Riyadhus Shalihin -Imam An-Nawawi- Bab 55: Keutamaan Zuhud Di Dunia Dan Anjuran Untuk Mempersedikit Keduniaan Dan Keutamaan Kefakiran

Posted by Unknown on Jumat, 19 April 2013


Nomor: 454
Dari 'Amr bin 'Auf al-Anshari رضي الله عنه bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم mengirimkan Abu 'Ubaidah al-Jarrah رضي الله عنه ke daerah Bahrain -sebuah daerah yang masuk wilayah Irak - dan kedatangannya ke situ ialah untuk mengambil pajak. Kemudian setelah selesai tugasnya, datanglah ia dengan membawa harta dari Bahrain itu. Kaum Anshar sama mendengar akan kedatangan Abu Ubaidah, mereka lalu menunaikan shalat fajar - yakni subuh - bersama Rasulullah صلی الله عليه وسلم Setelah Rasulullah صلی الله عليه وسلم selesai bersembahyang, beliaupun lalu kembali, kemudian mereka menuju kepadanya untuk menemuinya. Rasulullah صلی الله عليه وسلم lalu tersenyum ketika melihat mereka itu terus bersabda: "Saya kira engkau semua sudah mendengar bahwasanya Abu Ubaidah tiba dari Bahrain dengan membawa sesuatu harta." Mereka menjawab: "Benar, ya Rasulullah." Beliau selanjutnya bersabda: "Bergembiralah engkau semua dan bolehlah mengharapkan sesuatu yang akan menyenangkan engkau semua. Demi Allah, bukannya kekafiran itu yang saya takutkan mengenai engkau semua, tetapi saya takut jikalau harta dunia ini diluaskan untukmu semua - yakni engkau semua menjadi kaya raya, sebagaimana telah diluaskan untuk orang-orang yang sebelummu, kemudian engkau semua itu saling berlomba-lomba untuk mencarinya sebagaimana mereka juga berlomba-lomba untuk mengejarnya, lalu harta dunia itu akan merusakkan agamamu semua sebagaimana ia telah me-rusakkan agama mereka. (Muttafaq 'alaih)

Nomor: 455
Dari Abu Said al-Khudri رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم duduk di atas mimbar dan kita duduk di sekitarnya, lalu beliau صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Sesungguhnya salah satu yang saya takutkan atasmu semua sepeninggalku nanti ialah apa yang akan dibukakan untukmu semua itu dari keindahan harta dunia serta hiasan-hiasannya - yakni bahwa meluapnya kekayaan pada ummat Muhammad inilah yang amat ditakutkan, sebab dapat merusakkan agama jikalau tidak waspada mengendalikannya." (Muttafaq'alaih)

Nomor: 456
Dari Abu Said رضي الله عنه pula bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Sesungguhnya dunia adalah manis dan hijau - yakni menyenangkan sekali - dan sesungguhnya Allah menjadikan engkau semua sebagai pengganti di bumi itu - untuk mengolah dan memakmurkan. Maka Allah akan melihat bagaimana yang engkau semua lakukan -untuk dibalas menurut masing-masing amalannya. Oleh sebab itu, bertaqwalah dalam mengemudikan harta dunia dan bertaqwalah dalam urusan kaum wanita." (Riwayat Muslim)

Nomor: 457
Dari Anas رضي الله عنه bahwasanya Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda: "Ya Allah. Tidak ada kehidupan yang kekal melainkan kehidupan di akhirat." (Muttafaq 'alaih)

Nomor: 458
Dari Anas رضي الله عنه pula dari Rasulullah صلی الله عليه وسلم, sabdanya: "Ada tiga macam mengikuti mayat itu- ketika di bawa ke kubur, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Yang dua kembali dan satu tetap tinggal menyertainya. Keluarga dan hartanya kembali sedang amalnya tetap mengikutinya." (Muttafaq 'alaih)

Nomor: 459
Dari Anas رضي الله عنه pula, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: "Akan didatangkanlah orang yang terenak kehidupannya di dunia dan ia termasuk golongan ahli neraka pada hari kiamat nanti, lalu diceburkan dalam neraka sekali ceburan, lalu dikatakan: "Hai anak Adam - yakni manusia, adakah engkau dapat merasakan sesuatu kebaikan - keenakan sekalipun sedikit? Adakah suatu kenikmatan yang pernah menghampirimu sekalipun sedikit?" Ia berkata: "Tidak.demi Allah, ya Tuhanku"- yakni setelah merasakan pedihnya siksa neraka, maka kenikmatan-kenikmatan dan keenakan-keenakan di dunia itu seolah-olah lenyap sama sekali.

