ عَشْرِ غَزَوَاتٍ، وَغَزْوَةٌلِمَنْ حَجَّ خَيْرٌ مِنْعَشْرِ حُجَجٍ

(Menunaikan ibadah) haji bagi orang yang belum berhaji itu lebih baik daripada sepuluh peperangan. Dan (ikut serta dalam) peperangan bagi orang yang telah berhaji itu lebih baik daripada sepuluh haji….” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Ibnu Bisyran dalam Al-Amali, 27/117/1. Lihat Adh-Dha’ifah no. 1230)

إِذَا لَقِيْتَ الْحَاجَّ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَصَافِحْهُ، وَمُرْهُ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَقَبْلَ أَنْ يَدْخُلَ بَيْتَهُ،فَإِنَّهُ مَغْفُوْرٌ لَهُ

Apabila engkau bertemu dengan seorang haji, ucapkanlah salam padanya dan jabatlah tangannya, serta mohonlah padanya agar memintakan ampun bagimu sebelum ia masuk ke dalam rumahnya, karena orang yang berhaji itu telah diampuni.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, diriwayatkan oleh Ahmad, 2/69 dan 128, Ibnu Hibban dalam Al-Majruhin, 2/265, Abusy Syaikh dalam At-Tarikh, hal. 177. Lihat Adh-Dha’ifah no. 2411)

مَنْ مَاتَ فِي هذَاالْوَجْهِ مِنْ حَاجٍّ أَوْمُعْتَمِرٍ، لَمْ يُعْرَضْ وَلَمْيُحَاسَبْ، وَقِيْلَ لَهُ: ادْخُلِ الْجَنَّةَ

Siapa yang meninggal dalam sisi ini, baik ia berhaji atau berumrah, niscaya amalnya tidak dipaparkan kepadanya dan tidak akan dihisab. Dan dikatakan kepadanya: ‘Masuklah engkau ke dalam surga.’” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini mungkar, diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni, 288. Lihat Adh-Dha’ifah no. 2187)

الْحَاجُّفِي ضَمَانِ اللهِ مُقْبِلاًوَمُدْبِرًا، فَإِنْ أَصَابَهُ فِيسَفَرِهِ تَعْبٌ أَوْ نَصَبٌغَفَرَ اللهُ لَهُ بِذلِكَسَيِّئَاتِهِ، وَكَانَ لَهُ بِكُلِّقَدَمٍ يَرْفَعُهُ أَلْفَ دَرَجَةٍ، وَبِكُلِّقَطْرَةٍ تُصِيْبُهُ مِنْ مَطَرٍ أَجْرُشَهِيْدٍ

Orang yang berhaji itu dalam tanggungan/jaminan Allah ketika datang maupun pulangnya. Bila dia tertimpa kepayahan atau sakit dalam safarnya, Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya. Dan setiap telapak kaki yang ia angkat untuk melangkah, ia dapatkan seribu derajat. Dan setiap tetesan hujan yang menimpanya, ia dapatkan pahala orang yang mati syahid.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, diriwayatkan oleh Ad-Dailami, 2/98. Lihat Adh-Dha’ifah no. 3500)

خَيْرُمَا يَمُوْتُ عَلَيْهِ الْعَبْدُ أَنْ يَكُوْنَ قَافِلاًمِنْ حَجٍّ أَوْ مُفْطِرًامِنْ رَمَضَانَ

Sebaik-baik keadaan meninggalnya seorang hamba adalah ia meninggal dalam keadaan pulang dari menunaikan ibadah haji atau dalam keadaan berbuka dari puasa Ramadhan.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Ad-Dailami 2/114. Lihat Adh-Dha’ifah no. 3583)


More aboutHADIST DHOIF 55. Keutamaan berhaji

HADIST DHOIF 56. Keutamaan berhaji yang disertai menziarahi kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Posted by Unknown


مَنْ حَجَّ حَجَّةَ اْلإِسْلاَمِ،وَزَارَ قَبْرِي وَغَزَا غَزْوَةًوَصَلَّى عَلَيَّ فِي الْمَقْدِسِ،لَمْ يَسْأَلْهُ اللهُ فِيْمَا افْتَرَضَعَلَيْهِ

Siapa yang berhaji dengan haji Islam yang wajib, menziarahi kuburku, berperang dengan satu peperangan dan bershalawat atasku di Al-Maqdis, maka Allah tidak akan menanyainya dalam apa yang Allah wajibkan kepadanya.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’/palsu, disebutkan oleh As-Sakhawi dalam Al-Qaulul Badi’, hal. 102. Lihat Adh-Dha’ifah no. 204) [2]

