Ibnu Abbas[24] mengatakan bahwa ia ditanya tentang mengerjakan haji tamattu'. Lalu, ia berkata, "Kaum Muhajirin, kaum Anshar, dan istri-istri Nabi berihram pada waktu beliau mengerjakan haji wada' dan kami telah berihram. Setelah kami datang di Mekah, Rasulullah bersabda, 'Jadikanlah ihrammu itu untuk mengerjakan haji itu sebagai umrah, melainkan orang yang membawa hadyu 'kurban'.' Setelah tiba di Mekah, kami mengerjakan thawaf mengelilingi Kabah, juga bersa'i antara Shafa dan Marwah. Kami menyetubuhi istri-istri kami, dan mengenakan pakaian yang berjahit. Nabi bersabda, 'Barangsiapa yang membawa hadyu, maka tidak halal (tidak dibolehkan) mengerjakan semua yang dilarang selama ihram itu sehingga hadyu itu datang di tempatnya (yakni di Mina lalu disembelih). Kemudian pada sore hari Tarwiyah, beliau memerintahkan kepada kami melakukan ihram haji. Setelah kami selesai melaksanakan semua manasik ibadah haji, kami datang di Mekah. Kemudian berthawaf mengelilingi Baitullah, juga bersa'i antara Shafa dan Marwah. Dengan demikian, sempurnalah haji kami, dan kami diwajibkan menyembelih hadyu, sebagaimana firman Allah, 'Wajiblah ia menyembelih kurban yang mudah didapat. Tetapi, jika ia tidak menemukan (binatang kurban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali ke negerimu.' Hadyu itu cukup seekor kibas. Maka, orang-orang mengumpulkan dua macam ibadah dalam satu tahun yaitu haji dan umrah. Sebab, sesungguhnya Allah telah memfirmankannya di dalam kitab-Nya dan diperkokoh oleh sunnah Nabi-Nya. Hal yang demikian ini diperkenankan untuk semua orang selain penduduk Mekah. Dalam hal ini, Allah telah berfirman, 'Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada di sekitar Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk Mekah). Adapun bulan-bulan haji yang disebutkan oleh Allah ialah Syawal, Dzulqai'dah, dan Dzulhijjah. Barangsiapa yang mengerjakan tamattu' dalam bulan-bulan di atas, maka wajiblah membayar dam atau berpuasa.'" Kata "rafats" berarti bersenggama. "Fusuq" berarti maksiat-maksiat, dan "Jidaal" berarti berbantahan.
[24] Diriwayatkan secara mu'allaq oleh Imam Bukhari, tetapi di-maushul-kan oleh Ismaili. Di-maushul-kan oleh Imam Bukhari sendiri dari jalan lain dari Ibnu Abbas yang semakna dengannya, dan sudah disebutkan pada hadits nomor 768.