Riyadhus Shalihin -Imam An-Nawawi- Bab 40: Berbakti Kepada Kedua Orangtua Dan Mempererat Keluarga

Posted by Unknown on Jumat, 19 April 2013


Nomor: 312

Dari Abu Abdirrahman yaitu Abdullah bin Mas'ud رضي الله عنه, katanya: Saya bertanya kepada Nabi صلی الله عليه وسلم: "Manakah amalan yang lebih tercinta disisi Allah?" Beliau menjawab: "Yaitu shalat menurut waktunya." Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?" Beliau menjawab: "Berbakti kepada orang tua." Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?" Beliau menjawab: "Yaitu berjihad fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)

Nomor: 313

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:

"Tidak cukuplah seseorang anak terhadap orangtuanya - sebagaimana imbangan jasa,kecuali apabila anak itu menemui orangtuanya sebagai hambasahaya, lalu membelinya kemudian memerdekakannya." (Riwayat Muslim)

Nomor: 314

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah menghubungi - mempereratkan - kekeluargaannya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau - jikalau tidak dapat - berdiam sajalah." (Muttafaq 'alaih)

Nomor: 315

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula, katanya: "Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan seluruh makhluk, kemudian setelah selesai dari semuanya itu lalu rahim - kekeluargaan - itu berdiri terus berkata: "Ini adalah tempat orang yang bermohon kepadaMu - Tuhan - daripada perpisahan." Allah berfirman: "Ya, apakah engkau rela jikalau Aku perhubungkan orang yang menghubungimu - kekeluargaan - dan Aku memutuskan orang yang memutuskanmu?" Rahim menjawab: "Ya." Allah berfirman lagi: "Jadi keadaan yang sedemikian itu tetap untukmu - yang meng hubungi atau yang memutuskan."

Selanjutnya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:

"Bacalah jikalau engkau semua menghendaki - firman Allah yang artinya: "Apakah barangkali andaikata engkau semua berkuasa, engkau semua akan membuat kerusakan di bumi dan memutuskan ikatan kekeluargaan? Orang-orang yang sedemikian itulah yang dilaknat oleh Allah, kemudian ditulikan pendengarannya oleh Allah serta dibutakan penglihatannya." - Surah Muhammad: 22-23. (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan demikian: "Kemudian Allah Ta'ala berfirman:

"Barangsiapa yang menghubungimu - kekeluargaan - maka Aku menghubungkannya dan barangsiapa memutuskan kamu, maka Aku juga memutuskannya."

Nomor: 316

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه lagi, katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم lalu berkata: "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya persahabati dengan sebaik-baiknya - yakni siapakah yang lebih utama untuk dihubungi secara sebaik-baiknya?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia bertanya lagi: "Lalu siapakah?" Beliau menjawab: "Ibumu." Orang itu sekali lagi bertanya: "Kemudian siapakah?" Beliau menjawab lagi: "Ibumu." Orang tadi bertanya pula: "Kemudian siapa lagi." Beliau menjawab: "Ayahmu." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat lain disebutkan:

"Ya Rasulullah. Siapakah orang yang lebih berhak untuk dipersahabati - dihubungi - secara sebaik-baiknya?" Beliau menjawab: "Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, lalu ayahmu, lalu orang yang terdekat denganmu, yang terdekat sekali denganmu."

Ashshahabah artinya persahabatannya. Sabdanya tsumma abaka, demikian ini dimanshubkan dengan fi'il yang dibuang, jelasnya birra abaka yakni berbaktilah kepada ayahmu. Dalam riwayat lain disebutkan tsumma abuka dan ini jelas artinya.