مَنْ حَجَّ فَزَارَ قَبْرِيبَعْدَ مَوْتِي، كَانَ كَمَنْ زَارَنِيفِي حَيَاتِي

Siapa yang berhaji, lalu ia menziarahi kuburku setelah wafatku, maka dia seperti orang yang menziarahiku ketika hidupku.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini maudhu’, diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir, 3/203/2, dan Al-Ausath, 1/126/2. Diriawayatkan pula oleh yang selainnya. Lihat Adh-Dha’ifah no. 47) [3]

More aboutHADIST DHOIF 56. Keutamaan berhaji yang disertai menziarahi kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

HADIST DHOIF NO 54. Mengusap Tengkuk Ketika Wudhu’

Posted by Unknown




Sebagian kaum muslimin, ketika dia berwudhu’, maka ia mengusap tengkuknya. Benarkah hal ini ada haditsnya yang bisa dijadikan hujjah?

Jawabannya: hadits ada namun ia merupakan hadits palsu.

مَسْحُالرَقَبََةِ أَمَانٌ مِنَ الْغِلِّ

Mengusap tengkuk merupakan pelindung dari penyakit dengki”.

An-Nawawiy berkata dalam Al-Majmu’ (1/45), “Ini adalah hadits palsu, bukan sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-”.

Syaikh Al-Albaniy berkata, “Hadits ini palsu”. [Lihat Adh-Dho’ifah (1/167)]

Dari sini, kita mengetahui tentang tidak disyari’atkannya mengusap tengkuk ketika berwudhu’, karena tidak ada hadits yang shahih menetapkannya. Adapun hadits ini – sebagaimana yang anda lihat- merupakan hadits palsu. Jadi, tidak boleh diamalkan dan dijadikan hujjah dalam menetapkan suatu hukum.
More aboutHADIST DHOIF NO 54. Mengusap Tengkuk Ketika Wudhu’

HADIST DHOIF NO 52. Barang Siapa yang tidak Mengenal Imamnya…

Posted by Unknown


Ketaatan kepada penguasa merupakan perkara asasi di kalangan Ahlus Sunnah. Sebaliknya, mendurhakai mereka merupakan perkara yang diharamkan, apalagi jika sampai menghina, merendahkan mereka, dan mencabut tangan darinya, karena hal ini akan menimbulkan kerusakan di kalangan hamba-hamba Allah.

Banyak sekali dalil-dalil baik dalam Al-Kitab, maupun sunnah yang memerintahkan kita untuk taat kepada pemerintah muslim, dan mengharamkan durhaka kepada mereka.

Namun ada satu hal yang kami perlu ingatkan disini bahwa disana ada sebuah hadits yang dho’if dalam masalah ini,

مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَعْرِفْإِمَامَ زَمَانِـهِ مَاتَ مِيـْتَةً جَاهِلِيَّةً.

Barangsiapa yang tidak mengenal imam (penguasa) di zamannya, maka ia mati seperti matinya orang-orang jahiliyah”.

Ahmad bin Abdul Halim Al-Harraniy berkata, “Demi Allah, Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidaklah pernah mengatakan demikian . . .”. [Lihat Adh-Dho’ifah (1/525)]

Syaikh Al-Albaniy -rahimahullah- berkata setelah menyatakan bahwa hadits ini tidak ada asal-muasalnya, “Hadits ini pernah aku lihat dalam sebagian kitab-kitab orang-orang Syi’ah dan sebagian kitab orang-orang Qodiyaniyyah (Ahmadiyyah). Mereka menjadikannya sebagai dalil tentang wajibnya berimam kepada si Pendusta mereka yang Mirza Ghulam Ahmad, si Nabi gadungan. Andaikan hadits ini shahih, niscaya tidak ada isyarat sedikit pun tentang sesuatu yang mereka sangka, paling tidak intinya kaum muslimin wajib mengangkat seorang pemerintah yang akan dibai’at”. [Lihat As-Silsilah Adh-Dho’ifah (no. 350).

More aboutHADIST DHOIF NO 52. Barang Siapa yang tidak Mengenal Imamnya…

HADIST DHOIF NO 53. Agama Adalah Akal

Posted by Unknown





اَلدِّيْنُهُوَ الْعَقْلُ, وَمَنْ لاَدِيْنَ لَهُلاَ عَقْلَ لَهُ

Agama adalah akal pikiran, Barangsiapa yang tidak ada agamanya, maka tidak ada akal pikirannya”. [HR. An-Nasa`iy dalam Al-Kuna dari jalurnya Ad-Daulabiy dalam Al-Kuna wa Al-Asma’ (2/104) dari Abu Malik Bisyr bin Ghalib dan Az-Zuhri dari Majma’ bin Jariyah dari pamannya]

Hadits ini adalah hadits lemah yang batil karena ada rawinya yang majhul, yaitu Bisyr bin Gholib. Bahkan Ibnu Qayyim -rahimahullah- berkata dalam Al-Manar Al-Munif (hal. 25), “Hadits yang berbicara tentang akal seluruhnya palsu”.

