Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 35. Orang Yang Berhak atas Anak

Posted by Unknown on Sabtu, 11 Mei 2013




عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ ابْنِي هَذَا كَانَ بَطْنِي لَهُ وِعَاءً وَثَدْيِي لَهُ سِقَاءً وَحِجْرِي لَهُ حِوَاءً وَإِنَّ أَبَاهُ طَلَّقَنِي وَأَرَادَ أَنْ يَنْتَزِعَهُ مِنِّي فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْتِ أَحَقُّ بِهِ مَا لَمْ تَنْكِحِي

2276. Dari Abdullah bin Amru: Ada seorang wanita bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasul, anakku ini dulu keluar dari perutku, susuku sebagai siraman baginya, dan kuda betina ini baginya sebagai barang milik. Ayahnya sekarang telah menthalak serta ingin meminta anak ini dariku." Rasulullah kemudian bersabda kepada sang wanita, "Kamu lebih berhak atas anakmu selama kamu belum menikah. " (Hasan)

أَبَا مَيْمُونَةَ سَلْمَى مَوْلًى مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ رَجُلَ صِدْقٍ قَالَ بَيْنَمَا أَنَا جَالِسٌ مَعَ أَبِي هُرَيْرَةَ جَاءَتْهُ امْرَأَةٌ فَارِسِيَّةٌ مَعَهَا ابْنٌ لَهَا فَادَّعَيَاهُ وَقَدْ طَلَّقَهَا زَوْجُهَا فَقَالَتْ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ وَرَطَنَتْ لَهُ بِالْفَارِسِيَّةِ زَوْجِي يُرِيدُ أَنْ يَذْهَبَ بِابْنِي فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ اسْتَهِمَا عَلَيْهِ وَرَطَنَ لَهَا بِذَلِكَ فَجَاءَ زَوْجُهَا فَقَالَ مَنْ يُحَاقُّنِي فِي وَلَدِي فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ اللَّهُمَّ إِنِّي لَا أَقُولُ هَذَا إِلَّا أَنِّي سَمِعْتُ امْرَأَةً جَاءَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا قَاعِدٌ عِنْدَهُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ زَوْجِي يُرِيدُ أَنْ يَذْهَبَ بِابْنِي وَقَدْ سَقَانِي مِنْ بِئْرِ أَبِي عِنَبَةَ وَقَدْ نَفَعَنِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَهِمَا عَلَيْهِ فَقَالَ زَوْجُهَا مَنْ يُحَاقُّنِي فِي وَلَدِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا أَبُوكَ وَهَذِهِ أُمُّكَ فَخُذْ بِيَدِ أَيِّهِمَا شِئْتَ فَأَخَذَ بِيَدِ أُمِّهِ فَانْطَلَقَتْ بِهِ

2277. Dari Abu Maimunah Sulma —pelayan di kalangan Madinah dan seorang laki-laki yang jujur— berkata: Saat aku duduk bersama Abu Hurairah, ia didatangi seorang wanita Persia bersama anaknya, yang menjadi rebutan antara dia dan suaminya, sedangkan wanita tersebut telah dithalak suaminya. Wanita tersebut lalu bertanya kepada Abu Hurairah —dengan memakai bahasa Persia—, "Hai Abu Hurairah, suamiku ingin pergi bersama anakku." Abu Hurairah menjawab, "Coba kalian berdua, datangkan suamimu." Sesaat kemudian suaminya datang dan berkata, "Siapa yang mengakui lebih berhak dengan anakku?," Abu Hurairah menjawab, "Aku tidak mengatakan seperti itu, hanya saja aku pernah mendengar kisah bahwa ada seorang wanita mendatangi Rasulullah -aku saat itu duduk di dekat Nabi- dan berkata, "Wahai Rasul, suamiku ingin pergi bersama anakku, sementara suamiku telah memberiku siraman dari sumur Abu Inabah, apakah itu berpengaruh?" Rasulullah menjawab, "Coba kalian berdua, datangkan suamimu itu. " Suaminya lalu datang dan berkata, "Siapa yang lebih berhak dariku atas anakku?" Rasulullah bersabda, "Ini adalah bapakmu dan ini adalah ibumu, maka peganglah tangan (salah satu dari mereka) yang kamu inginkan. " Ternyata sang anak memegang tangan ibunya dan akhirnya pergilah anak itu bersama ibunya. (Shahih)

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَرَجَ زَيْدُ بْنُ حَارِثَةَ إِلَى مَكَّةَ فَقَدِمَ بِابْنَةِ حَمْزَةَ فَقَالَ جَعْفَرٌ أَنَا آخُذُهَا أَنَا أَحَقُّ بِهَا ابْنَةُ عَمِّي وَعِنْدِي خَالَتُهَا وَإِنَّمَا الْخَالَةُ أُمٌّ فَقَالَ عَلِيٌّ أَنَا أَحَقُّ بِهَا ابْنَةُ عَمِّي وَعِنْدِي ابْنَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ أَحَقُّ بِهَا فَقَالَ زَيْدٌ أَنَا أَحَقُّ بِهَا أَنَا خَرَجْتُ إِلَيْهَا وَسَافَرْتُ وَقَدِمْتُ بِهَا فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ حَدِيثًا قَالَ وَأَمَّا الْجَارِيَةُ فَأَقْضِي بِهَا لِجَعْفَرٍ تَكُونُ مَعَ خَالَتِهَا وَإِنَّمَا الْخَالَةُ أُمٌّ

2278. Dari Ali, ia berkata: "Zaid bin Haritsah kelnar menuju Makkah bersama anak perempuan Hamzah. Ja'far berkata, "Aku yang berhak mengambilnya karena ia anak perempuan pamanku. Aku mempunyai bibinya, sedangkan bibi statusnya sama dengan ibu." Aku (Ali) kemudian berkata, "Aku yang lebih berhak atasnya, karena itu anak perempuan pamanku. Aku mempunyai anak perempuannya Rasulullah, orang yang lebih berhak atasnya." Zaid berkata, "Aku lebih berhak atasnya, karena aku yang menghampirinya dan pergi bersamanya." Sesaat kemudian Rasulullah keluar dan bersabda, "Aku memutuskan anak ini, bersama Ja'far, sebab ia mempunyai bibinya, maka dia nanti bersama bibinya, bibi statusnya sama dengan ibu." {Shahih)

بِهَذَا الْخَبَرِ وَلَيْسَ بِتَمَامِهِ قَالَ وَقَضَى بِهَا لِجَعْفَرٍ وَقَالَ إِنَّ خَالَتَهَا عِنْدَهُ

