Shahih Sunan Abu Daud Kitab WASIAT 13. Orang yang Mewakafkan Tanah

Posted by Unknown on Senin, 13 Mei 2013



عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ أَصَابَ عُمَرُ أَرْضًا بِخَيْبَرَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَصَبْتُ أَرْضًا لَمْ أُصِبْ مَالًا قَطُّ أَنْفَسَ عِنْدِي مِنْهُ فَكَيْفَ تَأْمُرُنِي بِهِ قَالَ إِنْ شِئْتَ حَبَّسْتَ أَصْلَهَا وَتَصَدَّقْتَ بِهَا فَتَصَدَّقَ بِهَا عُمَرُ أَنَّهُ لَا يُبَاعُ أَصْلُهَا وَلَا يُوهَبُ وَلَا يُوَرَّثُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْقُرْبَى وَالرِّقَابِ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَزَادَ عَنْ بِشْرٍ وَالضَّيْفِ ثُمَّ اتَّفَقُوا لَا جُنَاحَ عَلَى مَنْ وَلِيَهَا أَنْ يَأْكُلَ مِنْهَا بِالْمَعْرُوفِ وَيُطْعِمَ صَدِيقًا غَيْرَ مُتَمَوِّلٍ فِيهِ زَادَ عَنْ بِشْرٍ قَالَ وَقَالَ مُحَمَّدٌ غَيْرَ مُتَأَثِّلٍ مَالًا

2878. Dari Ibnu Umar, dia berkata: Umar memperoleh tanah di Khaibar, lalu dia mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, "Aku memperoleh tanah dan tidak pernah memperoleh (tanah) yang lebih baik dari itu! Apakah yang engkau perintahkan kepadaku tentang tanah itu, wahai Rasulullah?" Rasulullah bersabda, "Jika engkau ingin, wakafkanlah tanah tersebut dan bersedekahlah dengan hasilnya.'" Umar lalu bersedekah dengan hasil tanah itu. Tanah itu tidak dijual, tidak dihibahkan, tidak diwariskan kepada fakir miskin, para kerabat, budak, dan orang yang berjuang di jalan Allah, serta orang yang dalam perjalanan (tamu), dan tidak dilarang (tidak berdosa) bagi orang yang mengurusnya untuk memakan hasilnya dengan cara yang baik, dan boleh memberi makan temannya tanpa memilikinya."

Dalam riwayat lain ditambahkan, "Tanpa memilki tanah tersebut (pokok/modalnya)" (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ صَدَقَةِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ نَسَخَهَا لِي عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ هَذَا مَا كَتَبَ عَبْدُ اللَّهِ عُمَرُ فِي ثَمْغٍ فَقَصَّ مِنْ خَبَرِهِ نَحْوَ حَدِيثِ نَافِعٍ قَالَ غَيْرَ مُتَأَثِّلٍ مَالًا فَمَا عَفَا عَنْهُ مِنْ ثَمَرِهِ فَهُوَ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ قَالَ وَسَاقَ الْقِصَّةَ قَالَ وَإِنْ شَاءَ وَلِيُّ ثَمْغٍ اشْتَرَى مِنْ ثَمَرِهِ رَقِيقًا لِعَمَلِهِ وَكَتَبَ مُعَيْقِيبٌ وَشَهِدَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْأَرْقَمِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ هَذَا مَا أَوْصَى بِهِ عَبْدُ اللَّهِ عُمَرُ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ إِنْ حَدَثَ بِهِ حَدَثٌ أَنَّ ثَمْغًا وَصِرْمَةَ بْنَ الْأَكْوَعِ وَالْعَبْدَ الَّذِي فِيهِ وَالْمِائَةَ سَهْمٍ الَّتِي بِخَيْبَرَ وَرَقِيقَهُ الَّذِي فِيهِ وَالْمِائَةَ الَّتِي أَطْعَمَهُ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْوَادِي تَلِيهِ حَفْصَةُ مَا عَاشَتْ ثُمَّ يَلِيهِ ذُو الرَّأْيِ مِنْ أَهْلِهَا أَنْ لَا يُبَاعَ وَلَا يُشْتَرَى يُنْفِقُهُ حَيْثُ رَأَى مِنْ السَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ وَذَوِي الْقُرْبَى وَلَا حَرَجَ عَلَى مَنْ وَلِيَهُ إِنْ أَكَلَ أَوْ آكَلَ أَوْ اشْتَرَى رَقِيقًا مِنْهُ

2879. Dari Yahya bin Said, tentang sedekah Umar bin Khaththab, dia berkata: Abdul Hamid bin Abdullah bin Abdullah bin Umar bin Khaththab menuliskannya untukku:

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang

Surat ini ditulis oleh hamba Allah, Umar, di Tsamug... lalu dia menceritakannya seperti hadits Nafi'.

Dia berkata (tentang isi surat Umar), "Tanpa memiliki harta (pokok/modal) tersebut, adapun jika ada buahnya maka diperuntukkan bagi peminta-minta dan orang-orang yang membutuhkan. Lalu diceritakanlah kisahnya... dia berkata, "Apabila pemimpin Tsamug hendak membeli budak dari hasil buah tanah tersebut untuk mengerjakan tanah tersebut maka diperbolehkan..."

Muaiqib menulis dan disaksikan oleh Abdulullah bin Arqam:

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Surat ini diwasiatkan oleh hamba Allah, Umar Amirul Mukminin —jika terjadi sesuatu— sesungguhnya tanah di Tsamug, Shirmah bin Akwa', hamba sahaya yang ada di situ, seratus bagian di wilayah Khaibar dan hamba sahaya yang berada di situ, serta seratus (hewan atau yang lain) yang diberikan Rasulllah SAW untuk dimakan di bukit itu, akan tetap pada kekuasaan Hafshah selagi dia hidup, lalu diteruskan oleh orang-orang yang ahli dari keluarganya; tidak boleh dijualbelikan dan harus diinfakan untuk peminta-minta dan orang-orang lemah, atau kerabat. Orang yang mengurusnya boleh memakan hasilnya atau memberi makan orang lain, atau membeli budak dari hasil tanah itu. (Shahih dan Jayyid)