Nomor: 317

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula dari Nabi صلی الله عليه وسلم sabdanya: "Melekat pada tanahlah hidungnya, melekat pada tanahlah hidungnya, sekali lagi melekat pada tanahlah hidungnya - maksudnya memperoleh kehinaan besarlah - orang yang sempat menemui kedua orangtuanya di kala usia tua, baik salah satu atau keduanya, tetapi orang tadi tidak dapat masuk syurga - sebab tidak berbakti kepada orangtuanya." (Riwayat Muslim)

Nomor: 318

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula bahwasanya ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya itu mempunyai beberapa orang kerabat, mereka saya hubungi - yakni saya pereratkan ikatan kekeluargaannya, tetapi mereka memutuskannya, saya berbuat baik kepada mereka itu, tetapi mereka berbuat buruk pada saya, saya bersikap sabar kepada mereka itu, tetapi mereka menganggap bodoh mengenai sikap saya itu." Kemudian beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Jikalau benar sebagaimana yang engkau katakan itu, maka seolah-olah mereka itu engkau beri makanan abu panas -yakni mereka mendapat dosa yang besar sekali. Dan engkau senantiasa disertai penolong dari Allah dalam menghadapi mereka itu selama engkau benar dalam keadaan yang sedemikian itu." (Riwayat Muslim)

Tusiffuhum dengan dhammahnya ta' dan kasrahnya sin muhmalah serta syaddahnya fa'.

Almallu dengan fathahnya mim dan syaddahnya lam yaitu abu panas. Jadi maksudnya seolah-olah engkau memberi makanan abu panas kepada mereka itu. Ini adalah kata perumpamaan bahwa kaum kerabat yang bersikap seperti di atas itu tentu mendapatkan dosa sebagaimana seorang yang makan abu panas mendapatkan sakit karena makan itu. Terhadap orang yang berbuat baik ini tidak ada dosanya samasekali, tetapi orang-orang yang tidak membalas dengan sikap baik itulah yang mendapatkan dosa besar karena mereka melalaikan hak saudaranya dan memberikan kesakitan - hati dan perasaan - padanya.

Wallahu a'lam.

Nomor: 319

Dari Anas رضي الله عنه bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: "Barangsiapa yang ingin supaya diluaskan rezekinya dan diakhirkan ajalnya, maka hendaklah mempereratkan ikatan kekeluargaannya." (Muttafaq 'alaih) Makna Yunsa-alahu fi atsarihi yaitu diakhirkan ajalnya yakni diperpanjangkan usianya.

Nomor: 320

Dari Anas رضي الله عنه pula, katanya: "Abu Thalhah adalah seorang dari golongan kaum Anshar di Madinah yang banyak hartanya, terdiri dari kebun kurma. Di antara harta- hartanya itu yang paling dicintai olehnya ialah kebun kurma Bairuha'. Kebun ini letaknya menghadap masjid - Nabawi di Madinah. Rasulullah صلی الله عليه وسلم suka memasukinya dan minum dari airnya yang nyaman. Ketika ayat ini turun, yang artinya: "Engkau semua tidak akan memperoleh kebajikan sehingga engkau semua suka menafkahkan dari sesuatu yang engkau semua cintai," maka Abu Thalhah berdiri menuju ke tempat Rasulullah صلی الله عليه وسلم, lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman: (ali-lmran: 92) - artinya sebagaimana di atas. Padahal hartaku yang paling saya cintai ialah kebun kurma Bairuha', maka sesungguhnya kebunku itu saya sedekahkan untuk kepentingan agama Allah Ta'ala. Saya mengharapkan kebajikan serta sebagai simpanan - di akhirat - di sisi Allah. Maka dari itu gunakanlah kebun itu ya Rasulullah, sebagaimana yang Allah memberitahukan kepada Tuan. Kemudian Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: "Aduh, yang sedemikian itu adalah merupakan harta yang banyak keuntungannya - berlipat ganda pahalanya bagi yang bersedekah, yang sedemikian itu adalah merupakan harta yang banyak keuntungannya."Saya telah mendengar apa yang engkau ucapkan dan sesungguhnya saya berpendapat supaya kebun itu engkau berikan kepada kaum keluargamu - sebagai sedekah."