2279. Dari Ali —seperti hadits tadi— ia berkata, "Rasulullah memutuskan agar anak tersebut ikut bersama Ja'far. Beliau kemudian bersabda, "Bibinya ada pada Ja'far. " {Shahih)

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ لَمَّا خَرَجْنَا مِنْ مَكَّةَ تَبِعَتْنَا بِنْتُ حَمْزَةَ تُنَادِي يَا عَمُّ يَا عَمُّ فَتَنَاوَلَهَا عَلِيٌّ فَأَخَذَ بِيَدِهَا وَقَالَ دُونَكِ بِنْتَ عَمِّكِ فَحَمَلَتْهَا فَقَصَّ الْخَبَرَ قَالَ وَقَالَ جَعْفَرٌ ابْنَةُ عَمِّي وَخَالَتُهَا تَحْتِي فَقَضَى بِهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِخَالَتِهَا وَقَالَ الْخَالَةُ بِمَنْزِلَةِ الْأُمِّ

2280. Dari Ali, ia berkata: Ketika aku keluar dari Makkah, aku diikuti anak perempuan Hamzah, ia memanggil, "Hai paman." Aku pun menghampirinya dan memegang tangannya, kemudian berkata, "Kamu mempunyai anak perempuan dari pamanmu," kemudian anak perempuan pamannya membawanya pergi, lalu perawi hadits menceritakan kisahnya. Ja'far berkata, "ini adalah anak perempuan pamanku, bibinya di bawahku," kemudian Rasulullah bersabda kepada bibinya, "Seorang bibi statusnnya sama dengan ibu." (Shahih)

More about Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 35. Orang Yang Berhak atas Anak

Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 33. Model Pernikahan Orang Jahiliyah

Posted by Unknown




أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ النِّكَاحَ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ عَلَى أَرْبَعَةِ أَنْحَاءٍ فَكَانَ مِنْهَا نِكَاحُ النَّاسِ الْيَوْمَ يَخْطُبُ الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ وَلِيَّتَهُ فَيُصْدِقُهَا ثُمَّ يَنْكِحُهَا وَنِكَاحٌ آخَرُ كَانَ الرَّجُلُ يَقُولُ لِامْرَأَتِهِ إِذَا طَهُرَتْ مِنْ طَمْثِهَا أَرْسِلِي إِلَى فُلَانٍ فَاسْتَبْضِعِي مِنْهُ وَيَعْتَزِلُهَا زَوْجُهَا وَلَا يَمَسُّهَا أَبَدًا حَتَّى يَتَبَيَّنَ حَمْلُهَا مِنْ ذَلِكَ الرَّجُلِ الَّذِي تَسْتَبْضِعُ مِنْهُ فَإِذَا تَبَيَّنَ حَمْلُهَا أَصَابَهَا زَوْجُهَا إِنْ أَحَبَّ وَإِنَّمَا يَفْعَلُ ذَلِكَ رَغْبَةً فِي نَجَابَةِ الْوَلَدِ فَكَانَ هَذَا النِّكَاحُ يُسَمَّى نِكَاحَ الِاسْتِبْضَاعِ وَنِكَاحٌ آخَرُ يَجْتَمِعُ الرَّهْطُ دُونَ الْعَشَرَةِ فَيَدْخُلُونَ عَلَى الْمَرْأَةِ كُلُّهُمْ يُصِيبُهَا فَإِذَا حَمَلَتْ وَوَضَعَتْ وَمَرَّ لَيَالٍ بَعْدَ أَنْ تَضَعَ حَمْلَهَا أَرْسَلَتْ إِلَيْهِمْ فَلَمْ يَسْتَطِعْ رَجُلٌ مِنْهُمْ أَنْ يَمْتَنِعَ حَتَّى يَجْتَمِعُوا عِنْدَهَا فَتَقُولُ لَهُمْ قَدْ عَرَفْتُمْ الَّذِي كَانَ مِنْ أَمْرِكُمْ وَقَدْ وَلَدْتُ وَهُوَ ابْنُكَ يَا فُلَانُ فَتُسَمِّي مَنْ أَحَبَّتْ مِنْهُمْ بِاسْمِهِ فَيَلْحَقُ بِهِ وَلَدُهَا وَنِكَاحٌ رَابِعٌ يَجْتَمِعُ النَّاسُ الْكَثِيرُ فَيَدْخُلُونَ عَلَى الْمَرْأَةِ لَا تَمْتَنِعُ مِمَّنْ جَاءَهَا وَهُنَّ الْبَغَايَا كُنَّ يَنْصِبْنَ عَلَى أَبْوَابِهِنَّ رَايَاتٍ يَكُنَّ عَلَمًا لِمَنْ أَرَادَهُنَّ دَخَلَ عَلَيْهِنَّ فَإِذَا حَمَلَتْ فَوَضَعَتْ حَمْلَهَا جُمِعُوا لَهَا وَدَعَوْا لَهُمْ الْقَافَةَ ثُمَّ أَلْحَقُوا وَلَدَهَا بِالَّذِي يَرَوْنَ فَالْتَاطَهُ وَدُعِيَ ابْنَهُ لَا يَمْتَنِعُ مِنْ ذَلِكَ فَلَمَّا بَعَثَ اللَّهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَدَمَ نِكَاحَ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ كُلَّهُ إِلَّا نِكَاحَ أَهْلِ الْإِسْلَامِ الْيَوْمَ

2272. Dari Aisyah: Pernikahan zaman jahiliyah ada empat bentuk, yaitu:

  1. Laki-laki menyuruh keluarganya meminang wanita dan akhirnya dinikahkan. Ini adalah pernikahan model sekarang.
  2.  
  3. Laki-laki berkata kepada istrinya yang telah suci dari haid, "Pergilah menuju si fulan dan bersetubuhlah dengannya." Sang suami lalu tidak menyentuh istrinya sampai benar-benar nampak kehamilan sang istri dari si fulan tadi. Ketika telah nampak kehamilannya, bila suami masih suka kepada istrinya, maka ia boleh menggaulinya, itu dilakukan karena senang dengan kelahiran sang anak. Nikah semacam itu dinamakan nikah istibdha' (nikah bersetubuh dengan orang lain).
  4.  
  5. Sekumpulan orang —yang berjumlah kurang dari sepuluh— menyetubuhi seorang wanita, lalu ketika wanita itu sudah hamil dan setelah beberapa malam melahirkan, sang wanita mendatangi mereka. Si wanita lalu berkata, kepada mereka, "Kalian semua telah mengetahui persoalan ini, aku telah melahirkan, ini adalah anakmu hai fulan (si wanita menyebut nama di antara mereka yang ia sukai)." Sang anak kemudian dinisbatkan kepada orang yang namanya disebut.
  6.  
  7. Orang banyak berkumpul, lalu mereka semua menyetubuhi seorang wanita, sang wanita pun tidak menolak orang yang mendatanginya, karena ia termasuk pelacur, yang menancapkan bendera sebagai tanda bahwa ia mempersilakan orang yang berminat kepadanya. Ketika sang wanita hamil dan melahirkan, mereka semua berkumpul di dekat wanita dengan mendatangkan paranormal, kemudian mereka menisbatkan anak menurut pandangan mereka. Orang yang ditunjuk tidak boleh menolak.
  8.  
Ketika Allah mengutus Nabi Muhammad SAW, beliau memberantas bentuk pernikahan orang-orang jahiliyah, kecuali pernikahan ahli Islam saat ini. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

