Shahih Sunan Abu Daud Kitab PAJAK, KEPEMIMPINAN DAN FAI 37. Menghidupkan Tanah yang Mati

Posted by Unknown on Senin, 13 Mei 2013



عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحْيَا أَرْضًا مَيْتَةً فَهِيَ لَهُ وَلَيْسَ لِعِرْقٍ ظَالِمٍ حَقٌّ

3073. Dari Sa'id bin Zaid bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang menghidupkan tanah mati (tak bertuan) maka tanah itu adalah miliknya, dan tidak ada hak bagi orang lain untuk menanaminya tanpa seizinnya. " (Shahih: At-Tirmidzi 1407)

عُرْوَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحْيَا أَرْضًا مَيْتَةً فَهِيَ لَهُ وَذَكَرَ مِثْلَهُ قَالَ فَلَقَدْ خَبَّرَنِي الَّذِي حَدَّثَنِي هَذَا الْحَدِيثَ أَنَّ رَجُلَيْنِ اخْتَصَمَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَرَسَ أَحَدُهُمَا نَخْلًا فِي أَرْضِ الْآخَرِ فَقَضَى لِصَاحِبِ الْأَرْضِ بِأَرْضِهِ وَأَمَرَ صَاحِبَ النَّخْلِ أَنْ يُخْرِجَ نَخْلَهُ مِنْهَا قَالَ فَلَقَدْ رَأَيْتُهَا وَإِنَّهَا لَتُضْرَبُ أُصُولُهَا بِالْفُؤُوسِ وَإِنَّهَا لَنَخْلٌ عُمٌّ حَتَّى أُخْرِجَتْ مِنْهَا

3074. Dari Urwah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang menghidupkan tanah yang mati maka tanah itu adalah miliknya... " Perawi menuturkan seperti hadits di atas.

Perawi berkata: Orang yang telah meriwayatkan hadits ini kepadaku telah memberi tahu kepadaku bahwa ada dua lelaki yang bersengketa datang kepada Rasulullah SAW, salah satu dari dua lelaki itu menanam kurma di tanah yang lain. Kemudian Rasulullah SAW memutuskan kepada pemilik tanah bahwa tanah itu miliknya dan memerintah kepada penanam untuk mengeluarkan tanamannya itu dari tanah pemiliknya. Perawi itu berkata lagi: Aku telah melihat pohon kurma itu dipukuli batang pohonnya dengan kampak, yang mana pohon kurma itu sangat tinggi, sampai akhirnya dikeluarkan dari tanah tersebut. (Hasan) Al Irwa' (5/355).

بِإِسْنَادِهِ وَمَعْنَاهُ إِلَّا أَنَّهُ قَالَ عِنْدَ قَوْلِهِ مَكَانَ الَّذِي حَدَّثَنِي هَذَا فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَكْثَرُ ظَنِّي أَنَّهُ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ فَأَنَا رَأَيْتُ الرَّجُلَ يَضْرِبُ فِي أُصُولِ النَّخْلِ

3075. Dari Urwah... dengan sanad dan makna di atas. Ia berkata: Lalu seorang lelaki dari sahabat Rasulullah SAW, —dugaan besar saya lelaki tersebut adalah Abu Said Al Khudri— berkata, "Aku melihat lelaki menebangi batang pohon kurma." (Hasan)lihat hadits sebelumnya.

عَنْ عُرْوَةَ قَالَ أَشْهَدُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَضَى أَنَّ الْأَرْضَ أَرْضُ اللَّهِ وَالْعِبَادَ عِبَادُ اللَّهِ وَمَنْ أَحْيَا مَوَاتًا فَهُوَ أَحَقُّ بِهِ جَاءَنَا بِهَذَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِينَ جَاءُوا بِالصَّلَوَاتِ عَنْهُ

3076. Dari Urwah, ia berkata: Aku bersaksi bahwasanya Rasulullah SAW memutuskan bahwa tanah adalah tanah milik Allah, para hamba adalah para hamba milik Allah. Dan siapa yang menghidupkan tanah yang mati maka dia lebih berhak atas tanah itu. Keputusan ini telah datang kepadaku dari orang-orang yang datang mengucapkan shalawat kepadanya. {Shahih)

قَالَ هِشَامٌ الْعِرْقُ الظَّالِمُ أَنْ يَغْرِسَ الرَّجُلُ فِي أَرْضِ غَيْرِهِ فَيَسْتَحِقَّهَا بِذَلِكَ

قَالَ مَالِكٌ وَالْعِرْقُ الظَّالِمُ كُلُّ مَا أُخِذَ وَاحْتُفِرَ وَغُرِسَ بِغَيْرِ حَقٍّ

3078. Dari Hisyam, ia berkata: Al 'Irqu azh-Zhalim, yaitu seseorang menanam di tanah orang lain yang dengan itu ia ingin memiliki tanah tersebut.

