عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ أَنَّ خَطِيبًا خَطَبَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ رَشِدَ وَمَنْ يَعْصِهِمَا فَقَالَ قُمْ أَوْ قَالَ اذْهَبْ فَبِئْسَ الْخَطِيبُ أَنْتَ
4981. Dari Adi bin Hatim bahwa seorang khatib berkhutbah di hadapan Nabi SAW. Khatib itu berkata, "Barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya, ia benar-benar mendapat petunjuk dan orang yang bermaksiat kepada keduanya." Nabi pun berkata, "Berdirilah —atau berkata— pergilah, karena seburuk-buruknya khatib adalah engkau." Shahih: Muslim, telab disebutkan dalam hadits no. 1099.
عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ عَنْ رَجُلٍ قَالَ كُنْتُ رَدِيفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَثَرَتْ دَابَّةٌ فَقُلْتُ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَقَالَ لَا تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولُ بِقُوَّتِي وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ
4982. Dari Abu Malih, dari seorang lelaki, ia berkata, "Aku membonceng Nabi SAW, tiba-tiba binatang tunggangannya tergelincir. Aku berkata 'celakalah setan.' Nabi pun berkata, 'Janganlah kau katakan 'celakalah setan ' karena jika engkau berkata demikian, setan itu akan membesar hingga seperti rumah dan berkata, 'demi kekuatanku'. Melainkan ucapkanlah bismillah (dengan nama Allah) karena jika engkau ucapkan itu, maka setan akan mengecil hingga seperti lalat'. " Shahih: Al Kalim Ath-Thayyib (237)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا سَمِعْتَ وَقَالَ مُوسَى إِذَا قَالَ الرَّجُلُ هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ أَهْلَكُهُمْ قَالَ أَبُو دَاوُد قَالَ مَالِكٌ إِذَا قَالَ ذَلِكَ تَحَزُّنًا لِمَا يَرَى فِي النَّاسِ يَعْنِي فِي أَمْرِ دِينِهِمْ فَلَا أَرَى بِهِ بَأْسًا وَإِذَا قَالَ ذَلِكَ عُجْبًا بِنَفْسِهِ وَتَصَاغُرًا لِلنَّاسِ فَهُوَ الْمَكْرُوهُ الَّذِي نُهِيَ عَنْهُ
4983. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Jika engkau mendengar Musa berkata, jika seseorang berkata 'celakalah orang-orang' maka ia adalah orang yang paling celaka." Abu Daud berkata, "Malik (perawi) berkata, 'Jika ia berkata demikian karena sedih atas apa yang ia lihat pada orang-orang —yakni dalam urusan agama mereka— menurutku hal itu tidak mengapa. Namun jika ia berkata demikian karena merasa takjub akan dirinya dan memandang remeh orang lain, maka hal itu dibenci dan dilarang untuk dilakukan. Shahih: Muslim