More about Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 33. Model Pernikahan Orang Jahiliyah

Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 34. Penisbatan Anak

Posted by Unknown




عَنْ عَائِشَةَ اخْتَصَمَ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ وَعَبْدُ بْنُ زَمْعَةَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ابْنِ أَمَةِ زَمْعَةَ فَقَالَ سَعْدٌ أَوْصَانِي أَخِي عُتْبَةُ إِذَا قَدِمْتُ مَكَّةَ أَنْ أَنْظُرَ إِلَى ابْنِ أَمَةِ زَمْعَةَ فَأَقْبِضَهُ فَإِنَّهُ ابْنُهُ وَقَالَ عَبْدُ بْنُ زَمْعَةَ أَخِي ابْنُ أَمَةِ أَبِي وُلِدَ عَلَى فِرَاشِ أَبِي فَرَأَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَبَهًا بَيِّنًا بِعُتْبَةَ فَقَالَ الْوَلَدُ لِلْفِرَاشِ وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ وَاحْتَجِبِي عَنْهُ يَا سَوْدَةُ زَادَ مُسَدَّدٌ فِي حَدِيثِهِ وَقَالَ هُوَ أَخُوكَ يَا عَبْدُ

2273. Dari Aisyah, ia berkata: Suatu ketika Sa'ad bin Abu Waqqas dan Abd bin Zam'ah bertengkar tentang anak budak Zam'ah. Akhirnya mereka mengadukan permasalahan itu kepada Rasulullah SAW. Sa'ad berkata, "Ketika aku tiba di Makkah, aku diwasiati saudaraku (Utbah) agar melihat anak budak Zam'ah, kemudian harus mengambilnya, sebab ia adalah anaknya." 'Abd bin Zam'ah berkata, "Saudaraku adalah anak dari budak (wanita) ayahku, ia merupakan hasil hubungan dengan ayahku." Rasulullah melihat adanya kemiripan dengan Utbah, lalu beliau bersabda, "Anak adalah menurut hasil persetubuhan, bagi lelaki yang berzina hukumannya batu, buatlah penghalang darinya wahai Saudah "

Dalam satu riwayat ada tambahan, "Dia adalah saudaramu wahai Abd. " (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Hadits ini tidak ada tambahannya, dan hadits tersebut dinilai Mu'alaq oleh Bukhari.

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ فُلَانًا ابْنِي عَاهَرْتُ بِأُمِّهِ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا دَعْوَةَ فِي الْإِسْلَامِ ذَهَبَ أَمْرُ الْجَاهِلِيَّةِ الْوَلَدُ لِلْفِرَاشِ وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ

2274. Dari Abdullah bin Amru bin Ash, ia berkata: Ada seorang lelaki berdiri lalu berkata, "Wahai Rasulullah, fulan adalah anakku. Aku berzina dengan ibunya pada zaman jahiliyah." Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Tidak ada penisbatan pada selain bapaknya dalam Islam. Permasalahan jahiliyah telah hilang, penisbatan anak adalah kepada persetubuhan, dan bagi lelaki yang zina hukumannya batu." {Hasan Shahih)

More about Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 34. Penisbatan Anak

Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 31. Al-Qafah

Posted by Unknown




عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مُسَدَّدٌ وَابْنُ السَّرْحِ يَوْمًا مَسْرُورًا وَقَالَ عُثْمَانُ تُعْرَفُ أَسَارِيرُ وَجْهِهِ فَقَالَ أَيْ عَائِشَةُ أَلَمْ تَرَيْ أَنَّ مُجَزِّزًا الْمُدْلِجِيَّ رَأَى زَيْدًا وَأُسَامَةَ قَدْ غَطَّيَا رُءُوسَهُمَا بِقَطِيفَةٍ وَبَدَتْ أَقْدَامُهُمَا فَقَالَ إِنَّ هَذِهِ الْأَقْدَامَ بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ قَالَ أَبُو دَاوُد كَانَ أُسَامَةُ أَسْوَدَ وَكَانَ زَيْدٌ أَبْيَضَ

2267. Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Suatu hari Rasulullah SAW menemuiku dengan muka berseri (dalam redaksi lain: terlihat jerat-jerat kebahagiaan pada wajah dan kening beliau, kemudian beliau bersabda, "Wahai Aisyah, apakah kamu tidak tahu bahwa Mujazziz Al Mudliji telah melihat Zaid dan Usamah, keduanya menutupi kepalanya dengan pakaian kumal, sementara kedua kaki mereka kelihatan, Mujazziz kemudian mengatakan bahwa sesungguhnya sebagian kaki berasal dari sebagian yang lain (maksudnya; keduanya adalah satu keturunan)."

Abu Daud berkomentar, "Usamah berkulit hitam, sedangkan Zaid berkulit putih." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

بِإِسْنَادِهِ وَمَعْنَاهُ قَالَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ مَسْرُورًا تَبْرُقُ أَسَارِيرُ وَجْهِهِ

2268. Dari Aisyah, —seperti hadits tersebut— ia berkata: Suatu saat Rasulullah menjumpaiku dengan nampak terpancar jerat-jerat kebahagian di wajah beliau. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

قَالَ أَبُو دَاوُد وَسَمِعْتُ أَحْمَدَ بْنَ صَالِحٍ يَقُولُ كَانَ أُسَامَةُ أَسْوَدَ شَدِيدَ السَّوَادِ مِثْلَ الْقَارِ

Abu Daud berkata: "Aku mendengar Ahmad bin Shalih berkata, Usamah berkulit hitam legam seperti batu hitam, sedangkan Zaid berkulit putih seperti kapas." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

More about Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 31. Al-Qafah

Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 32. Orang yang Berpendapat agar Dilakukan Pengundian ketika Terjadi Perselisihan dalam Hal Anak

