Shahih Sunan Abu Daud 4. Larangan Menghadap Kiblat Ketika Buang Hajat

Posted by Unknown on Selasa, 07 Mei 2013




قِيلَ لَهُ لَقَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ قَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ وَأَنْ لَا نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِينِ وَأَنْ لَا يَسْتَنْجِيَ أَحَدُنَا بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيعٍ أَوْ عَظْمٍ

7. Dari Salman RA, dia berkata, "Pernah ditanyakan kepadanya oleh orang-orang musyrik, sesungguhnya Nabi kamu telah mengajarkan kepadamu tentang segala sesuatu, sampai adab buang air? Kata Salman, "Ya, sungguh Nabi kami SAW benar-benar melarang kami menghadap kiblat ketika buang air besar atau kecil, dan melarang kami agar tidak beristinja' dengan memakai tangan kanan, dan melarang pula agar seseorang di antara kami tidak bersuci kurang dari tiga batu atau bersuci dengan kotoran binatang atau tulang. " {Shahih}

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الْوَالِدِ أُعَلِّمُكُمْ فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ الْغَائِطَ فَلَا يَسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ وَلَا يَسْتَدْبِرْهَا وَلَا يَسْتَطِبْ بِيَمِينِهِ وَكَانَ يَأْمُرُ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ وَيَنْهَى عَنْ الرَّوْثِ وَالرِّمَّةِ

8. Dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku ini bagi kalian adalah seperti seorang Bapak, aku mengajar kalian, apabila seseorang di antara kamu pergi buang hajat besar, maka janganlah ia menghadap kiblat dan membelakanginya serta bersuci dengan tangan kanannya. Dan beliau memerintahkan supaya bersuci dengan tiga batu, dan melarang memakai kotoran binatang dan tulang yang rapuh. {Hasan}

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رِوَايَةً قَالَ إِذَا أَتَيْتُمْ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ وَلَا بَوْلٍ وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا فَقَدِمْنَا الشَّامَ فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ قَدْ بُنِيَتْ قِبَلَ الْقِبْلَةِ فَكُنَّا نَنْحَرِفُ عَنْهَا وَنَسْتَغْفِرُ اللَّهَ

9. Dalam suatu riwayat dari Abu Ayyub, beliau bersabda, "Apabila kamu pergi buang hajat, janganlah menghadap ke kiblat, baik ketika buang hajat besar atau kecil akan tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat setelah kamu tiba di Syam, kami mendapatkan kakus-kakus di sana dibangun menghadap kiblat maka kami berpaling dari arah kiblat dan memohon ampun kepada Allah. " {Shahih}

عَنْ مَرْوَانَ الْأَصْفَرِ قَالَ رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ أَنَاخَ رَاحِلَتَهُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ثُمَّ جَلَسَ يَبُولُ إِلَيْهَا فَقُلْتُ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَلَيْسَ قَدْ نُهِيَ عَنْ هَذَا قَالَ بَلَى إِنَّمَا نُهِيَ عَنْ ذَلِكَ فِي الْفَضَاءِ فَإِذَا كَانَ بَيْنَكَ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ شَيْءٌ يَسْتُرُكَ فَلَا بَأْسَ

11. Dari Marwan Al Ashfar, dia berkata, "Aku pernah melihat Ibnu Umar menderumkan unta kendaraannya menghadap ke kiblat, kemudian dia duduk buang airkecil (menghadap) kepadanya. " Lalu aku berkata, "Wahai Abu Abdurrahman! Bukankah telah dilarang cara seperti ini? Ibnu Umar menjawab, "Ya", benar. Hanya yang dilarang itu, kalau di tempat terbuka. Apabila antara kamu dengan kiblat ada sesuatu yang menutupimu, maka tidak mengapa. {Hasan}