Oleh karena itu Syaikh Al-Albaniy berkata, “Diantara hal yang perlu diingatkan bahwa semua hadits yang datang menyebutkan keutamaan akal adalah tidak shahih sedikit pun. Hadits-hadits tersebut berkisar antara lemah dan palsu. Sungguh aku telah memeriksa, diantaranya hadits yang dibawakan oleh Abu Bakr Ibnu Abid Dunya dalam kitabnya Al-Aql wa Fadhluh, maka aku menemukannya sebagaimana yang telah aku utarakan, tidak ada yang shahih sama sekali”. [Lihat Adh-Dhi’ifah (1/54)]

More aboutHADIST DHOIF NO 53. Agama Adalah Akal

HADIST DHOIF NO 50. Hati-hati dengan Dunia

Posted by Unknown




Seorang manusia di dunia ibaratnya seorang musafir; ia singgah mengambil bekal menuju akhirat berupa amal sholih. Namun dunia terkadang memperdaya kebanyakan manusia :

إحذرواالدنيا فإنها أسحر منهاروت وماروت

Waspadalah terhadap dunia, karena ia lebih memperdaya dibandingkan Harut dan Marut“.

Namun sayang hadits ini adalah palsu, tak ada asalnya. Hadits ini disebutkan oleh Al-Ghozaliy dalam Ihya’ Ulumuddin, padahal ia palsu !! Al-Iroqiy dalam Takhrij Al-Ihya’ (3/177) menukil dari Adz-Dzahabiy bahwa hadits ini mungkar, tak ada asalnya. Sebab itu, Al-Albaniy menempatkannya dalam Adh-Dho’ifah (34) sebagai tempat bagi hadits palsu dan dho’if.

More aboutHADIST DHOIF NO 50. Hati-hati dengan Dunia

HADIST DHOIF NO 51. Siapa yang Adzan, itu yang Iqamat

Posted by Unknown


Barangsiapa yang adzan, maka dialah yang iqamat”. [HR. Abud Dawud (514), At-Tirmidziy (199), dan lainnya]

Hadits ini lemah karena berasal dari Abdurrahman bin Ziyad Al-Afriqiy. Dia lemah hafalannya. Sebab itu Al-Albaniy melemahkannya dalam Adh-Dha’ifah (no. 35) dan Al-Irwa’ (237).

Syaikh Al-Albaniy berkata dalam Adh-Dha’ifah (1/110), “Di antara dampak negatif hadits ini, dia merupakan sebab timbul perselisihan di antara orang-orang yang mau shalat, sebagaimana hal itu sering terjadi. Yaitu ketika tukang adzan terlambat masuk mesjid karena ada udzur, sebagian orang yang hadir ingin meng-iqamati shalat, maka tak ada seorang pun di antara mereka kecuali ia menghalanginya seraya berhujjah dengan hadits ini. Orang miskin ini tidaklah tahu kalau haditsnya lemah, tidak boleh mengasalkannya kepada Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, terlebih lagi melarang orang bersegera menuju ketaatan kepada Allah, yaitu meng-iqamati shalat”.

More aboutHADIST DHOIF NO 51. Siapa yang Adzan, itu yang Iqamat

HADIST DHOIF NO 49. Berdzikir Setiap Saat

Posted by Unknown




Berdzikir setiap saat merupakan perkara yang dianjurkan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits-hadits shohih, bahkan dalam hadits-hadits dho’if , seperti hadits ini:

أَكْثِرُوْاذِكْرَ اللهِ عَلَى كُلِّحَالٍ فَإِنَّهُ لَيْسَ عَمَلٌ أَحَبُّإِلَى اللهِ تَعَالىَ وَلَاأَنْجَى لِعَبْدٍ مِنْ كُلِّ سَيِّئَةٍفِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ ذِكْرِ اللهِتَعَالَى

Perbanyaklah dzikir kepada Allah dalam segala kondisi, karena tak ada suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah -Ta’ala- , dan lebih menyelamatkan seorang hamba dari segala kejelekan di dunia, dan akhirat dibandingkan dzikir kepada Allah“. [HR. Adh-Dhiya' Al-Maqdisiy dalam Al-Mukhtaroh (7/112/1)]