Posted by Unknown




عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ الْيَمَنِ فَقَالَ إِنَّ ثَلَاثَةَ نَفَرٍ مِنْ أَهْلِ الْيَمَنِ أَتَوْا عَلِيًّا يَخْتَصِمُونَ إِلَيْهِ فِي وَلَدٍ وَقَدْ وَقَعُوا عَلَى امْرَأَةٍ فِي طُهْرٍ وَاحِدٍ فَقَالَ لِاثْنَيْنِ مِنْهُمَا طِيبَا بِالْوَلَدِ لِهَذَا فَغَلَيَا ثُمَّ قَالَ لِاثْنَيْنِ طِيبَا بِالْوَلَدِ لِهَذَا فَغَلَيَا ثُمَّ قَالَ لِاثْنَيْنِ طِيبَا بِالْوَلَدِ لِهَذَا فَغَلَيَا فَقَالَ أَنْتُمْ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ إِنِّي مُقْرِعٌ بَيْنَكُمْ فَمَنْ قُرِعَ فَلَهُ الْوَلَدُ وَعَلَيْهِ لِصَاحِبَيْهِ ثُلُثَا الدِّيَةِ فَأَقْرَعَ بَيْنَهُمْ فَجَعَلَهُ لِمَنْ قُرِعَ فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ أَضْرَاسُهُ أَوْ نَوَاجِذُهُ

2269. Dari Zaid bin Arqam, ia berkata: Aku pernah duduk berdekatan dengan Rasulullah SAW, dan tiba-tiba datang seorang laki-laki dari daerah Yaman, ia berkata, "Ada tiga orang dari Yaman mendatangi Ali untuk meminta hukum tentang status anak. Mereka telah menyetubuhi seorang wanita dalam satu persucian. Ali lalu berkata kepada keduanya, "Siapa nanti yang menjadi penanggung jawab anak ini?" Keduanya mengelak. Lalu Ali bertanya kepada dua orang tersebut, "Siapa nanti yang bertanggung jawab anak ini?" Keduanya mengelak. Ali kemudian berkata, "Kalau begitu kalian semua ikut bertanggung jawab atas anak ini. Aku akan melakukan pengundian, dan yang namanya keluar akan bertanggung jawab atas anak ini, sedangkan yang lain membayar dua pertiga diyat." Ali lalu melakukan pengundian. Setelah Rasulullah mendengar kabar itu, beliau tertawa sampai kelihatan beberapa gigi geraham beliau. {Shahih)

عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ أُتِيَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِثَلَاثَةٍ وَهُوَ بِالْيَمَنِ وَقَعُوا عَلَى امْرَأَةٍ فِي طُهْرٍ وَاحِدٍ فَسَأَلَ اثْنَيْنِ أَتُقِرَّانِ لِهَذَا بِالْوَلَدِ قَالَا لَا حَتَّى سَأَلَهُمْ جَمِيعًا فَجَعَلَ كُلَّمَا سَأَلَ اثْنَيْنِ قَالَا لَا فَأَقْرَعَ بَيْنَهُمْ فَأَلْحَقَ الْوَلَدَ بِالَّذِي صَارَتْ عَلَيْهِ الْقُرْعَةُ وَجَعَلَ عَلَيْهِ ثُلُثَيْ الدِّيَةِ قَالَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ

2270. Dari Zaid bin Arqam, ia berkata: Ali didatangi tiga orang dari Yaman yang telah menyetubuhi seorang wanita dalam satu persucian, lalu Ali bertanya kepada dua orang diantaranya, "Apakah kalian berdua mengakui anak ini?" Keduanya menjawab, "Tidak." Sampai akhirnya Ali menanyai semuanya. Setiap kali mereka berdua ditanya mereka selalu menjawab tidak. Ali pun melakukan pengundian dan menisbatkan anak kepada orang yang namanya keluar dalam pengundian tersebut, sementara yang lain harus membayar dua pertiga diyat.

Perawi hadits ini berkata: Kejadian itu diberitahukan kepada Nabi, ternyata setelah mendengarnya Nabi tertawa sampai kelihatan gigi geraham beliau. (Shahih)

More about Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 32. Orang yang Berpendapat agar Dilakukan Pengundian ketika Terjadi Perselisihan dalam Hal Anak

Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 30. Status Nasab Anak Zina

Posted by Unknown




عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَضَى أَنَّ كُلَّ مُسْتَلْحَقٍ اسْتُلْحِقَ بَعْدَ أَبِيهِ الَّذِي يُدْعَى لَهُ ادَّعَاهُ وَرَثَتُهُ فَقَضَى أَنَّ كُلَّ مَنْ كَانَ مِنْ أَمَةٍ يَمْلِكُهَا يَوْمَ أَصَابَهَا فَقَدْ لَحِقَ بِمَنْ اسْتَلْحَقَهُ وَلَيْسَ لَهُ مِمَّا قُسِمَ قَبْلَهُ مِنْ الْمِيرَاثِ شَيْءٌ وَمَا أَدْرَكَ مِنْ مِيرَاثٍ لَمْ يُقْسَمْ فَلَهُ نَصِيبُهُ وَلَا يَلْحَقُ إِذَا كَانَ أَبُوهُ الَّذِي يُدْعَى لَهُ أَنْكَرَهُ وَإِنْ كَانَ مِنْ أَمَةٍ لَمْ يَمْلِكْهَا أَوْ مِنْ حُرَّةٍ عَاهَرَ بِهَا فَإِنَّهُ لَا يَلْحَقُ بِهِ وَلَا يَرِثُ وَإِنْ كَانَ الَّذِي يُدْعَى لَهُ هُوَ ادَّعَاهُ فَهُوَ وَلَدُ زِنْيَةٍ مِنْ حُرَّةٍ كَانَ أَوْ أَمَةٍ

2265. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash, Sesungguhnya Nabi SAW memutuskan bahwa setiap orang yang meminta ahli waris untuk memasukkan dirinya ke dalam golongan mereka, setelah kematian bapaknya yang diakui sebagai nasabnya, maka dia dimasukkan dalam nasabnya jika diakui ahli warisnya. Beliau memutuskan bahwa setiap orang yang dilahirkan dan budak wanita yang dimiliki oleh tuannya dan telah disetubuhi, maka dia dimasukkan dalam ahli waris, dan dia tidak mendapatkan harta warisan yang telah dibagi, tetapi jika dia mendapatkan harta warisan yang belum dibagi maka dia memperoleh bagian dari harta warisan itu. Namun dia tidak dimasukkan dalam golongan ahli waris jika bapaknya yang diakui sebagai nasabnya mengingkarinya. Jika dia (anak itu dilahirkan) dari hamba sahaya yang tidak dimilikinya atau dari perempuan merdeka yang telah dizinahinya, maka dia tidak dinasabkan kepadanya dan tidak mendapatkan warisan, tetapi jika orang yang diakui sebagai nasabnya itu mengakui hal itu (perzinahan) maka anak itu adalah anak zina, baik dari perempuan merdeka atau hamba sahaya. (Hasan)