Abu Thalhah berkata: "Saya akan melaksanakan itu, ya Rasulullah." Selanjutnya Abu Thalhah membagi-bagikan kebun Bairuha' itu kepada keluarga serta anak-anak pamannya." (Muttafaq 'alaih)

Perihal lafaz-lafaznya sudah dijelaskan di muka dalam bab "infak dari apa-apa yang dicintai" - harap diperiksa dalam Hadis no. 298.

Nomor: 321

Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ada seorang lelaki menghadap Nabi صلی الله عليه وسلم lalu berkata: "Saya berbai'at kepada Tuan untuk ikut berhijrah serta berjihad yang saya tujukan untuk mencari pahala dari Allah Ta'ala." Beliau bertanya: "Apakah salah seorang dari kedua orangtuamu itu masih ada yang hidup?" Orang itu menjawab: "Ya, bahkan keduanya masih hidup." Beliau bersabda: "Apakah maksudmu hendak mencari pahala dari Allah Ta'ala?" Ia menjawab: "Ya." Beliau bersabda: "Kalau begitu kembali sajalah ke tempat kedua orangtuamu, lalu berbuat baiklah dalam mengawani keduanya itu."(Muttafaq 'alaih)

Ini adalah lafaznya Imam Muslim. Dalam riwayat Imam-imam Bukhari dan Muslim lainnya disebutkan pula demikian:

"Ada seorang lelaki datang kepada Nabi صلی الله عليه وسلم lalu memohon izin kepada beliau untuk ikut berjihad, lalu beliau bersabda: "Adakah kedua orangtuamu masih hidup?" Ia menjawab: "Ya." Lalu beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Kalau begitu, berjihadlah dalam kedua orangtuamu itu - dengan berbuat baik dan memuliakan keduanya itu."

Nomor: 322

Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash رضي الله عنه pula dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya:

"Bukannya orang yang menghubungi - mempererat kekeluargaan - itu dengan orang yang mencukupi - yakni yang sama-sama menghubunginya, tetapi orang yang menghubungi itu ialah orang yang apabila keluarganya itu memutuskan ikatan kekeluargaannya, lalu ia suka menghubunginya - menyambungnya kembali." (Riwayat Bukhari)

Nomor: 323

Dari Aisyah رضي الله عنها dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya: "Rahim - kekeluargaan - itu tergantung pada 'Arasy sambil berkata: "Barangsiapa yang menghubungi aku - mempererat kekeluargaan, maka Allah menghubunginya dan barangsiapa memutuskan aku, maka Allah memutuskannya." (Muttafaq 'alaih)

Nomor: 324

Dari Ummul mu'minin iaitu Maimunah binti al-Harits رضي الله عنها, bahawasanya dia memerdekakan seorang hamba sahayanya - perempuan - dan tidak meminta izin lebih dulu kepada Nabi صلی الله عليه وسلم Ketika datang hari gilirannya yang waktu itu beliau berputar untuknya, maka Maimunah berkata: "Adakah Tuan mengetahui, ya Rasulullah, bahwa saya telah memerdekakan hamba-sahayaku?" Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Adakah itu sudah engkau kerjakan." Ia menjawab: "Ya, sudah." Beliau bersabda: "Alangkah baiknya kalau hamba sahaya itu engkau berikan saja kepada pamanmu dari jurusan ibu, kerana yang sedemikian itu adalah lebih besar pahalanya untukmu." (Muttafaq 'alaih)

Nomor: 325

Dari Asma' binti Abu Bakar as-Shiddiq radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ibuku datang ke tempatku sedang dia adalah seorang musyrik di zaman Rasulullah صلی الله عليه وسلم - Iaitu di saat berlangsungnya perjanjian Hudaibiyah antara Nabi صلی الله عليه وسلم dan kaum musyrikin.