Hadits ini palsu, karena Abu Abdir Rahman Asy-Syamiy. Dia adalah seorang pendusta seperti yang dinyatakan oleh Al-Azdiy -rahimahullah-. Ada penguat bagi hadits ini dari riwayat Al-Baihaqiy , oh sayang hadits ini juga palsu, karena ada rowinya bernama Marwan bin Salim Al-Ghifariy Al-Jazariy; dia adalah pendusta. Lihat rincian palsunya hadits ini dalam Adh-Dho’ifah (2617)

More aboutHADIST DHOIF NO 49. Berdzikir Setiap Saat

HADIST DHOIF NO 47. Orang-Orang yang Beruntung

Posted by Unknown




Orang-orang yang beruntung banyak disinggung dalam Al-Qur’an dan sunnah yang shahihah. Bahkan dalam hadits yang dho’if pun, seperti hadits berikut:

أَفْلَحَمَنْ كَانَ سُكُوْتُهُ تَفَكُّرًاوَنَظَرُهُ اِعْتِبَارًا أَفْلَحَ مَنْ وَجَدَ فِيْصَحِيْفَتِهِ اِسْتِغْفَارًا كَثِيْرًا

Beruntunglah orang yang diamnya adalah tafakkur, pandangannya adalah ibroh, beruntunglah orang yang mendapatkan istighfar yang banyak dalam catatan amalannya” . [HR. Ad-Dailamiy dalam Musnad Al-Firdaus (1/1/123)].

Hadits ini adalah dho’if, karena dalam sanadnya terdapat dua orang yang majhul (tidak dikenal), yaitu Abul Khushaib Ziyad bin Abdurrahman, dan Husain bin Mansur Al-Asadiy Al-Kufiy dan juga seorang yang lemah (Hibban ibnu Ali Al-Anaziy). Syaikh Al-Albaniy menghukumi hadits ini dho’if (lemah) dalam Adh-Dho’ifah (2519).

More aboutHADIST DHOIF NO 47. Orang-Orang yang Beruntung

HADIST DHOIF NO 48. Makanan Dunia dan Akhirat

Posted by Unknown




Banyak sekali hadits dho’if yang tersebar di masyarakat. Utamanya hadits-hadits yang berkaitan dengan janji-janji dan keutamaan, seperti hadits ini:

أَفْضَلُطَعَامِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ اللَّحْمُ

Seutama-utamanya makanan dunia dan akhirat adalah daging” . [HR. Al-Uqoiliy dalam Adh-Dhu'afa' (1264)].

Hadits ini dihukumi dho’if jiddan oleh Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy Al-Atsariy dalam Adh-Dho’ifah (2518), karena ada seorang rawi yang bernama Amr bin Bakr As-Saksakiy. Hadits-haditsnya menyerupai hadits palsu. Sebab itu Al-Hafizh menggelarinya dengan matruk (ditinggalkan karena biasa berdusta atas nama manusia). Selain itu, anaknya (Ibrahim bin Amr As-Saksakiy) yang meriwayatkan darinya senasib dengan ayahnya.

More aboutHADIST DHOIF NO 48. Makanan Dunia dan Akhirat

HADIST DHOIF NO 45. Memulai dengan Hamdalah

Posted by Unknown




Ada sebuah hadits yang masyhur dalam kitab-kitab dan lisan manusia yang menjelaskan harusnya seseorang memulai segala urusan yang penting dengan membaca Alhamdulillah. Tapi hadits ini lemah sebagaimana berikut ini perinciannya:

كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍلاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِالْحَمْدِ فَهُوَأَقْطَعُ

Segala urusan penting yang tidak dimulai di dalamnya dengan alhamdulillah, maka urusan itu akan terputus“. [HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya (1894)]

Hadits ini lemah, karena ke-mursal-an yang terjadi pada sanadnya sebagaimana yang dijelaskan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya (2/677), dan Syaikh Al-Albaniy. Karenanya, Al-Albaniy melemahkan hadits ini dalam Al-Irwa’ (2).

More aboutHADIST DHOIF NO 45. Memulai dengan Hamdalah

HADIST DHOIF NO 46. Tanda Tawadhu’

Posted by Unknown




Tawadhu’ adalah perkara yang dianjurkan karena dia adalah akhlak yang mulia. Saking mulianya sampai dalam hadits yang palsu pun disebutkan kemuliannya, seperti hadits berikut:

مِنَ التَّوَاضُعِ أَنْ يَشْرَبَ الرَّجُلُمِنْ سُؤْرِ أَخِيْهِ وَمَنْشَرِبَ مِنْ سُؤْرِ أَخِيْهِابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ تَعَالَىرُفِعَتْ لَهُ سَبْعُوْنَ دَرَجَةًوَمُحِيَتْ عَنْهُ سَبْعُوْنَ خَطِيْئَةًوَكُتِبَ لَهُ سَبْعُوْنَ دَرَجَةً