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ رَاشِدٍ بِإِسْنَادِهِ وَمَعْنَاهُ زَادَ وَهُوَ وَلَدُ زِنَا لِأَهْلِ أُمِّهِ مَنْ كَانُوا حُرَّةً أَوْ أَمَةً وَذَلِكَ فِيمَا اسْتُلْحِقَ فِي أَوَّلِ الْإِسْلَامِ فَمَا اقْتُسِمَ مِنْ مَالٍ قَبْلَ الْإِسْلَامِ فَقَدْ مَضَى

2266. Diriwayatkan dari Ibnu Amr... dengan isnad dan makna yang sama dengan hadits diatas, perawi menambahkan: "Maka anak itu adalah anak zina bagi keluarga ibunya, baik ibunya berstatus merdeka ataupun budak. Hal itu yang diberlakukan pada masa permulaan Islam, adapun harta yang telah dibagi sebelum masa Islam maka itu sudah berlalu. (Hasan)

More about Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 30. Status Nasab Anak Zina

Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 27. Li'an

Posted by Unknown



أَنَّ سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ السَّاعِدِيَّ أَخْبَرَهُ أَنَّ عُوَيْمِرَ بْنَ أَشْقَرَ الْعَجْلَانِيَّ جَاءَ إِلَى عَاصِمِ بْنِ عَدِيٍّ فَقَالَ لَهُ يَا عَاصِمُ أَرَأَيْتَ رَجُلًا وَجَدَ مَعَ امْرَأَتِهِ رَجُلًا أَيَقْتُلُهُ فَتَقْتُلُونَهُ أَمْ كَيْفَ يَفْعَلُ سَلْ لِي يَا عَاصِمُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ فَسَأَلَ عَاصِمٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَرِهَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَسَائِلَ وَعَابَهَا حَتَّى كَبُرَ عَلَى عَاصِمٍ مَا سَمِعَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَجَعَ عَاصِمٌ إِلَى أَهْلِهِ جَاءَهُ عُوَيْمِرٌ فَقَالَ لَهُ يَا عَاصِمُ مَاذَا قَالَ لَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عَاصِمٌ لَمْ تَأْتِنِي بِخَيْرٍ قَدْ كَرِهَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَسْأَلَةَ الَّتِي سَأَلْتُهُ عَنْهَا فَقَالَ عُوَيْمِرٌ وَاللَّهِ لَا أَنْتَهِي حَتَّى أَسْأَلَهُ عَنْهَا فَأَقْبَلَ عُوَيْمِرٌ حَتَّى أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ وَسْطَ النَّاسِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ رَجُلًا وَجَدَ مَعَ امْرَأَتِهِ رَجُلًا أَيَقْتُلُهُ فَتَقْتُلُونَهُ أَمْ كَيْفَ يَفْعَلُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أُنْزِلَ فِيكَ وَفِي صَاحِبَتِكَ قُرْآنٌ فَاذْهَبْ فَأْتِ بِهَا قَالَ سَهْلٌ فَتَلَاعَنَا وَأَنَا مَعَ النَّاسِ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا فَرَغَا قَالَ عُوَيْمِرٌ كَذَبْتُ عَلَيْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَمْسَكْتُهَا فَطَلَّقَهَا عُوَيْمِرٌ ثَلَاثًا قَبْلَ أَنْ يَأْمُرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ فَكَانَتْ تِلْكَ سُنَّةُ الْمُتَلَاعِنَيْنِ

2245. Dari Sahal bin Sa'ad As-Sa'idy: Uwaimir bin Asyqar Al Ajlani mendatangi Ashim bin Addiy, kemudian bertanya, "Hai Ashim, apa pendapatmu bila ada seorang laki-laki yang dijumpai sedang berselingkuh dengan wanita lain, apakah suami boleh membunuhnya lalu engkau membunuh dia? Atau apa yang harus ia (suami) lakukan?. Wahai Ashim, coba engkau tanyakan hal ini kepada Rasulullah SAW". Ashim lalu bertanya kepada Rasulullah, ternyata Rasulullah nampak benci dan mencela permasalahan tersebut. Ketika Ashim pulang, Uwaimir mendatanginya dan bertanya, "Hai Ashim, apa yang dikatakan Rasulullah kepadamu?" Ashim menjawab, "Kamu sama sekali tidak mendatangkan kebaikan bagiku. Rasulullah membenci persoalan yang telah aku tanyakan." Uwaimir menjawab, "Demi Allah, aku tidak akan merasa lega sebelum bertanya kepada Rasulullah." Uwaimir kemudian mendatangi Rasulullah yang masih berada di tengah-tengah kerumunan orang banyak. Uwaimir menyapa Nabi, "Wahai Rasulullah, apa pendapat Anda tentang suami yang melihat istrinya sedang berselingkuh dengan lelaki lain? Suami akan membunuh lelakinya atau Anda yang akan membunuhnya? Atau apa yang harus diperbuat (oleh suaminya):" Rasulullah SAW menjawab, "Kalian dan teman kalian telah diturunkan Al Qur'an, maka pergi dan bawalah wanita itu ke sini. " Sahal berkata: Suami istri tadi lalu saling mengucapkan sumpah li'an (sumpah yang dilakukan suami dan istri untuk menolak dakwaan perselingkuhan), sedangkan saya bersama Rasulullah SAW dan orang lainnya. Ketika keduanya telah selesai mengucapkan Li'an, Uwaimir berkata, "Aku telah mendustai wanita itu ya Rasul apabila aku menginginkannya.'' Uwaimir kemudian men-thalak tiga kali sebelum diperintah Nabi SAW. Ibnu Syihab berkomentar, itulah awal mula adanya sumpah Li'an. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِعَاصِمِ بْنِ عَدِيٍّ أَمْسِكْ الْمَرْأَةَ عِنْدَكَ حَتَّى تَلِدَ

2246. Dari Sahal bin Sa'ad As-Sa'idi: Rasulullah SAW berkata kepada Ashim bin Addi, "Biarkan sang istri berada di sisimu sampai ia melahirkan. " {Hasan)

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ حَضَرْتُ لِعَانَهُمَا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا ابْنُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً وَسَاقَ الْحَدِيثَ قَالَ فِيهِ ثُمَّ خَرَجَتْ حَامِلًا فَكَانَ الْوَلَدُ يُدْعَى إِلَى أُمِّهِ