Juga akan didatangkanlah orang yang paling menderita kesengsaraan di dunia dan ia termasuk ahli syurga, lalu ia dimasukkan sekali masuk dalam syurga, lalu dikatakan padanya: "Hai anak Adam, adakah engkau dapat merasakan sesuatu kesengsaraan, sekalipun sedikit? Adakah suatu kesukaran yang pernah menghampirimu sekalipun sedikit?" Ia menjawab: "Tidak, demi Allah, tidak pernah ada kesukaranpun yang menghampiri diriku dan tidak pernah saya melihat suatu kesengsaraan pun sama sekali," - yakni setelah merasakan kenikmatan syurga, maka kesengsaraan dan kesukaran yang pernah diderita di dunia itu seolah-olah lenyap sekaligus. (Riwayat Muslim)

Nomor: 460
Dari al-Mustaurid bin Syaddad رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Tidaklah dunia ini kalau dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti sesuatu yang seseorang di antara engkau semua menjadikan jarinya masuk dalam air lautan, maka cobalah lihat dengan apa ia kembali - yakni, seberapa banyak air yang melekat di jarinya itu. Jadi dunia itu sangat kecil nilainya dan hanya seperti air yang melekat di jari tadi banyaknya." (Riwayat Muslim)

Nomor: 461
Dari Jabir رضي الله عنه bahwasanya Rasulullah صلی الله عليه وسلم berjalan melalui pasar, sedang orang-orang ada di sebelahnya kiri kanan. Kemudian melalui seekor anak kambing kecil telinganya dan telah mati. Beliau صلی الله عليه وسلم menyentuhnya lalu mengambil telinganya, terus bertanya: "Siapakah di antara engkau semua yang suka membeli ini dengan wang sedirham?" Orang-orang menjawab: "Kita semua tidak suka menukarnya dengan sesuatu apapun dan akan kita gunakan untuk apa itu?" Beliau bertanya lagi: "Sukakah engkau semua kalau ini diberikan saja padamu." Orang-orang menjawab: "Demi Allah, andaikata kambing itu hidup, tentunya juga cacat karena ia kecil telinganya. Jadi apa harganya lagi setelah kambing itu mati?" Kemudian beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Demi Allah, niscayalah dunia ini lebih hina di sisi Allah daripada kambing ini bagimu semua." (Riwayat Muslim)
Kanafaihi artinya ada di sebelahnya kanan kiri dan asakku artinya kecil telinganya.

Nomor: 462
Dari Abu Zar رضي الله عنه, katanya: "Saya berjalan bersama Nabi صلی الله عليه وسلم di suatu tempat yang berbatu hitam di Madinah, lalu berhadap-hadapanlah gunung Uhud dengan kita, kemudian beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Hai Abu Zar." Saya berkata: "Labbaik, ya Rasulullah." Beliau bersabda lagi: "Tidak menyenangkan padaku andaikata saya mempunyai emas sebanyak gunung Uhud ini, sampai berlalu tiga hari lamanya, di antaranya ada sedinar saja yang saya simpan untuk memenuhi hutang, kecuali saya akan mengucapkan dengan memberikan harta itu untuk para hamba Allah demikian demikian demikian." Beliau menunjuk ke sebelah kanan, kiri dan belakangnya - maksudnya bahwa kalau beliau صلی الله عليه وسلم mempunyai harta sebanyak Uhud dan berupa emas, apalagi lainnya, tentu akan disedekahkan kepada hamba-hamba Allah semuanya, kecuali sedinar saja yang akan disimpan jikalau ada hutang yang belum ditunaikannya dan harta sebanyak itu akan dihabiskan membelanjakannya dalam tiga hari saja.