Di antara bentuk ketawadhu’an, seorang mau meminum sisa minuman saudaranya. Barangsiapa yang meminum sisa minum saudaranya, karena mencari wajah Allah -Ta’ala-, maka akan diangkat derajatnya sebanyak 70 derajat, dan akan dihapuskan 70 kesalahan darinya, serta dituliskan baginya 70 derajat.” [HR.Ad-Dauqutniy sebagaimana dalam Al-Maudhu'at (3/40) karya Ibnul Juaziy]

hadits ini adalah hadits yang palsu karena ada seorang rawi yang bernama Nuh bin Abi Maryam, dia adalah seorang yang tertuduh dusta. Selain itu hadits ini semakin lemah karena Ibnu Juraij (seorang rawi dalam hadits ini) adalah seorang yang mudallis, sedangkan ia meriwayatkannya secara mu’an’anah (menggunakan lafadz dari). Demikia penjelasan Syaikh Al-Albaniy secara ringkas dalam kitabnya Adh-Dho’ifah (79).

More aboutHADIST DHOIF NO 46. Tanda Tawadhu’

HADIST DHOIF NO 43. Ketentuan dan Taqdir Allah

Posted by Unknown




Ketentuan dan taqdir Allah adalah perkara ghaib yang tidak boleh ditetapkan dengan hadits lemah, apalagi palsu, seperti hadits ini:

إِذَا أَرَادَ اللهُ إِنْفَاذَقَضَائِهِ وَقَدَرِهِ ؛ سَلَبَ ذَوَيْالْعُقُوْلِ عُقُوْلَهُمْ حَتَّى يُنْفِذَ فِيْهِمْقَضَاءَهُ وَقَدَرَهُ

Apabila Allah ingin melaksanakan ketentuan, dan taqdir-Nya, maka Allah akan menarik (menghilangkan) akalnya orang-orang yang memiliki pikiran sehingga Allah melaksanakan ketentuan, dan taqdir-Nya pada mereka“. [HR. Al-Khothib dalam Tarikh Baghdad (14/99), Ad-Dailamiy dalam Musnad Al-Firdaus (1/1/100), dari jalur Abu Nu'aim dalam Tarikh Ashbihan (2/332)]

Hadits ini lemah, bahkan boleh jadi palsu , karena rowi yang bernama Lahiq bin Al-Husain. Sebagian ahlul hadits menuduhnya pendusta, dan suka memalsukan hadits. Karenanya, Syaikh Al-Albaniy memasukkannya dalam kitabnya Adh-Dho’ifah (2215)

More aboutHADIST DHOIF NO 43. Ketentuan dan Taqdir Allah

HADIST DHOIF NO 44. Bertaqwa di Masa Tua

Posted by Unknown




Bertaqwa kepada Allah bukan hanya di masa tua, bahkan juga harus di masa muda. Namun tentunya ketaqwaan lebih ditingkatkan lagi di masa tua berdasarkan hadits-hadits shohih !! Bukan berdasarkan hadits palsu ini:

إِذَا أَتَى عَلَى الْعَبْدِأَرْبَعُوْنَ سَنَةً يَجِبُ عَلَيْهِأَنْ يَخَافَ اللهَ تَعَالَىوَيَحْذَرَهُ

Jika telah datang (lewat) 40 tahun pada diri seorang hamba, maka wajib baginya untuk takut dan khawatir kepada Allah -Ta’ala- “. [HR. Ad-Dailamiy dalam Al-Firdaus (1/89)]

Hadits ini palsu, karena ada rowi dalam sanadnya yang bernama Ahmad bin Nashr bin Abdillah yang dikenal dengan Adz-Dari’. Dia adalah seorang pemalsu hadits, pendusta, dan dajjal. Karenanya, Al-Albaniy Al-Atsariy menyatakannya palsu dalam Adh-Dho’ifah (2200)

More aboutHADIST DHOIF NO 44. Bertaqwa di Masa Tua

HADIST DHOIF NO 41. Orang Baik dibutuhkan Orang

Posted by Unknown




Di antara hadits palsu yang biasa diucapkan oleh sebagian da’i-da’i adalah hadits berikut:

إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدٍخَيْرًا ؛ صَيَّرَ حَوَائِجَالنَّاسِ إِلَيْهِ

Jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka Allah akan menjadikan kebutuhan-kebutuhan manusia kepadanya“. [HR. Ad-Dailamiy dalam Musnad Al-Firdaus (1/1/95)]

Hadits ini palsu disebabkan oleh adanya rowi dalam sanadnya yang bernama Yahya bin Syabib; dia seorang pemalsu hadits. Karenanya, Syaikh Al-Albaniy meletakkan hadits ini dalam Adh-Dho’ifah (2224)