2247. Dari Sahal bin Sa'ad, ia berkata: Aku telah menghadiri sumpah li'an keduanya, yang disaksikan oleh Nabi. Aku saat itu berumur lima belas tahun, kemudian menuturkan hadits seperti tadi... Dalam hadits tersebut ia mengatakan: Sang wanita lalu keluar dalam keadaan hamil, maka anaknya nanti dinisbatkan kepada ibunya. {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ فِي خَبَرِ الْمُتَلَاعِنَيْنِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْصِرُوهَا فَإِنْ جَاءَتْ بِهِ أَدْعَجَ الْعَيْنَيْنِ عَظِيمَ الْأَلْيَتَيْنِ فَلَا أُرَاهُ إِلَّا قَدْ صَدَقَ وَإِنْ جَاءَتْ بِهِ أُحَيْمِرَ كَأَنَّهُ وَحَرَةٌ فَلَا أُرَاهُ إِلَّا كَاذِبًا قَالَ فَجَاءَتْ بِهِ عَلَى النَّعْتِ الْمَكْرُوهِ

2248. Dari Sahal bin Sa'ad: Setelah menceritakan kejadian tersebut, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Lihatlah wanita itu, bila dia datang dengan membawa anak yang matanya sangat hitam dan lebar serta berbahu besar, maka dakwaan suaminya benar. Tapi bila dia datang dengan anak yang nampak kemerah-merahan dan seakan-akan dia (suaminya) marah, maka suaminya telah berdusta. " Perawi berkata: Istrinya lalu datang bersama anaknya dengan watak yang dibenci. (Shahih: Bukhari)

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ بِهَذَا الْخَبَرِ قَالَ فَكَانَ يُدْعَى يَعْنِي الْوَلَدَ لِأُمِّهِ

2249. Dari Sahal... bahwa setelah menceritakan kejadian itu, ia berkata: Anak yang lahir lalu dinisbatkan kepada ibunya. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ فِي هَذَا الْخَبَرِ قَالَ فَطَلَّقَهَا ثَلَاثَ تَطْلِيقَاتٍ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَنْفَذَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ مَا صُنِعَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُنَّةٌ. قَالَ سَهْلٌ حَضَرْتُ هَذَا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَضَتْ السُّنَّةُ بَعْدُ فِي الْمُتَلَاعِنَيْنِ أَنْ يُفَرَّقَ بَيْنَهُمَا ثُمَّ لَا يَجْتَمِعَانِ أَبَدًا

2250. Dari Sahal —dalam hadits ini— ia berkata: Sang suami kemudian men-thalak dengan tiga thalak sekaligus di depan Nabi SAW. Rasulullah pun mengesahkannya. Perbuatan tersebut, yang dilakukan di depan Nabi, adalah sunnah (ajaran Nabi). Sahal melanjutkan ceritanya: Aku menyaksikan kejadian itu di depan Nabi SAW, kemudian Sunnah dijalankan, yaitu memisahkan antara suami istri dan tidak diperbolehkan berkumpul untuk selamanya. {Shahih)

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ مُسَدَّدٌ قَالَ شَهِدْتُ الْمُتَلَاعِنَيْنِ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا ابْنُ خَمْسَ عَشْرَةَ فَفَرَّقَ بَيْنَهُمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ تَلَاعَنَا وَتَمَّ حَدِيثُ مُسَدَّدٍ وَقَالَ الْآخَرُونَ إِنَّهُ شَهِدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَّقَ بَيْنَ الْمُتَلَاعِنَيْنِ فَقَالَ الرَّجُلُ كَذَبْتُ عَلَيْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَمْسَكْتُهَا لَمْ يَقُلْ بَعْضُهُمْ عَلَيْهَا

2251. Dari Sahal, —seperti hadits tadi— ia berkata: Pada zaman Rasulullah SAW, saat aku berumur lima belas tahun, aku menyaksikan sepasang suami istri saling mengucapkan Li'an. Setelah itu Rasulullah memisahkan keduanya. Dalam kalimat lain dinyatakan bahwa Sahal menyaksikan Nabi memisah dua orang yang berli'an, kemudian seorang lelaki berkata, "Aku telah berdusta pada wanita tersebut wahai Rasul apabila aku masih menginginkannya." (Shahih: Bukhari)

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ فِي هَذَا الْحَدِيثِ وَكَانَتْ حَامِلًا فَأَنْكَرَ حَمْلَهَا فَكَانَ ابْنُهَا يُدْعَى إِلَيْهَا ثُمَّ جَرَتْ السُّنَّةُ فِي الْمِيرَاثِ أَنْ يَرِثَهَا وَتَرِثَ مِنْهُ مَا فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهَا

2252. Dari Sahal —seperti hadits tadi— ia berkata: Wanita tersebut sedang hamil, tapi suaminya tidak mengakui kandungannya, maka anaknya nanti dinisbatkan kepada sang ibu. Menurut Sunnah, sang anak dapat mewarisi dan ibu juga bisa mewarisi dari anaknya. {Shahih: Bukhari)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ إِنَّا لَلَيْلَةُ جُمُعَةٍ فِي الْمَسْجِدِ إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا وَجَدَ مَعَ امْرَأَتِهِ رَجُلًا فَتَكَلَّمَ بِهِ جَلَدْتُمُوهُ أَوْ قَتَلَ قَتَلْتُمُوهُ فَإِنْ سَكَتَ سَكَتَ عَلَى غَيْظٍ وَاللَّهِ لَأَسْأَلَنَّ عَنْهُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا كَانَ مِنْ الْغَدِ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَهُ فَقَالَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا وَجَدَ مَعَ امْرَأَتِهِ رَجُلًا فَتَكَلَّمَ بِهِ جَلَدْتُمُوهُ أَوْ قَتَلَ قَتَلْتُمُوهُ أَوْ سَكَتَ سَكَتَ عَلَى غَيْظٍ فَقَالَ اللَّهُمَّ افْتَحْ وَجَعَلَ يَدْعُو فَنَزَلَتْ آيَةُ اللِّعَانِ { وَالَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَاجَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ شُهَدَاءُ إِلَّا أَنْفُسُهُمْ } هَذِهِ الْآيَةَ فَابْتُلِيَ بِهِ ذَلِكَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْنِ النَّاسِ فَجَاءَ هُوَ وَامْرَأَتُهُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَلَاعَنَا فَشَهِدَ الرَّجُلُ أَرْبَعَ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنْ الصَّادِقِينَ ثُمَّ لَعَنَ الْخَامِسَةَ عَلَيْهِ إِنْ كَانَ مِنْ الْكَاذِبِينَ قَالَ فَذَهَبَتْ لِتَلْتَعِنَ فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَهْ فَأَبَتْ فَفَعَلَتْ فَلَمَّا أَدْبَرَا قَالَ لَعَلَّهَا أَنْ تَجِيءَ بِهِ أَسْوَدَ جَعْدًا فَجَاءَتْ بِهِ أَسْوَدَ جَعْدًا

