عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ بَيْعِ الثِّمَارِ حَتَّى يَبْدُوَ صَلَاحُهَا نَهَى الْبَائِعَ وَالْمُشْتَرِيَ
3367. Dari Abdullah bin Umar bahwasanya Rasulullah SAW melarang jual beli buah-buahan yang belum masak; Rasul melarang baik penjual dan pembelinya. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ بَيْعِ النَّخْلِ حَتَّى يَزْهُوَ وَعَنْ السُّنْبُلِ حَتَّى يَبْيَضَّ وَيَأْمَنَ الْعَاهَةَ نَهَى الْبَائِعَ وَالْمُشْتَرِيَ
3368. Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah SAW melarang jual beli kurma dari pohonnya sampai kurma itu masak dan melarang jual beli biji-bijian sampai masak dan aman dari hama; Rasulullah SAW melarang baik pembeli dan penjualnya. (Shahih: Muslim)
جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تُبَاعَ الثَّمَرَةُ حَتَّى تُشْقِحَ قِيلَ وَمَا تُشْقِحُ قَالَ تَحْمَارُّ وَتَصْفَارُّ وَيُؤْكَلُ مِنْهَا
3370. Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, "Rasulullah SAW melarang menjual buah-buahan sampai menguning, Rasulullah SAW ditanya, apa yang dimaksud dengan menguning? Rasul menjawab, "Yaitu ketika buah-buahnya memerah dan menguning dan dapat dimakan." (Shahih: Muttafaq 'Alaih) dalam pembahasan tentang jual beli.
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ بَيْعِ الْعِنَبِ حَتَّى يَسْوَدَّ وَعَنْ بَيْعِ الْحَبِّ حَتَّى يَشْتَدَّ
3371. Dari Anas bahwasanya Nabi SAW melarang jual beli anggur sampai anggur itu berwama hitam dan melarang jual beli biji-bijian sampai biji-bijian itu menjadi matang. (Shahih: Ibnu Majah) 2217
يُونُسُ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا الزِّنَادِ عَنْ بَيْعِ الثَّمَرِ قَبْلَ أَنْ يَبْدُوَ صَلَاحُهُ وَمَا ذُكِرَ فِي ذَلِكَ فَقَالَ كَانَ عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ يُحَدِّثُ عَنْ سَهْلِ بْنِ أَبِي حَثْمَةَ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ كَانَ النَّاسُ يَتَبَايَعُونَ الثِّمَارَ قَبْلَ أَنْ يَبْدُوَ صَلَاحُهَا فَإِذَا جَدَّ النَّاسُ وَحَضَرَ تَقَاضِيهِمْ قَالَ الْمُبْتَاعُ قَدْ أَصَابَ الثَّمَرَ الدُّمَانُ وَأَصَابَهُ قُشَامٌ وَأَصَابَهُ مُرَاضٌ عَاهَاتٌ يَحْتَجُّونَ بِهَا فَلَمَّا كَثُرَتْ خُصُومَتُهُمْ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَالْمَشُورَةِ يُشِيرُ بِهَا فَإِمَّا لَا فَلَا تَتَبَايَعُوا الثَّمَرَةَ حَتَّى يَبْدُوَ صَلَاحُهَا لِكَثْرَةِ خُصُومَتِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ
3372. Dari Yunus, ia berkata, "Aku bertanya kepada Abu Zinad tentang jual beli buah-buahan sebelum masak. Apa hukumnya?" Lalu Abu Zinad menjawab, "Urwah bin Zubair pernah meriwayatkan hadits tentang itu, yaitu dari Sahal bin Abu Hatsmah dari Zaid bin Tsabit bahwasanya orang-orang melakukan jual beli buah-buahan sebelum masak. Ketika mereka benar-benar melakukannya dan masing-masing menerima haknya, sang pembeli berkata, "Buah yang aku beli membusuk, terkena hama, terkena penyakit —ragam musibah yang dikeluhkan—." Setelah persengketaan mereka semakin banyak terjadi, Rasulullah SAW bersabda dengan maksud memberikan petunjuk kepada mereka, "Kalian jangan melakukan jual beli buah sampai buah itu masak." Rasulullah memberikan petunjuk ini karena mereka semakin sering bersengketa. (Shahih) Ahadits Al Buyu', sementara riwayat Bukhari dengan sanad Mu 'allaq.
عَنْ جَابِرٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ بَيْعِ الثَّمَرِ حَتَّى يَبْدُوَ صَلَاحُهُ وَلَا يُبَاعُ إِلَّا بِالدِّينَارِ أَوْ بِالدِّرْهَمِ إِلَّا الْعَرَايَا
3373. Dari Jabir bahwasanya Nabi SAW melarang jual beli buah kecuali sudah masak. Buah harus dijual dengan uang Dirham atau Dinar kecuali jual beli 'araya. {Shahih: Ibnu Majah) 2216, Muttafaq 'Alaih