Kemudian saya meminta fatwa kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم, saya berkata: "Ibuku datang padaku dan ia ingin meminta sesuatu, apakah boleh saya hubungi ibuku itu, padahal ia musyrik?" Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Ya, hubungilah ibumu." (Muttafaq 'alaih)

Ucapan Asma': Raghibah ertinya ialah ingin sekali meminta sesuatu yang ada padaku. Ada yang mengatakan bahwa yang dating itu benar-benar ibunya sendiri dari nasabnya, tetapi ada puia yang mengatakan bahwa itu adalah ibunya dari susuan yakni yang pernah menyusuinya waktu kecil. Yang shahih ialah pendapat yang pertama yakni ibunya sendiri.

Nomor: 326

Dari Zainab as-Tsaqafiyah iaitu isteri Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu wa'anha, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: "Bersedekahlah engkau semua, hai kaum wanita dari perhiasan-perhiasanmu." Zainab berkata: "Saya lalu kembali ke tempat Abdullah bin Mas'ud, lalu saya berkata: "Sesungguhnya engkau ini seorang lelaki yang ringan tangannya - maksudnya dalam keadaan kurang harta, dan sesungguhnya Rasulullah صلی الله عليه وسلم telah memerintahkan kita untuk memberikan sedekah. Maka datanglah engkau kepada beliau dan tanyakanlah, jikalau sekiranya yang sedemikian itu mencukupi daripadaku, maka akan saya berikan saja padamu maksudnya ialah jikalau hartaku sendiri ini boleh diberikan kepada sesama keluarga, tentu lebih baik untuk kepentingan keluarga saja. Tetapi jikalau tidak mencukupi yang sedemikian itu - yakni tidak boleh kepada keluarga sendiri, maka akan saya berikan kepada orang lain."

Abdullah - suaminya - berkata: "Bahkan engkau saja yang datang pada beliau."

Kemudian saya - Zainab - berangkat, tiba-tiba ada seorang wanita dari kaum Anshar yang sudah ada di pintu Rasulullah صلی الله عليه وسلم, sedang keperluanku sama benar dengan keperluannya.

Rasulullah صلی الله عليه وسلم itu besar sekali kewibawaan yang ada padanya. Kemudian Bilal keluar menemui kita, lalu kita berkata: "Datanglah kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم, kemudian beritahukanlah bahawasanya ada dua orang wanita sedang menanti di pintu untuk bertanya kepada Tuan: "Apakah sedekah itu mencukupi, jikalau diberikan saja kepada suami- suaminya serta anak-anak yatim yang ada dalam tanggungannya? Tetapi janganlah diberitahukan siapa kita yang datang ini!" Bilal lalu masuk kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم, kemudian menanyakan soal di atas itu. Rasulullah صلی الله عليه وسلم bertanya: "Siapakah kedua orang itu?" Bilal menjawab: "Seorang wanita dari kaum Anshar dan yang seorang Zainab." Rasulullah صلی الله عليه وسلم bertanya: "Zainab yang mana - sebab nama Zainab banyak." Bilal menjawab: "Zainab isteri Abdullah." Kemudian Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:

"Kedua wanita itu mendapatkan dua pahala -jikalau diberikan kepada keluarganya sendiri, yaitu pahala karena kekeluargaan dan pahala sedekahnya." (Muttafaq 'alaih)

Nomor: 327

Dari Abu Sufyan yaitu Shakhr bin Harb رضي الله عنه dalam Hadisnya yang panjang perihal kisahnya Hercules, bahawasanya Hercules berkata kepada Abu Sufyan: "Dia menyuruh apakah kepadamu semua?" - yang dimaksudkan ialah Nabi صلی الله عليه وسلم Abu Sufyan menjawab: Saya lalu berkata: "Nabi itu mengucapkan demikian: "Sembahlah Allah yang Maha Esa dan jangan menyekutukan sesuatu denganNya.Juga tinggalkanlah apa-apa yang diucapkan oleh nenek moyangmu - tentang i'tikad yang salah-salah.Dia menyuruh pula kepada kita supaya kita melakukan shalat, berkata benar, menahan diri dari menjalankan keharaman serta mempererat kekeluargaan."(Muttafaq 'alaih)

Nomor: 328

Dari Abu Zar رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: "Engkau semua akan membebaskan suatu tanah yang di situ digunakan sebutan qirath - untuk mata wangnya." Dalam sebuah riwayat lagi disebutkan: "Engkau semua akan membebaskan Mesir, yaitu tanah yang di situ digunakanlah nama qirath, maka berwasiatlah kepada penduduk di situ dengan baik-baik, sebab sesungguhnya mereka itu mempunyai hak kehormatan serta kekeluargaan."