2253. Dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata: Pada saat malam Jum'at kami berada di masjid, lalu tiba-tiba ada seorang laki-laki Anshar masuk ke masjid dan bertanya, "Apabila ada seorang suami menemukan istrinya sedang selingkuh dengan lelaki lain, kemudian suaminya menyangka lelaki berbuat apa-apa terhadap istrinya, apakah kalian akan mendera dia, atau apakah suami boleh membunuh lelaki tersebut. Lalu kalian melakukan qishash (bunuh) terhadap suaminya atau suami harus diam, diam dalam kemarahan. Demi Allah, aku akan menanyakan suami macam itu kepada Rasulullah SAW." Hari berikutnya lelaki Anshar tadi bertandang ke rumah Nabi SAW dan bertanya, "Apabila ada lelaki yang menemukan istrinya sedang selingkuh dengan lelaki lain, kemudian menyangka berbuat apa-apa terhadap istri, apakah anda akan mendera dia, atau suami boleh membunuh lelaki tersebut, lalu si suami di qishash, atau dia harus diam, diam dalam kemarahan." Nabi bersabda, "Ya Allah bukakanlah, " dan beliau pun berdoa, lalu turunlah firman Allah yang berbunyi, "Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri. " (Qs. An-Nuur [24]: 6) Maka lelaki tersebut sedang mendapat ujian dari lelaki lain, sesaat kemudian lelaki maupun wanita tadi mendatangi Nabi, keduanya saling mengucapkan  li'an, lelaki mengucapkan empat kali sumpah dengan nama Allah; bahwa dia adalah benar, kemudian  li'an yang kelima bahwa dia berani mendapat laknat Allah apabila terbukti bohong. Setelah itu sang wanita mengucapkan li'an, kemudian Rasulullah berkata kepada sang wanita, "Katakan sumpah, " wanita tersebut tidak mau tapi kemudian mau, setelah keduanya sudah pergi, Rasulullah bersabda, "Barangkali saja wanita ini akan memiliki anak yang berkulit hitam dan berambut keriting. " Lalu ternyata wanita tadi mempunyai anak berkulit hitam dan berambut keriting. (Shahih: Muslim)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ هِلَالَ بْنَ أُمَيَّةَ قَذَفَ امْرَأَتَهُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَرِيكِ ابْنِ سَحْمَاءَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَيِّنَةُ أَوْ حَدٌّ فِي ظَهْرِكَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِذَا رَأَى أَحَدُنَا رَجُلًا عَلَى امْرَأَتِهِ يَلْتَمِسُ الْبَيِّنَةَ فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْبَيِّنَةُ وَإِلَّا فَحَدٌّ فِي ظَهْرِكَ فَقَالَ هِلَالٌ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ نَبِيًّا إِنِّي لَصَادِقٌ وَلَيُنْزِلَنَّ اللَّهُ فِي أَمْرِي مَا يُبْرِئُ بِهِ ظَهْرِي مِنْ الْحَدِّ فَنَزَلَتْ { وَالَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَاجَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ شُهَدَاءُ إِلَّا أَنْفُسُهُمْ فَقَرَأَ حَتَّى بَلَغَ مِنْ الصَّادِقِينَ } فَانْصَرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَرْسَلَ إِلَيْهِمَا فَجَاءَا فَقَامَ هِلَالُ بْنُ أُمَيَّةَ فَشَهِدَ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ يَعْلَمُ أَنَّ أَحَدَكُمَا كَاذِبٌ فَهَلْ مِنْكُمَا مِنْ تَائِبٍ ثُمَّ قَامَتْ فَشَهِدَتْ فَلَمَّا كَانَ عِنْدَ الْخَامِسَةِ أَنَّ غَضَبَ اللَّهِ عَلَيْهَا إِنْ كَانَ مِنْ الصَّادِقِينَ وَقَالُوا لَهَا إِنَّهَا مُوجِبَةٌ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَتَلَكَّأَتْ وَنَكَصَتْ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهَا سَتَرْجِعُ فَقَالَتْ لَا أَفْضَحُ قَوْمِي سَائِرَ الْيَوْمِ فَمَضَتْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْصِرُوهَا فَإِنْ جَاءَتْ بِهِ أَكْحَلَ الْعَيْنَيْنِ سَابِغَ الْأَلْيَتَيْنِ خَدَلَّجَ السَّاقَيْنِ فَهُوَ لِشَرِيكِ ابْنِ سَحْمَاءَ فَجَاءَتْ بِهِ كَذَلِكَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا مَا مَضَى مِنْ كِتَابِ اللَّهِ لَكَانَ لِي وَلَهَا شَأْنٌ

2254. Dari Ibnu Abbas: Hilal bin Umayyah menuduh istrinya berbuat serong dengan Syarik bin Samba' di depan Rasulullah, maka Nabi bersabda, "Datangkan bukti, atau kamu akan dikenai had." Ibnu Abbas bertanya, "Ya Rasul, andaikata kita melihat istri kita bersama lelaki lain, maka apakah harus mendatangkan bukti?" Nabi menjawab, "Ya. Bila tidak maka kamu yang kena had. " Hilal menjawab, "Demi Allah, Dzat yang telah mengutusmu dengan benar, aku orang yang benar. Sungguh, Allah akan menurunkan sesuatu yang dapat membebaskanku dari had." Kemudian turunlah ayat, "Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri. " (Qs. An-Nuur [24]: 6) Nabi lalu membacakan ayat tersebut sampai pada ayat, "Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. " Nabi kemudian pergi dan memanggil kedua pelaku, kemudian Hilal berdiri dan bersaksi mengucapkan sumpah. Nabi lalu bersabda, "Allah mengetahui bahwa salah satu dari kalian ada yang berbohong. Apakah di antara kalian ada yang yang mau bertobat? " Akhirnya sang wanita berdiri dan bersaksi, namun ketika sampai pada sumpah yang kelima, yaitu bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar, mereka mengatakan bahwa wanita tersebut memang seharusnya menerima laknat. Ibnu Abbas mengatakan: Wanita tadi terdiam dan berbalik ke belakang, sehingga kami mengira dia akan kembali lagi, tetapi akhirnya wanita tadi berkata, "Saya tidak akan membuka kejelekan di depan orang banyak pada suatu hari nanti." Wanita tadi kemudian berlalu. Rasulullah pun berkata, "Coba perhatikan dia, apabila kelak dia memiliki anak yang kedua matanya hitam dan kedua pantatnya besar, maka itu adalah hasil hubungannya dengan Syarik bin Sambaa'. " Ternyata benar, wanita tadi melahirkan anak dengan ciri-ciri yang dikatakan oleh Nabi. Beliau lalu bersabda, "Jika tidak ada hukum dari kitab Allah, maka aku dan wanita itu akan lain jadinya. " (Shahih: Bukhari)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ رَجُلًا حِينَ أَمَرَ الْمُتَلَاعِنَيْنِ أَنْ يَتَلَاعَنَا أَنْ يَضَعَ يَدَهُ عَلَى فِيهِ عِنْدَ الْخَامِسَةِ يَقُولُ إِنَّهَا مُوجِبَةٌ