Kemudian beliau صلی الله عليه وسلم berjalan, lalu bersabda lagi: "Sesungguhnya orang-orang yang kayaraya dengan harta dunia itulah yang tersedikit pahala akhiratnya pada hari kiamat nanti, melainkan orang yang berkata demikian, demikian dan demikian - yakni membelanjakan hartanya itu untuk kebaikan." Beliau صلی الله عليه وسلم menunjuk ke kanan, kiri dan belakangnya. Sabdanya lagi: "Tetapi sedikit sekali orang yang suka melakukan demikian tadi." Seterusnya beliau bersabda padaku: "Tetaplah engkau di tempatmu ini. Jangan berpindah - yakni meninggalkan tempat itu, sampai saya datang padamu nanti." Beliau صلی الله عليه وسلم berangkat dalam malam yang kelam itu sampai tertutup dari pandangan. Kemudian saya mendengar suara yang keras sekali, lalu saya merasa takut barangkali ada seseorang yang hendak berbuat jahat pada Nabi صلی الله عليه وسلم Saya ingin hendak mendatanginya, tetapi saya ingat akan sabdanya: "Janganlah engkau meninggalkan tempat ini sampai saya datang padamu." Oleh karena itu saya tidak meninggalkan tempat itu sehingga beliau صلی الله عليه وسلم datang padaku. Kemudian saya berkata: "Saya telah mendengar suatu suara yang saya merasa ketakutan padanya," lalu saya ingatkan bunyi suara itu pada beliau. Selanjutnya beliau bersabda: "Adakah engkau mendengarnya?" Saya menjawab: "Ya." Beliau lalu bersabda: "Itu tadi adalah suara Jibril yang datang padaku, lalu ia berkata: "Barangsiapa yang meninggal dunia dari ummatmu, yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia akan masuk syurga." Saya bertanya: "Sekalipun ia berzina dan sekalipun ia mencuri?" Beliau menjawab: "Sekalipun ia berzina dan sekalipun ia mencuri." (Muttafaq 'alaih)

Hadis ini adalah lafaznya Imam Bukhari.

Nomor: 463
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, dari Rasulullah صلی الله عليه وسلم, sabdanya: "Andaikata saya memiliki emas sebanyak gunung Uhud, niscaya saya tidak senang kalau berjalan sampai lebih dari tiga hari, sedangkan disisiku masih ada emas itu sekalipun sedikit,kecuali kalau yang sedikit tadi saya sediakan untuk memenuhi hutang - yang menjadi tanggunganku. (Muttafaq 'alaih)

Nomor: 464
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Lihatlah kepada orang yang tarafnya ada di bawahmu semua dan janganlah melihat orang yang tarafnya ada di atasmu semua - dalam hal keduniaan. Sebab yang sedemikian itu lebih nyata bahwa engkau semua tidak akan menghinakan kenikmatan yang dilimpahkan atasmu semua itu." (Muttafaq 'alaih)

Ini adalah lafaznya Imam Muslim.

Adapun dalam riwayat Bukhari ialah: Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Jikalau seseorang dari engkau semua melihat pada orang yang dilebihkan daripada dirinya sendiri - oleh Allah - dalam hal keduniaan dan keindahan rupa, maka hendaklah memperhatikan saja kepada orang yang keadaannya lebih bawah daripadanya."

Nomor: 465
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya: "Binasalah - yakni celakalah - orang yang menjadi hambanya dinar - emas - dan dirham - perak, beludru sutera serta pakaian.

Jikalau ia diberi itu relalah hatinya dan jikalau tidak diberi, maka tidaklah rela - maksudnya ialah amat sangat tamaknya. (Riwayat Bukhari)

Nomor: 466
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula katanya: "Saya benar-benar telah melihat tujuh puluh orang dari ahlus-shuffah - orang-orang Islam yang fakir-miskin, [48] tidak seorangpun dari mereka yang mengenakan selendang, ada kalanya bersarung dan ada kalanya berbaju. Mereka mengikatkan pada lehernya masing-masing. Di antaranya ada pakaiannya itu hanya sampai pada setengah dari kedua betisnya dan di antaranya ada pula yang sampai di kedua mata kakinya, lalu dikumpulkannyalah dengan tangannya karena tidak suka terlihat auratnya." (Riwayat Bukhari)


[48]Di zaman Nabi صلی الله عليه وسلم mereka itu sama berkumpul dan berdiam di serambi belakang masjid Madinah.

