Shahih Bukhari -Imam Bukhari- Kitab Azan Bab 134: Sujud di Atas Hidung di Atas Tanah

Posted by Unknown on Rabu, 17 April 2013


442. Abu Salamah berkata, "Aku datang kepada Abu Sa'id al-Khudri, lalu aku berkata kepadanya, 'Tidakkah sebaiknya engkau keluar bersama kami menuju pohon kurma untuk berbincang-bincang?' Abu Said pun keluar, dan aku berkata kepadanya, 'Ceritakanlah kepadaku apa yang telah engkau dengar dari Nabi tentang (dan dalam satu riwayat: aku bertanya kepada Abu Sa'id al-Khudri, [dan dia itu teman saya 2/ 253]. Aku bertanya, 'Apakah engkau pernah mendengar Rasulullah menyebut-nyebut 2/258) malam Qadar?' Dia berkata, 'Rasulullah sedang i'tikaf sepuluh hari pertama bulan Ramadlan. Kami pun i'tikaf bersama-sama dengan beliau. Maka, datanglah malaikat Jibril seraya berkata, 'Sesungguhnya malam yang engkau cari ada di depanmu.' Nabi meneruskan lagi i'tikaf beliau pada sepuluh hari pertengahan bulan, dan kami pun i'tikaf bersama-sama dengan beliau. [Pada pagi hari kedua tanggal dua puluh, kami pindahkan barang-barang kami 2/259], lalu datang pula malaikat Jibril seraya mengatakan, 'Sesungguhnya malam yang engkau cari ada di depanmu.' Keesokan harinya pada tanggal dua puluh bulan Ramadhan, Nabi berpidato, 'Barangsiapa melakukan itikaf bersamaku, maka hendaklah dia kembali.' Lalu orang-orang kembali ke masjid. (Dan dalam satu riwayat: lalu beliau berpidato kepada orang-orang, dan memerintahkan kepada mereka apa yang dikehendaki Allah. Kemudian beliau bersabda: 'Aku beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir. Maka, barangsiapa hendak beri'tikaf bersamaku, hendaklah ia tetap di tempat i'tikafnya 2/254). Karena, sesungguhnya aku telah diperlihatkan malam Qadar, tetapi aku dilupakan tanggalnya. Namun, ia ada pada sepuluh malam terakhir, [dan carilah 2/254] pada setiap malam ganjil. Aku melihat (dalam mimpi) seakan-akan aku bersujud dalam lumpur dan air [pada kesokan harinya 2/256].' Setelah beliau kembali ke tempat i'tikafnya, langit mendung dan banyak angin, lalu turun hujan. Maka, demi Allah yang telah mengutus beliau dengan benar, sesungguhnya langit mendung dan banyak angin pada akhir hari itu. Pada waktu itu atap masjid terbuat dari pelepah kurma, dan di langit kami tidak melihat awan sedikit pun. Tetapi, tidak lama kemudian, datanglah awan gelap dan turun hujan dengan lebatnya sehingga atap mengalirkan air. (Dan dalam satu riwayat: maka, masjid meneteskan air di tempat shalat Nabi pada malam kedua puluh satu). Lalu, shalat diiqamahi (1/163), maka beliau shalat bersama-sama dengan kami. Lalu, kami lihat Nabi sujud di air dan tanah hingga saya melihat tanah dan air melekat di kening dan di puncak hidung Rasulullah. (dan dalam satu riwayat: lalu mataku memandang kepada beliau ketika selesai shalat subuh, sedang wajah beliau penuh dengan tanah dan air], sesuai benar dengan mimpi beliau."