Malik (salah satu perawi hadits) berkata: Al 'Irqu azh-Zhalim, yaitu setiap sesuatu yang diambil, digali, dan ditanam dengan tanpa hak. {Shahih Maqthu')

عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ غَزَوْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبُوكَ فَلَمَّا أَتَى وَادِي الْقُرَى إِذَا امْرَأَةٌ فِي حَدِيقَةٍ لَهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ اخْرُصُوا فَخَرَصَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَةَ أَوْسُقٍ فَقَالَ لِلْمَرْأَةِ أَحْصِي مَا يَخْرُجُ مِنْهَا فَأَتَيْنَا تَبُوكَ فَأَهْدَى مَلِكُ أَيْلَةَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَغْلَةً بَيْضَاءَ وَكَسَاهُ بُرْدَةً وَكَتَبَ لَهُ يَعْنِي بِبَحْرِهِ قَالَ فَلَمَّا أَتَيْنَا وَادِي الْقُرَى قَالَ لِلْمَرْأَةِ كَمْ كَانَ فِي حَدِيقَتِكِ قَالَتْ عَشْرَةَ أَوْسُقٍ خَرْصَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي مُتَعَجِّلٌ إِلَى الْمَدِينَةِ فَمَنْ أَرَادَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَعَجَّلَ مَعِي فَلْيَتَعَجَّلْ

3079. Dari Abu Humaid As-Sa'idi, ia berkata: Aku bersama Rasulullah SAW pernah menyerang Tabuk. Setelah sampai di Wadil Qura, (kami melihat) seorang perempuan berada di kebon miliknya.

Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada para sahabat, "Taksirlah (buah yang ada). " Rasulullah SAW menaksir (menghitung dengan kira-kira) sebanyak sepuluh wasaq. Beliau berkata kepada perempuan tersebut, "Hitunglah buah-buah yang akan keluar. " Kemudian kami mendatangi Tabuk.

Raja Ailah memberi hadiah kepada Rasulullah SAW berupa bagal betina yang putih dan pakaian bergaris (burdah). Rasulullah SAW mengakui raja Ailah atas kekuasannya pada penduduk di sekitar laut itu. Abu Humaid berkata: Setelah kami mendatangi Wadil Qura, Rasulullah SAW berkata kepada perempuan, "Berapakah buah yang kamu hitung?" Perempuan itu menjawab, "Sepuluh wasaq, seperti yang telah dihitung Rasulullah SAW." Rasulullah SAW berkata, "Sesungguhnya aku mengambil jalan cepat menuju Madinah. Siapa yang ingin mengambil jalan cepat maka bergabunglah bersamaku. " (Shahih: Muttafaq 'Alaih)

عَنْ زَيْنَبَ أَنَّهَا كَانَتْ تَفْلِي رَأْسَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدَهُ امْرَأَةُ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ وَنِسَاءٌ مِنْ الْمُهَاجِرَاتِ وَهُنَّ يَشْتَكِينَ مَنَازِلَهُنَّ أَنَّهَا تَضِيقُ عَلَيْهِنَّ وَيُخْرَجْنَ مِنْهَا فَأَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تُوَرَّثَ دُورَ الْمُهَاجِرِينَ النِّسَاءُ فَمَاتَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ فَوُرِّثَتْهُ امْرَأَتُهُ دَارًا بِالْمَدِينَةِ

3080. Dari Zainab bahwasanya dia mencari kutu di kepala Rasulullah SAW, sedangkan di samping Rasulullah SAW terdapat istrinya Utsman bin Affan dan sekelompok perempuan dari golongan Muhajirin. Mereka mengadu tentang rumah-rumah mereka yang sempit dan dikeluarkannya mereka dari rumah-rumah itu. Atas dasar itu, Rasulullah SAW memerintah agar perempuan-perempuan itu diberi warisan rumah-rumah kaum Muhajirin. Kemudian Abdullah bin Mas'ud meninggal dunia dan istrinya diberi warisan rumah di Madinah. (Shahih)