Nomor: 467
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه pula, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Dunia ini adalah penjara bagi orang mu'min - kalau dibandingkan dengan kenikmatan yang disediakan di syurga - dan syurga bagi orang kafir - kalau dibandingkan dengan pedihnya. siksa di neraka." (Riwayat Muslim)

Nomor: 468
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma.katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم menepuk kedua belikatku, lalu bersabda:

"Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah engkau orang gharib -yakni orang yang sedang berada di negeri orang dan tentu akan kembali ke negeri asalnya - atau sebagai orang yang menyeberangi jalan - yakni amat sebentar sekali di dunia ini."

Ibnu Umar berkata: "Jikalau engkau di waktu sore, maka janganlah menantikan waktu pagi dan jikalau engkau di waktu pagi, maka janganlah menantikan waktu sore - untuk beramal baik itu, ambillah kesempatan sewaktu engkau sihat untuk masa sakitmu, sewaktu engkau masih hidup untuk masa matimu." (Riwayat Bukhari)

Para alim-ulama mengatakan dalam syarahnya Hadis ini: "Arti-nya ialah: Janganlah engkau terlampau cinta pada dunia, jangan pula dunia itu dianggap sebagai tanahair, juga janganlah engkau mengucapkan dalam hatimu sendiri bahwa engkau akan lama kekalmu di dunia itu. Selain itu janganlah pula amat besar perhatianmu padanya, jangan tergantung padanya, sebagaimana orang yang bukan di negerinya tidak akan menggantungkan diri pada negeri orang yakni yang bukan tanahairnya sendiri. Juga janganlah bekerja di dunia itu, sebagaimana orang yang bukan di negerinya tidak akan berbuat sesuatu di negeri orang tadi - yakni yang diperbuat hendaklah yang baik-baik saja supaya meninggalkan nama harum di negeri orang, karena pasti ingin kembali ke tempat keluarganya semula. Wa billahit taufiq.

Penjelasan:
Seorang asing atau seorang perantau itu, sekalipun berapa saja lamanya di negeri orang, ia tetap tidak bertanahair di tempat yang didiami itu. Kalau orang itu bijaksana, tentu kegiatan bekerjanya ditujukan untuk mencari bekal yang akan dibawa ke tanahairnya kembali, sehingga hidupnya di negeri asalnya itu tidak mengalami kekecewaan dan tidak mengalami kekurangan sesuatu apapun, sebab telah dipersiapkan seluruhnya.

Nabi Muhammad صلی الله عليه وسلم menasihati kita manusia yang masih hidup di dunia sekarang ini, hendaknya beranggapan sebagai orang asing atau perantau yang bijaksana tadi. Dengan demikian tidak hanya sekadar untuk makan minum saja yang giat kita usahakan, tetapi bekal untuk kembali ke kampung akhirat itulah yang wajib lebih diutamakan. Bekal untuk bepergian yang jauh ke tanahair akhirat itu tidak ada lain kecuali memperbanyak amalan yang shalih, menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya.

Adapun maksud ucapan Ibnu Umar anhuma itu ialah supaya segera-segeralah kita melakukan amal-amal yang baik, jangan ditunda-tunda waktunya. Kalau waktu pagi, jangan menunggu sampai sore hari dan kalau waktu sore jangan menunggu sampai pagi hari, sebab kematian itu datangnya dapat sekonyong-konyong. Demikian pula di saat badan sihat, jangan memperlambat-lambatkan untuk beramal shalih, sebab sakit itu dapat mendatangi kita sewaktu-waktu. Juga selagi masih hidup ini segeralah giat-giat berbuat kebajikan, sebab mati itupun dapat juga mendadak, tanpa memberikan tanda-tanda apapun.