Dalam riwayat lain disebutkan: "Jikalau engkau telah membebaskannya, maka berbuat baiklah kepada penduduknya, sebab sesungguhnya mereka itu mempunyai hak kehormatan dan kekeluargaan," atau dalam riwayat lain disebutkan: "Mereka mempunyai hak kehormatan dan periparan - dari kata ipar." (Riwayat Muslim)

Para ulama berkata: "Rahim yang dimiliki oleh penduduk Mesir ialah karena Hajar, ibunya Nabi Ismail adalah dari bangsa mereka sedang "shihr" atau ipar ialah karena Mariah, ibunya Ibrahim, putera Rasulullah صلی الله عليه وسلم juga dari bangsa Mesir itu.

Nomor: 329

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه katanya: "Ketika ayat ini turun iaitu yang ertinya: Dan berilah peringatan kepada kaum keluarga-mu yang dekat-dekat - as-Syu'ara' 214, lalu Rasulullah صلی الله عليه وسلم mengundang kaum Quraisy, kemudian merekapun berkumpullah, undangan itu ada yang secara umum dan ada lagi yang khusus, lalu beliau bersabda: "Hai Bani Ka'ab bin Luay, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Murrah bin Ka'ab, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Abdu Syams, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Abdu Manaf, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Hasyim, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Bani Abdul Muththalib, selamatkanlah dirimu semua dari neraka. Hai Fathimah - puteri Rasulullah صلی الله عليه وسلم, selamatkanlah dirimu dari neraka, karena sesungguhnya saya tidak dapat memiliki sesuatu untukmu semua dari Allah - maksudnya saya tidak dapat menolak siksa yang akan diberikan oleh Allah padamu, jikalau engkau tidak berusaha menyelamatkan diri sendiri dari neraka. Hanya saja engkau semua itu mempunyai hubungan kekeluargaan belaka - tetapi ini jangan diandal-andalkan untuk dapat selamat di akhirat. Saya akan membasahinya dengan airnya." (Riwayat Muslim)

Sabdanya Rasulullah: Bibalaliha, itu dengan fathahnya ba' kedua dan boleh pula dengan dikasrahkan. Albalal artinya air. Makna Hadis: Saya akan membasahinya dengan airnya ialah saya akan menghubungi kekeluargaan itu. Beliau صلی الله عليه وسلم menyerupakan terputusnya kekeluargaan itu sebagai sesuatu yang panas yang dapat dipadamkan dengan air dan yang panas ini dapat didinginkan dengan mempereratkan kekeluargaan itu.

Nomor: 330

Dari Abu Abdillah, iaitu 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda secara terang-terangan tidak dirahsiakan lagi, iaitu: "Sesungguhnya keluarga Abu Fulan itu bukannya kekasihku. Hanyasanya kekasihku ialah Allah dan kaum mu'minin yang shalih. Tetapi mereka itu ada hubungan kekeluargaan denganku yang saya akan membasahi dengan airnya - yakni saya pereratkan ikatan kekeluargaan dengan mereka." Muttafaq 'alaih, sedang lafaznya adalah dari Imam Bukhari.

Nomor: 331

Dari Abu Ayyub, iaitu Khalid bin Zaidal-Anshari رضي الله عنه bahawa ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepada saya suatu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga." Kemudian Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda: "Engkau supaya menyembah kepada Allah dan janganlah engkau menyekutukan sesuatu denganNya, juga supaya engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mempererat ikatan kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)

Nomor: 332

Dari Salman bin 'Amir رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya:

"Jikalau seseorang dari engkau semua itu berbuka, maka berbukalah atas kurma, sebab sesungguhnya kurma itu ada berkahnya, tetapi jikalau tidak menemukan kurma, maka hendaklah berbuka atas air, sebab sesungguhnya air itu suci."