More aboutHADIST DHOIF NO 41. Orang Baik dibutuhkan Orang

HADIST DHOIF NO 42. Manusia yang Terburuk Kedudukannya

Posted by Unknown




Banyak sekali hadits-hadits lemah yang tersebar di kalangan kaum muslimin, namun mereka tak sadar bahwa itu bukanlah sabda Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, seperti hadits:

إِنَّ مِنْ أَسْوَأِ النَّاسِمَنْزِلَةً مَنْ أَذْهَبَ آخِرَتَهُبِدُنْيَا غَيْرِهِ

Sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya, orang yang menghilangkan (menghancurkan) akhiratnya dengan dunia orang lain“. [HR. Ath-Thoyalisiy dalam Al-Musnad (2398), dan Al-Baihaqiy dalam Syu'abul Iman (6938)]

Hadits ini adalah hadits dho’if (lemah), karena rowi yang bernama Syahr bin Hausyab, seorang jelek hafalannya dan banyak me-mursal-kan hadits, dan Al-Hakam bin Dzakwan, seorang yang maqbul. Intinya, hadits ini lemah sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Adh-Dho’ifah (2229)

More aboutHADIST DHOIF NO 42. Manusia yang Terburuk Kedudukannya

HADIST DHOIF NO 39. Fadhilah Mendatangi Sholat Jama’ah

Posted by Unknown




Fadhilah sholat berjama’ah banyak disebutkan dalam hadits-hadits shohih. Adapun hadits berikut adalah hadits lemah, tak boleh diamalkan, dan diyakini sebagai sabda Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-:

اَلْمَشَّاؤُوْنَإِلَى الْمَسَاجِدِ فِي الظُّلَمِ أُوْلَئِكَالْخَوَّاضُوْنَ فِيْ رَحْمَةِ اللهِعَزَّ وَجَلَّ

Orang yang sering berjalan menuju masjid dalam kondisi gelap, mereka itu adalah orang yang berada dalam rahmat Allah –Azza wa Jalla-”. [HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya (779), Ibnu Adi dalam Al-Kamil (1/281), dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqo (17/456) & (52/18)]

Hadits ini adalah dho’if (lemah), karena ada dua rowi yang bermasalah dalam sanadnya: Muhammad bin Rofi’, dan Isma’il bin Iyasy. Walau Isma’il tsiqoh, namun jika ia meriwayatkan hadits dari selain orang-orang Syam, maka haditsnya lemah!! Hadits ini ia riwayatkan dari Muhammad bin Rofi’, seorang penduduk Madinah. Ke-dho’if-an hadits ini telah ditegaskan oleh Syaikh Al-Albaniy Al-Atsariy dalam Adh-Dho’ifah (3059)

More aboutHADIST DHOIF NO 39. Fadhilah Mendatangi Sholat Jama’ah

HADIST DHOIF NO 40. Padamkan Neraka dengan Sholat

Posted by Unknown




Jika kita mau mengoleksi hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan sholat, maka terlalu banyak. Namun disini kami mau ingatkan bahwa ada hadits lemah dalam hal ini, yaitu hadits yang berbunyi:

إِنَّ لِلّهِ تَعَالَى مَلَكًايُنَادِيْ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ: يَا بَنِيْ آدَمَ قُوْمُوْاإِلَى نِيْرَانِكُمْ الَّتِيْ أَوْقَدْتُمُوْهَا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَأَطْفِئُوْهَابِالصَّلاَةِ

Sesungguhnya Allah -Ta’ala- memiliki seorang malaikat yang memanggil setiap kali sholat, “Wahai anak Adam, bangkitlah menuju api (neraka) kalian yang telah kalian nyalakan bagi diri kalian, maka padamkanlah api itu dengan sholat“. [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Ausath (9452) dan Ash-Shoghir (1135), Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah (3/42-43), dan lainnya]

Hadits ini lemah , karena ada seorang rawi bernama Yahya bin Zuhair Al-Qurosyiy. Dia adalah seorang majhul (tak dikenal). Olehnya, Syaikh Al-Albaniy -rahimahullah- melemahkan hadits ini dalam Adh-Dho’ifah (3057)

More aboutHADIST DHOIF NO 40. Padamkan Neraka dengan Sholat

HADIST DHOIF NO 37. Kisah Nabi Idris bersama Malaikat Maut

Posted by Unknown




Disana ada sebuah kisah palsu yang dinisbahkan secara dusta kepada Nabi Idris -Shollallahu ‘alaihi wasallam- . Saking masyhurnya kisah ini, banyak penulis, dan majalah yang menukilnya, seperti kami pernah temukan dalam Majalah “Anak Shaleh”. Bunyi hadits itu:

إِنَّ إِدْرِيْسَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ كَانَ صَدِيْقًا لِمَلَكِالْمَوْتِ. فَسَأَلَهُ أَن يُرِيَهُ الْجَنَّةَوَ النَّارَ, فَصَعَدَ إِدْرِيْسُ فَأَرَاهُ النَّارَ فَفَزِعَ مِنْهَا وَكَادَ يُغْشَىعَلَيْهِ, فَالْتَفَّ عَلَيْهِ مَلَكُ الْمَوْتِ بِجَنَاحِهِ, فَقَالَ مَلَكُ الْمَوْتِ: أَلَيْسَقَدْ رَأَيْتَهَا؟ قَالَ: بَلىَ, وَلَمْأَرَ كَالْيَوْمِ قَطُّ. ثُمَّ انْطَلَقَبِهِ حَتَّى أَرَاهُ الْجَنَّةَ, فَدَخَلَهَا, فَقَالَ مَلَكُ الْمَوْتِ: انْطَلِقْ قَدْ رَأَيْتَهَا. قَالَإِلَى أَيْنَ؟ قَالَ مَلَكُالْمَوْتِ: حَيْثُ كُنْتَ. قَالَإِدْرِيْسُ: لَا وَاللهِ ! لَاأَخْرُجُ مِنْهَا بَعْدَ أَنْدَخَلْتُهَا. فَقِيْلَ لِمَلَكِ الْمَوْتِ: أَلَيْسَ أَنْتَ قَدْ أَدْخَلْتَهُإِيَّاهَا؟ وَإِنَّهُ لَيْسَ لِأَحَدٍ دَخَلَهَاأَنْ يَخْرُجَ مِنْهَا

Sesungguhnya Nabi Idris -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dulu berteman dengan Malaikat Maut. Lalu ia pun meminta kepadanya agar diperlihatkan surga dan neraka. Maka idris pun naik (ke langit), lalu Malaikat Maut memperlihatkan neraka kepadanya. Lalu Idris kaget sehingga hampir pinsang. Maka Malaikat Maut mengelilingkan sayapnya pada Idris seraya berkata, “Bukankah engkau telah melihatnya?” Idris berkata, “Ya, sama sekali aku belum pernah melihatnya seperti hari ini”. Kemudian, Malaikat Maut membawanya sampai ia memperlihatkan surga kepada Nabi Idris seraya masuk ke dalamnya. Malaikat Maut berkata, “Pergilah, sesungguhnya engkau telah melihatnya”. “Kemana?”, tanya Idris. “Ke tempatmu semula”, jawab Malaikat Maut. “Tidak ! Demi Allah, aku tak akan keluar setelah aku memasukinya”, tukas Idris. Lalu dikatakanlah kepada Malaikat Maut, “Bukankah engkau yang telah memasukkannya? Sesungguhnya seorang yang telah memasukinya tidak boleh keluar darinya“. [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Mu’jam Al-Ausath (2/177/1/7406)]

Hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu), karena dalam sanadnya terdapat rawi yang tertuduh dusta, yaitu Ibrahim bin Abdullah bin Khalid Al-Mishshishiy. Sebab itu, hadits ini dicantumkan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam kumpulan hadits-hadits palsu di dalam kitabnyaAdh-Dho’ifah (339).

More aboutHADIST DHOIF NO 37. Kisah Nabi Idris bersama Malaikat Maut

HADIST DHOIF NO 38. Empat Berkah dari Langit

Posted by Unknown




Diantara hadits palsu yang beredar di masyarakat adalah berikut ini. Konon kabarnya Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

إِنَّ اللهَ أَنْزَلَ أَرْبَعَبَرَكَاتٍ مِنَ السَمَاءِ إِلَىاْلأَرْضِ فَأَنْزَلَ الْحَدِيْدَ وَالنَّارَ وَالْمَاءَ وَالْمِلْحَ

Sesungguhnya Allah telah menurunkan empat berkah dari langit ke bumi; maka Allah menurunkan besi, api, air, dan garam“. [HR. Ad-Dailamiy dalam Musnad Al-Firdaus (1/2/221)]

Hadits ini palsu , tak benar datangnya dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Dalam sanadnya terdapat Saif bin Muhammad, seorang pendusta !! Karenanya, Syaikh Al-Albaniy Al-Atsariy -rahimahullah- menyatakan hadits ini palsu dalam Adh-Dho’ifah (3053).