Kini yang perlu kita perhatikan ialah:

(a) Dunia fana ini jangan sampai dianggap sebagai tempat kediaman yang abadi, agar kita tidak lengah untuk mencari bekal guna kebahagiaan kita di akhirat.

(b) Ini tidak berarti bahwa untuk kebahagiaan kita di dunia harus diabaikan, tetapi antara dua kepentingan itu wajib kita laksanakan bersamaan. Masing-masing sama dikejar menurut waktunya sendiri-sendiri. Jadi di waktu datang kewajiban ibadat jangan sekali-kali digunakan mengejar duit atau sebaliknya.

(c) Mencintai hartabenda duniawiyah jangan melampaui batas, hingga menjadi kikir untuk melakukan kesosialan. Ingatlah bahwa semua yang kita cintai itu pada suatu ketika pasti akan kita tinggalkan, sedangkan hartabenda itu nantinya menjadi milik orang lain dan tidak mustahil akan dibuat bentrokan di kalangan anak dan cucu. Perbanyaklah amal shalih sedapat mungkin dengan harta yang kita miliki itu.

Nomor: 469
Dari Abu Abbas, yaitu Sahal bin Sa'ad as-Sa'idi رضي الله عنه, katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi صلی الله عليه وسلم, lalu berkata: "Ya Rasulullah, tunjukkanlah padaku sesuatu amalan yang apabila amalan itu saya lakukan, maka saya akan dicintai oleh Allah dan juga dicintai oleh seluruh manusia." Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Berzuhudlah di dunia, tentu engkau dicintai oleh Allah dan berzuhudlah dari apa yang dimiliki oleh para manusia, tentu engkau akan dicintai oleh para manusia."

Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lain-lainnya dengan isnad-isnad yang baik.

Nomor: 470
Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Umar bin Alkhaththab رضي الله عنه menyebut-nyebutkan apa yang telah didapatkan oleh orang banyak dari hal dunia, lalu katanya: "Sungguh saya melihat Rasulullah صلی الله عليه وسلم mengkerut pada hari ini, beliau tidak mendapatkan kurma yang bermutu rendahpun untuk mengisi perutnya." (Riwayat Muslim)
Addaqal dengan fathahnya dal muhmalah dan qaf, artinya ialah kurma yang bermutu rendah.

Nomor: 471
Dari Aisyah رضي الله عنها, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم wafat, sedang di rumahku tidak ada sesuatu apapun yang dapat dimakan oleh seseorang yang berhati - maksudnya oleh manusia yang hidup, melainkan sedikit gandum yang ada di rakku. Kemudian saya makan daripadanya sampai lama halku sedemikian itu, kemudian saya takarlah itu lalu habislah." (Muttafaq 'alaih)

Ucapannya: Syathru sya'irin itu artinya sedikit sekali dari gandum itu, demikianlah yang ditafsirkan oleh Imam Termidzi.

Nomor: 472
Dari 'Amr bin al-Harits, yaitu saudaranya Juwairiyah binti al-Harits Ummul mu'minin radhiallahu'anhuma-jadi isterinya Nabi صلی الله عليه وسلم, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم tidak meninggalkan dirham, tidak pula dinar, hambasahaya lelaki ataupun perempuan, atau apapun juga ketika wafatnya, melainkan hanyalah keledai putihnya yang dahulu dinaikinya, juga senjatanya, serta sebidang tanah yang dijadikan sebagai sedekah kepada ibnussabil - orang yang dalam perjalanan." (Riwayat Bukhari)

Nomor: 473
Dari Khabab bin al-Aratti رضي الله عنه, katanya: "Kita semua berhijrah bersama Rasulullah صلی الله عليه وسلم untuk mencari keridhaan Allah Ta'ala, maka jatuhlah pahala kita itu atas Allah Ta'ala. Lalu di antara kita ada yang mati dan tidak pernah memperoleh sesuatupun dari pahalanya itu - tetaptah - yakni tidak pernah sampai memperoleh harta rampasan. Di antara mereka itu ialah Mus'ab bin Umair رضي الله عنه yang dibunuh pada hari perang Uhud dan meninggalkan selembar baju lurik - seperti singa. Apabila bajunya itu kita tutupkan pada kepalanya, maka tampaklah kedua kakinya, dan apabila kita tutupkan pada kedua kakinya, maka tampak kepalanya. Kemudian Rasulullah صلی الله عليه وسلم menyuruh kita, supaya kita tutupkan saja pada kepalanya, sedang di kedua kakinya kita letakkan saja sedikit tumbuh- tumbuhan idzkhir - semacam tumbuh-tumbuhan harum baunya. Di antara kita lagi ada yang sudah masak buahnya, maka dapatlah ia memetik hasilnya itu - maksudnya dapat menjadi baik nasibnya karena kaum Muslimin mendapatkan kejayaan di mana-mana (Muttafaq 'alaih)