2255. Dari Ibnu Abbas: Rasulullah menyuruh seseorang -ketika beliau menyuruh sumpah Lian kedua belah pihak- agar menaruh tangannya pada mulut orang yang bersumpah ketika sampai sumpah yang kelima. Nabi bersabda, 'Itu adalah suatu keharusan. " (Shahih)

ابْنَ عُمَرَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْمُتَلَاعِنَيْنِ حِسَابُكُمَا عَلَى اللَّهِ أَحَدُكُمَا كَاذِبٌ لَا سَبِيلَ لَكَ عَلَيْهَا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَالِي قَالَ لَا مَالَ لَكَ إِنْ كُنْتَ صَدَقْتَ عَلَيْهَا فَهُوَ بِمَا اسْتَحْلَلْتَ مِنْ فَرْجِهَا وَإِنْ كُنْتَ كَذَبْتَ عَلَيْهَا فَذَلِكَ أَبْعَدُ لَكَ

2257. Dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah SAW berkata kepada kedua orang yang sedang sumpah Lian, "Hisab kalian berdua ada pada Allah. Salah satu dari kalian pasti ada yang berbohong. Tidak ada jalan bagimu atas wanita ini. " Salah satu lalu berkata, "Hartaku wahai Nabi." Nabi menjawab, "Kamu tidak memiliki harta bila harta itu telah kamu sedekahkan pada wanita. Jadi, sebagai ganti atas kehalalan farjnya. Tapi apabila kamu mendustainya, itu akan lebih jauh darimu. " (Shahih: Muttafaq Alaih)

عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ قُلْتُ لِابْنِ عُمَرَ رَجُلٌ قَذَفَ امْرَأَتَهُ قَالَ فَرَّقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَخَوَيْ بَنِي الْعَجْلَانِ وَقَالَ اللَّهُ يَعْلَمُ أَنَّ أَحَدَكُمَا كَاذِبٌ فَهَلْ مِنْكُمَا تَائِبٌ يُرَدِّدُهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَأَبَيَا فَفَرَّقَ بَيْنَهُمَا

2258. Dari Sa'id bin Jubair, ia berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Umar tentang seseorang yang menuduh istrinya berzina. Ibnu Umar menjawab, "Rasulullah telah memisahkan bersaudara dari Bani 'Ajlan, beliau bersabda, 'Allah tahu salah satu dari kalian ada yang berbohong. Apakah di antara kalian ada yang mau bertobat?' Perkataan tersebut diucapkan beliau sebanyak tiga kali, namun keduanya tidak ada yang mau dan akhirnya beliau terpaksa memisahkan keduanya." {Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَجُلًا لَاعَنَ امْرَأَتَهُ فِي زَمَانِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَانْتَفَى مِنْ وَلَدِهَا فَفَرَّقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَهُمَا وَأَلْحَقَ الْوَلَدَ بِالْمَرْأَةِ. وَأَنْكَرَ حَمْلَهَا فَكَانَ ابْنُهَا يُدْعَى إِلَيْهَا

2259. Dari Ibnu Umar, bahwa pada zaman Rasulullah ada seorang laki-laki yang menuduh istrinya berbuat zina serta tidak mengakui anak yang hasil istrinya, maka Rasulullah memisahkan keduanya dan menisbatkan anak kepada ibunya. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Dalam kalimat lain diterangkan kalau lelaki tadi mengingkari kandungannya (istrinya), maka anaknya dinisbatkan kepada ibunya (istrinya tersebut). (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Hadits ini ada hubungannya dengan hadits nomor 2247.

More about Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 27. Li'an

Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 28. Keraguan terhadap Anak

Posted by Unknown




عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ بَنِي فَزَارَةَ فَقَالَ إِنَّ امْرَأَتِي جَاءَتْ بِوَلَدٍ أَسْوَدَ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ إِبِلٍ قَالَ نَعَمْ قَالَ مَا أَلْوَانُهَا قَالَ حُمْرٌ قَالَ فَهَلْ فِيهَا مِنْ أَوْرَقَ قَالَ إِنَّ فِيهَا لَوُرْقًا قَالَ فَأَنَّى تُرَاهُ قَالَ عَسَى أَنْ يَكُونَ نَزَعَهُ عِرْقٌ قَالَ وَهَذَا عَسَى أَنْ يَكُونَ نَزَعَهُ عِرْقٌ

2260. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Seorang lelaki Bani Fazarah mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, "Istriku melahirkan anak yang berkulit hitam." Nabi bertanya, "Apakah kamu mempunyai unta?" la menjawab, "Ya." Nabi bertanya, "Apa warnanya?" la menjawab, "Merah". Nabi bertanya, "Apa ada yang berwarna kehitam-hitaman?" la menjawab, "Ya." Nabi bertanya, "Menurutmu (warna tersebut) berasal dari mana? " la menjawab, "Mungkin faktor keturunan (ada yang hitam)." Nabi pun bersabda, "Begitupula dengan ini (anakmu), mungkin faktor keturunan. " (Shahih: Muttafaq * Alaih)

بِإِسْنَادِهِ وَمَعْنَاهُ وَهُوَ حِينَئِذٍ يُعَرِّضُ بِأَنْ يَنْفِيَهُ

2261. Dari Abu Hurairah... dengan isnad dan maknanya sendiri ia berkata, "Lelaki tersebut saat itu bermaksud tidak mengakui anaknya." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ امْرَأَتِي وَلَدَتْ غُلَامًا أَسْوَدَ وَإِنِّي أُنْكِرُهُ فَذَكَرَ مَعْنَاهُ

2262. Dari Abu Hurairah: Seorang pedalaman (a'rabiy) mendatangi Nabi SAW dan berkata, "Istriku telah melahirkan anak yang hitam, maka aku tidak mengakuinya..." Abu Hurairah kemudian menyebutkan makna hadits tersebut. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

More about Shahih Sunan Abu Daud Kitab TALAK 28. Keraguan terhadap Anak