Selanjutnya beliau صلی الله عليه وسلم bersabda:

"Bersedekah kepada orang miskin adalah memperoleh satu pahala sedekah saja, tetapi kepada - orang miskin - yang masih ada hubungan kekeluargaan, maka memperoleh dua kali, iaitu pahala sedekah dan pahala mempereratkan kekeluargaan." Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

Nomor: 333

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Di bawah saya ada seorang wanita - maksudnya: Saya mempunyai seorang isteri - dan saya mencintainya, sedangkan Umar - ayahnya membencinya, lalu Umar berkata kepadaku: "Ceraikanlah isterimu itu!" sedang saya enggan melakukannya. Umar lalu mendatangi Nabi صلی الله عليه وسلم kemudian menyebutkan keadaan yang sedemikian itu, maka Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda: "Ceraikanlah wanita itu." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Imam Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

Nomor: 334

Dari Abuddarda' رضي الله عنه bahwasanya ada seorang lelaki datang kepadanya: "Sesungguhnya saya mempunyai seorang isteri dan sesungguhnya ibuku menyuruh kepadaku supaya aku menceraikannya." Kemudian Abuddarda' berkata: "Saya mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:

"Orangtua adalah pintu yang paling tengah di antara pintu-pintu syurga." Maka jikalau engkau suka, buanglah pintu itu - tidak perlu mengikuti perintahnya atau tidak berbakti padanya, tetapi ini adalah dosa besar, atau jagalah pintu tadi - dengan mengikuti perintah dan berbakti dan ini besar pahalanya." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis shahih.

Nomor: 335

Dari Albara' bin 'Azib radhiallahu 'anhuma dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya:

"Bibi adalah sebagai gantinya ibu."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih.

Dalam bab ini terdapatlah beberapa Hadis yang masyhur-masyhur dalam kitab Hadis yang shahih. Di antaranya adalah Hadis orang-orang yang tertahan dalam gua - lihat Hadis no. 12 - dan Hadis Juraij - lihat Hadis no. 260. Keduanya sudah disebutkan lebih dulu. Masih banyak lagi Hadis-hadis yang masyhur dalam kitab shahih, tetapi saya hilangkan untuk meringkaskannya.

Di antara Hadis-hadis itu yang terpenting ialah Hadisnya 'Amr bin'Abasah رضي الله عنه,sebuah Hadis panjang yang mengandung beberapa huraian yang banyak sekali darihal kaedah- kaedah Islam dan adab-adabnya. Hadis itu akan saya uraikan dengan selengkapnya Insya Allah dalam bab Raja' (Mengharapkan), Di dalam Hadis itu disebutkan di antaranya:

"Saya - yakni 'Amr bin 'Abasah - masuk kepada Nabi صلی الله عليه وسلم di Makkah - yakni pada waktu permulaan nubuwat atau diangkatnya sebagai Nabi, lalu saya berkata padanya: "Siapakah Tuan itu?" Beliau menjawab: "Nabi." Saya bertanya: "Apakah Nabi itu?" Beliau menjawab: "Saya diutus oleh Allah." Saya bertanya lagi: "Dengan apakah Tuan diutus oleh Allah?" Beliau menjawab: "Allah mengutus saya dengan perintah mempereratkan ikatan kekeluargaan, mematahkan semua berhala dan supaya Allah itu di Maha Esakan, iaitu tidak ada sesuatu apapun yang dipersekutukan denganNya," dan ia menyebutkan kelengkapan Hadis itu selanjutnya.

Wallahu Ta'ala a'lam.

Wa bihil'aunu walquwwah (Dengan Allah kita dapat memperoleh pertolongan dan kekuatan).