أَخْبَرَنَاخَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَامَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ طَلَّقَامْرَأَتَهُ وَهِيَ حَائِضٌ فَذَكَرَذَلِكَ عُمَرُ لِلنَّبِيِّ صَلَّىاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مُرْهُ أَنْيُرَاجِعَهَا وَيُمْسِكَهَا حَتَّى تَطْهُرَ ثُمَّتَحِيضَ ثُمَّ تَطْهُرَ ثُمَّإِنْ شَاءَ أَمْسَكَ وَإِنْشَاءَ طَلَّقَ قَبْلَ أَنْيَمَسَّ فَتِلْكَ الْعِدَّةُ الَّتِي أَمَرَ اللَّهُأَنْ يُطَلَّقَ لَهَا النِّسَاءُ
Telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepada kami Malik dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwa dia menceraikan isterinya ketika haid. Kemudian Umar memberitahukan hal itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau berkata: "Perintahkan supaya dia kembali, dan merujiknya hingga isterinya suci kemudian haid, kemudian suci, setelah itu jika berkehendak, maka dia boleh menahannya dan jika berkehendak, maka dia boleh mencerai sebelum menggaulinya. Itulah 'iddah yang Allah perintahkan agar wanita dicerai karenanya."