Annamirah ialah pakaian yang berwarna, terbuat dari bulu, Aina'at artinya sudah matang dan masak. Yahdibuha dengan fathahnya ya' dan dhammahnya dal atau boleh juga dal itu dikasrahkan -jadi ada dua lughat untuk ini, artinya memetik dan menuainya. Ini adalah kata pinjaman bahwa Allah mengaruniakan kaum Muslimin itu dapat memperoleh kelapangan dari hal keduniaan dan menetaplah kenikmatan mereka itu di dunia.

Nomor: 474
Dari Sahal bin Sa'ad as-Sa'idi رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:

"Andaikata dunia ini di sisi Allah dianggap menyamai - nilainya - dengan selembar sayap nyamuk, niscayalah Allah tidak akan memberi minum seteguk airpun kepada orang kafir daripadanya."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih.
Maksudnya: Andaikata dunia ini bagi Allah dianggap masih ada nilainya sekalipun amat rendah, tentu orang kafir tidak akan diberi kenikmatan yang sekecil-kecilnya pun di dunia ini. Tetapi oleh sebab dianggap oleh Allah tidak berharga sama sekali, maka banyak saja orang kafir yang berlebih-lebihan rezekinya.

Nomor: 475
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, katanya: "Saya mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Ingatlah, sesungguhnya dunia itu dilaknat, dilaknat pula segala sesuatu yang ada di dalamnya, melainkan berzikir kepada Allah dan apa-apa yang menyamainya, juga orang yang alim serta orang yang menuntut ilmu."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

Penjelasan:
Mal-'uunah, artinya dilaknati, yakni dibenci dan rendah nilainya di sisi Allah. Jadi seluruh dunia dan seisinya ini menurut Hadis di atas adalah terlaknat, selain berzikir dan yang menjurus ke arah mengingat kepada Allah, misalnya ketaatan yang dapat menyampaikan diri kepada keridhaanNya. Tetapi kita jangan sekali-kali salah faham, yaitu dengan adanya keterangan dilaknat itu lalu kita mencaci-maki hal-hal keduniawiyahan dan membencinya secara mutlak. Tetapi hendaknya kita ingat pula bahwa yang dimaksudkan itu adalah yang menyebabkan menjauhkan diri dari ketaatan kepada Allah Ta'ala ataupun yang melalaikan kita, sehingga lupa kepada hal-hal keakhiratan. Ayat-ayat dan Hadis-hadis yang menjelaskan persoalan untuk giat mencari kebahagiaan di dunia itu banyak sekali.

Demikian pula Hadis yang di bawahnya, agar kita jangan terpengaruh dengan banyaknya tanah yang kita miliki. Inipun sejiwa dengan yang di atas, yakni memiliki banyak boleh saja, asalkan jangan sampai mencintainya melebihi dari soal-soal keakhiratan, sampai-sampai lupa kepada ajaran agama karena terpesona dengan banyaknya hartabenda.

Nomor: 476
Dari Abdullah bin Mas'ud رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Janganlah engkau semua terlampau cinta dalam mencari sesuatu untuk kehidupan, sebab dengan terlampau mencintainya itu, maka engkau semua akan mencintai pula keduniaan."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

Nomor: 477
Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم berjalan melalui kita dan kita saat itu sedang mengerjakan perbaikan rumah, lalu beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Apa ini?" Kita menjawab: "Rumah ini telah lemah - rusak, maka itu kita memperbaikinya." Beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Saya tidak mengerti akan perkara ajal, melainkan akan lebih cepat datangnya dari selesainya perbaikan ini."

Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dengan isnadnya Imam-imam Bukhari dan Muslim dan Imam Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

Nomor: 478
Dari Ka'ab bin 'lyadh رضي الله عنه, katanya: "Saya mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:

"Sesungguhnya setiap ummat itu ada fitnahnya dan fitnah ummatku ialah harta."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

Nomor: 479
Dari Abu 'Amr, ada yang mengatakan Abu Abdillah, ada pula yang mengatakan Abu Laila yaitu Usman bin Affan رضي الله عنه bahwasanya Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda:

"Tidak ada hak apapun bagi anak Adam - yakni manusia - selain dari perkara-perkara ini, yaitu rumah yang menjadi tempat kediamannya, pakaian yang digunakan untuk menutupi auratnya dan roti tawar - tanpa lauk - beserta air."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Imam Termidzi berkata: "Saya mendengar Abu Dawud yaitu Sulaiman bin Aslam al-Balkhi berkata: "Saya mendengar an-Nadhr bin Syumail, katanya: Aljilfu itu ialah roti tanpa lauk." Lainnya lagi berkata: "Yaitu roti yang kasar," sedang Alharawi berkata: "Yang dimaksudkan di sini ialah wadah roti seperti juwatik dan khurj." Wallahu a'lam.

Nomor: 480
Dari Abdullah bin as-Sikhkhir - dengan kasrahnya sin dan kha' yang disyaddahkan serta mu'jamah keduanya رضي الله عنه, bahwasanya ia berkata: "Saya datang kepada Nabi صلی الله عليه وسلم dan beliau sedang membaca ayat - yang artinya: "Engkau semua dilalaikan oleh perlombaan memperbanyak kekayaan." Lalu beliau bersabda: "Anak Adam itu berkata: "Hartaku, hartaku! Padahal harta yang benar-benar menjadi milikmu itu, hai anak Adam, ialah apa-apa yang engkau makan lalu engkau habiskan, apa- apa yang engkau pakai, lalu engkau rusakkan atau apa-apa yang engkau sedekahkan lalu engkau lampaukan - dengan tetap adanya pahala." (Riwayat Muslim)

Nomor: 481
Dari Abdullah bin Mughaffal رضي الله عنه, katanya: "Ada seorang lelaki berkata kepada Nabi صلی الله عليه وسلم: "Ya Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya saya ini niscaya cinta kepada Tuan." Beliau lalu bersabda: "Lihatlah baik-baik apa yang engkau ucapkan itu."Orang itu berkata lagi: 

"Demi Allah, sesungguhnya saya ini niscayalah cinta kepada Tuan." Dia berkata demikian sampai tiga kali. Kemudian beliau صلی الله عليه وسلم bersabda: "Jikalau engkau mencintai saya, maka sediakanlah sebuah baju tijfaf untuk menempuh kefakiran, sebab sesungguhnya kefakiran itu lebih cepat mengenai orang yang mencintai saya daripada cepatnya air banjir sampai di tempat penghabisannya."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Attijfaf dengan kasrahnya ta' mutsannat dan sukunnya jim dan dengan fa' yang dirangkapkan yaitu sesuatu yang dikenakan pada kuda untuk menjaga dirinya dari bahaya - senjata dan lain-lain, dan kadang-kadang pakaian sedemikian itu juga dikenakan oleh manusia.

Penjelasan:
Mungkin kita akan merasakan suatu keanehan pada sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم kepada orang yang menyatakan cintanya kepada beliau, lalu beliau bersabda supaya orang itu bersiap-siap mengenakan baju kefakiran. Mengapa demikian dan apakah ada di balik sabda beliau itu yang sebenarnya?