More aboutHADIST DHOIF NO 38. Empat Berkah dari Langit

HADIST DHOIF NO 35. Bagi-bagi Kejelekan

Posted by Unknown




Mengangkat dan merendahkan derajat suatu bangsa harus didasari oleh dalil dari Al-Qur’an dan sunnah. Adapun hadits di bawah, maka tidak boleh dijadikan dalil dalam merendahkan suku Barbar, karena kelemahan hadits ini:

الْخُبْثُسَبْعُوْنَ جُزْءًا فَجُزْءٌُ فِيْالْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَتِسْعٌ وَسِتُّوْنَ فِيْ الْبَرْبَرِ

Kejelekan ada 70 bagian; satu bagian pada jin dan manusia, dan 69 bagian pada orang-orang Barbar” . [HR. Ya’qub bin Sufyan Al-Fasawiy dalam Al-Ma’rifah wa At-Tarikh (2/489), Ath-Thobraniy dalam Al-Ausath (8672), dan Ibnu Qoni’ dalam Mu’jam Ash-Shahabah].

More aboutHADIST DHOIF NO 35. Bagi-bagi Kejelekan

HADIST DHOIF NO 36. Mengangkat dan merendahkan derajat suatu bangsa harus didasari oleh dalil dari Al-Qur’an dan

Posted by Unknown




Hadits ini adalah hadits yang lemah menurut penilaian Syaikh Al-Albaniy Al-Atsariy dalam As-SilsilahAdh-Dho’ifah (2535), karena dalam hadits ini terdapat dua penyakit: Inqitho’ (keterputusan) antara Yazid bin Abi Habib dengan Abu Qois, dan terjadinya idhthirob (kesimpangsiuran) dari sisi sanad akibat kelemahan seorang rawi yang bernama Abu Sholih (dikenal dengan Katib Al-Laits).

More aboutHADIST DHOIF NO 36. Mengangkat dan merendahkan derajat suatu bangsa harus didasari oleh dalil dari Al-Qur’an dan

HADIST DHOIF NO 33. Taubat yang Benar

Posted by Unknown




Seorang ketika telah bertaubat dari suatu dosa, hendaknya ia berusaha dengan sekuat tenaga meninggalkan dosa itu sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama’ kita. Adapun hadits berikut, maka ia adalah hadits dho’if (lemah):

التَّوْبَةُمِنَ الذَّنْبِ أَنْ لَا تَعُوْدَإِلَيْهِ أَبَدًا

Taubat dari dosa, engkau tidak kembali kepadanya selama-lamanya“. [HR. Abul Qosim Al-Hurfiy dalam Asyr Majalis min Al-Amali (230), dan Al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iman (7036)]

Hadits ini lemah , karena dalam sanadnya terdapat rowi yang bernama Ibrahim bin Muslim Al-Hijriy; dia adalah seorang yang layyinul hadits (lembek haditsnya). Selain itu, juga ada Bakr bin Khunais, seorang yang shoduq (jujur), tapi memiliki beberapa kesalahan. Karenanya Syaikh Al-Albaniy melemahkannya dalam Adh-Dho’ifah (2233)

More aboutHADIST DHOIF NO 33. Taubat yang Benar

HADIST DHOIF NO 34. Adam Turun di India

Posted by Unknown




Dalam kisah-kisah para naib dan rasul, disebutkan kisah masyhur bahwa Adam turun di negeri India, berdasarkan hadits yang lemah berikut ini,

نَزَلَآدَمُ بِالْهِنْدِ وَاسْتَوْحَشَ فَنَزَلَ جِبْرِيْلُ فَنَادَى بِالْأَذَانِ اللهُ أَكْبَرُ اللهُأَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَإِلَّا اللهُ مَرَّتَيْنِ أَشْهَدُأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ مَرَّتَيْنِ قَالَآدَمُ مَنْ مُحَمَّدٌ قَالَآخِرُ وَلَدِكَ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ

Nabi Adam turun di India, dan beliau merasa asing. Maka turunlah Jibril seraya mengumandangkan adzan, “Allahu Akbar, Asyhadu Alla Ilaha illallah (dua kali), asyhadu anna Muhammdan rasulullah (dua kali). Adam bertanya, “Siapakah Muhammad itu?” Jibril menjawab, “Cucumu yang paling terakhir dari kalangan nabi“.”. [HR.Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqo (2/323/2)]

Hadits ini dho’if (lemah), atau palsu, karena ada seorang rawi dalam sanadnya yang bernama Muhammad bin Abdillah bin Sulaiman. Orang yang bernama seperti ini ada dua; yang pertama dipanggil Al-Kufiy, orangnya majhul (tidak dikenal), sedang orang yang seperti ini haditsnya lemah. Yang satunya lagi, dikenal dengan Al-Khurasaniy. Orang ini tertuduh dusta. Jika dia yang terdapat dalam sanad ini, maka hadits ini palsu. Hadits ini di-dho’if-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Adh-Dho’ifah (403).

More aboutHADIST DHOIF NO 34. Adam Turun di India