عَنْ سَعِيدٍ قَالَ كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَقُولُ الدِّيَةُ لِلْعَاقِلَةِ وَلَا تَرِثُ الْمَرْأَةُ مِنْ دِيَةِ زَوْجِهَا شَيْئًا حَتَّى قَالَ لَهُ الضَّحَّاكُ بْنُ سُفْيَانَ كَتَبَ إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أُوَرِّثَ امْرَأَةَ أَشْيَمَ الضِّبَابِيِّ مِنْ دِيَةِ زَوْجِهَا فَرَجَعَ عُمَرُ
عَنْ سَعِيدٍ وَقَالَ فِيهِ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَعْمَلَهُ عَلَى الْأَعْرَابِ
2927. Dari Sa'id: Umar bin Khaththab pernah berkata: Denda pembunuhan adalah untuk 'aqilah (keluarga dekat yang menanggung diyatnya) Seorang perempuan tidak berhak sedikit pun atas denda pembunuhan (yang dilakukan) suaminya." Ad-Dhahhak bin Sufyan lalu berkata kepadanya, "Rasulullah SAW pernah menyurati kami untuk memberikan warisan berupa denda pembunuhan yang dilakukan suaminya kepada seorang perempuan." Umar pun mencabut kata-katanya tadi.
Dalam riwayat lain: Rasulullah melakukan hal itu kepada seorang Arab Badui. {Shahih)