Kita wajib ingat bahwa orang yang menyatakan dirinya kepada Nabi صلی الله عليه وسلم, baik orang di zaman sahabat dahulu ataupun di zaman kita ini, berarti ia merasa ikut bertanggungjawab menyebarluaskan agama yang benar yakni Islam yang dibawa olehnya, bersedia berkorban, sanggup menderita dalam menghadapi siapapun yang hendak menghalang-halangi perkembangan agama itu. Untuk berkorban itu, bukan hanya berupa omongan yang keluar dari bibir yang tak bertulang, tetapi wajib disertai dengan perbuatan, dengan menginfakkan dan membelanjakan harta, menyumbangkan tenaga dan fikiran dan bilamana diperlukan berjihadpun suka mengikutinya. Jadi bukan sebaliknya, misalnya mengakukan dirinya mencintai Nabi صلی الله عليه وسلم, namun perbuatannya jauh bertentangan dengan ajaran yang dibawa oleh Islam.

Karena itu, jikalau benar-benar mencintai Nabi, pengabdian dan pengorbanan wajib ada. Orang yang bersikap demikian itulah yang dimaksudkan oleh beliau صلی الله عليه وسلم supaya menyiapkan diri untuk mengenakan baju tijfaf liifaqri sebagaimana yang tercantum dalam Hadis di atas. Wallahu a'lam.

Nomor: 482
Dari Ka'ab bin Malik رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Tidaklah dua ekor serigala yang lapar yang dikirimkan ke tempat kambing itu lebih berbahaya padanya daripada tamaknya seseorang itu pada harta dan kemegahan dalam membahayakan agamanya,"

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

Nomor: 483
Dari Abdullah bin Mas'ud رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم tidur di atas selembar tikar, lalu bangun sedang di lambungnya tampak bekas tikar itu. Kami berkata: "Ya Rasulullah, alangkah baiknya kalau kita ambilkan saja sebuah kasur untuk Tuan." Beliau bersabda: "Apakah untukku ini dan apa pula untuk dunia -maksudnya: bagaimana saya akan senang pada dunia ini. Saya di dunia ini tidaklah lain kecuali seperti seorang yang mengendarai kenderaan yang bernaung di bawah pohon, kemudian tentu akan pergi dan meninggalkan pohon itu."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

Nomor: 484
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, katanya: "Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
"Orang-orang fakir itu akan masuk syurga sebelum orang-orang kaya dengan selisih waktu lima ratus tahun."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.

Nomor: 485
Dari Ibnu Abbas dan Imran bin Hushain radhiallahu 'anhum dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya:

"Saya telah menjenguk dalam syurga, maka saya melihat bahwa sebagian banyak penghuninya adatah kaum fakir dan saya juga telah menjenguk dalam neraka, maka saya melihat bahwa sebagian banyak penghuninya adalah para wanita."

Muttafaq 'alaih dari riwayat Ibnu Abbas. Imam Bukhari meriwayatkan pula dari riwayatnya Imran bin Hushain.

Nomor: 486
Dari Usamah bin Zaid, radhiallahu 'anhuma dari Nabi صلی الله عليه وسلم sabdanya:

"Saya berdiri di pintu syurga, maka sebagian besar orang yang memasukinya itu ialah orang- orang miskin, sedang orang-orang yang kaya - berharta - semua ditahan dulu, hanya saja orang-orang yang menjadi ahli neraka telah diperintah untuk dimasukkan dalam neraka seluruhnya." (Muttafaq 'alaih)

Aljaddu ialah bagian harta dan kekayaan, Hadis ini telah lalu keterangannya dalam bab: Keutamaan kaum lemah.

Nomor: 487
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi صلی الله عليه وسلم, sabdanya: "Setepat-tepatnya kalimat yang diucapkan oleh seseorang syair ialah ucapan Labid - yang artinya: "Ingatlah, semua benda yang selain Allah adalah batil - atau rusak dan tidak kekal." (Muttafaq 'alaih)

Lanjutan dari sya'ir di atas ialah:
"Dan setiap kenikmatan itu pasti akan hilang yakni tidak kekal."
Jadi yang disabdakan oleh Nabi صلی الله عليه وسلم hanyalah separuh bait yang pertama, sedang yang lanjutannya tidak. Sebabnya ialah karena ada sesuatu kenikmatan yang tetap kekal, yaitu kenikmatan yang akan diperoleh ahli syurga, apabila mereka telah berada di dalamnya. Kenikmatan di situ kekal abadi dan tidak akan lenyap sampai kapanpun juga.