Shahih Sunan Abu Daud Kitab MAKANAN 5. Menjamu Tamu

Posted by Unknown on Selasa, 14 Mei 2013



عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الْكَعْبِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتُهُ يَوْمُهُ وَلَيْلَتُهُ الضِّيَافَةُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ وَمَا بَعْدَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ وَلَا يَحِلُّ لَهُ أَنْ يَثْوِيَ عِنْدَهُ حَتَّى يُحْرِجَهُ.

قَالَ وَسُئِلَ مَالِكٌ عَنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ قَالَ يُكْرِمُهُ وَيُتْحِفُهُ وَيَحْفَظُهُ يَوْمًا وَلَيْلَةً وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ ضِيَافَةً

3748. Dari Abu Syuraih Al Ka'bi, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia menghormati tamunya. Hak tamu atas tuan rumah adalah sehari semalam. Hak jamuan tamu hanya sampai pada tiga hari, maka setelah hari itu termasuk bagian dari sedekah, sehingga tidak halal bagi tamu untuk menginap hingga merepotkannya."

Malik ditanya oleh seseorang mengenai sabda Rasulullah SAW, "Jaaizatuhu yaumun wa lailatun?" (hak tamu atas tuan rumah adalah sehari semalam). Dia pun menjawab: Menghormati, melayani, serta menjaganya dalam jangka waktu sehari semalam, ditambah tiga hari berikutnya. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الضِّيَافَةُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ فَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ

3749. Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Menjamu tamu (batasnya) hanya sampai tiga hari, selebihnya adalah sedekah. " (Hasan Shahih Sanadnya)

عَنْ أَبِي كَرِيمَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةُ الضَّيْفِ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فَمَنْ أَصْبَحَ بِفِنَائِهِ فَهُوَ عَلَيْهِ دَيْنٌ إِنْ شَاءَ اقْتَضَى وَإِنْ شَاءَ تَرَكَ

3750. Dari Abu Karimah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Bertamu dalam waktu (sehari) semalam adalah hak bagi setiap orang Islam. Jadi, orang yang bertamu namun hingga keesokan hari dia berada di halaman rumahnya (tidak bisa masuk), maka si tuan rumah berutang padanya dan si tamu berhak menuntutnya atau membiarkannya (Shahih)

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّهُ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تَبْعَثُنَا فَنَنْزِلُ بِقَوْمٍ فَمَا يَقْرُونَنَا فَمَا تَرَى فَقَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ نَزَلْتُمْ بِقَوْمٍ فَأَمَرُوا لَكُمْ بِمَا يَنْبَغِي لِلضَّيْفِ فَاقْبَلُوا فَإِنْ لَمْ يَفْعَلُوا فَخُذُوا مِنْهُمْ حَقَّ الضَّيْفِ الَّذِي يَنْبَغِي لَهُمْ

قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَذِهِ حُجَّةٌ لِلرَّجُلِ يَأْخُذُ الشَّيْءَ إِذَا كَانَ لَهُ حَقًّا

3752. Dari Uqbah bin Amir, ia berkata: Kami berkata, "Wahai Rasulullah, ketika engkau mengutus kami, kami pernah mampir ke suatu kaum, yang tidak menyambut kedatangan kami (tidak menjamu tamu secara baik)! Bagaimana menurutmu?" Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Jika kalian mampir (menginap atau istirahat) pada suatu kaum, maka perintahkan (beritahukan) kepada mereka yang seharusnya mereka lakukan saat menjamu tamu. Perintahkan mereka untuk mengadakan jamuan. Jika mereka tidak melakukanya maka kalian berhak mengambil sesuatu yang seharusnya mereka sajikan untuk menjamu tamu. " (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

Abu Daud berkata: Hadits ini adalah dalil diperbolehkanya seseorang untuk mengambil sesuatu jika dia memang berhak atas sesuatu tersebut.