Shahih Sunan Abu Daud Kitab SUNNAH 9. Para Khalifah

Posted by Unknown on Kamis, 09 Mei 2013




عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَجُلًا أَتَى إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي أَرَى اللَّيْلَةَ ظُلَّةً يَنْطِفُ مِنْهَا السَّمْنُ وَالْعَسَلُ فَأَرَى النَّاسَ يَتَكَفَّفُونَ بِأَيْدِيهِمْ فَالْمُسْتَكْثِرُ وَالْمُسْتَقِلُّ وَأَرَى سَبَبًا وَاصِلًا مِنْ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ فَأَرَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخَذْتَ بِهِ فَعَلَوْتَ بِهِ ثُمَّ أَخَذَ بِهِ رَجُلٌ آخَرُ فَعَلَا بِهِ ثُمَّ أَخَذَ بِهِ رَجُلٌ آخَرُ فَعَلَا بِهِ ثُمَّ أَخَذَ بِهِ رَجُلٌ آخَرُ فَانْقَطَعَ ثُمَّ وُصِلَ فَعَلَا بِهِ قَالَ أَبُو بَكْرٍ بِأَبِي وَأُمِّي لَتَدَعَنِّي فَلَأُعَبِّرَنَّهَا فَقَالَ اعْبُرْهَا قَالَ أَمَّا الظُّلَّةُ فَظُلَّةُ الْإِسْلَامِ وَأَمَّا مَا يَنْطِفُ مِنْ السَّمْنِ وَالْعَسَلِ فَهُوَ الْقُرْآنُ لِينُهُ وَحَلَاوَتُهُ وَأَمَّا الْمُسْتَكْثِرُ وَالْمُسْتَقِلُّ فَهُوَ الْمُسْتَكْثِرُ مِنْ الْقُرْآنِ وَالْمُسْتَقِلُّ مِنْهُ وَأَمَّا السَّبَبُ الْوَاصِلُ مِنْ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ فَهُوَ الْحَقُّ الَّذِي أَنْتَ عَلَيْهِ تَأْخُذُ بِهِ فَيُعْلِيكَ اللَّهُ ثُمَّ يَأْخُذُ بِهِ بَعْدَكَ رَجُلٌ فَيَعْلُو بِهِ ثُمَّ يَأْخُذُ بِهِ رَجُلٌ آخَرُ فَيَعْلُو بِهِ ثُمَّ يَأْخُذُ بِهِ رَجُلٌ آخَرُ فَيَنْقَطِعُ ثُمَّ يُوصَلُ لَهُ فَيَعْلُو بِهِ أَيْ رَسُولَ اللَّهِ لَتُحَدِّثَنِّي أَصَبْتُ أَمْ أَخْطَأْتُ فَقَالَ أَصَبْتَ بَعْضًا وَأَخْطَأْتَ بَعْضًا فَقَالَ أَقْسَمْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَتُحَدِّثَنِّي مَا الَّذِي أَخْطَأْتُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُقْسِمْ

4631. Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, "Abu Hurairah RA pernah berkata, 'Sesungguhnya ada seorang lelaki yang datang mengunjungi Rasululah SAW seraya berkata, "Suatu malam, aku bermimpi melihat sebuah naungan yang mengeluarkan minyak dan madu darinya. Kemudian kulihat orang-orang saling berebutan meraih dengan tangannya. Ada yang mendapatkan sedikit dan ada yang banyak. Kemudian kulihat ada sesuatu yang membentang dari langit ke bumi. Ternyata kulihat engkau, wahai Rasulallah. Engkau mengambilnya dan membuatmu menjadi mulia, lalu ada seorang lelaki lain yang mengambilnya dan ia pun tnenjadi mulia, kemudian ada lelaki lain lagi yang mengambilnya dan ia pun mengambilnya lantas terputuslah keutamaan itu. Kemudian setelah itu disambungkan lagi dan menjadi mulia dengan sebab itu.'

Abu Bakar menimpali, 'Demi ayah dan ibuku, izinkan aku tafsirkan mimpinya itu.' Rasulullah SAW menjawab, 'Silahkan.'

Abu Bakar berkata, 'Makna naungan adalah naungan Islam. Mengenai minyak dan madu, maknanya adalah kelembutan dan manisnya Al Qur'an. Orang yang dapat sedikit dan banyak dalam mimpi tersebut adalah orang yang sedikit dan banyak membaca Al Quran. Dan yang menjadi wasilah antara langit dan bumi adalah kebenaran yang engkau peroleh. Kemudian Allah SWT meninggikan dan memuliakanmu (Rasulullah). Kemudian setelah engkau akan ada seorang lelaki yang naik (ditinggikan), setelah itu ada lagi yang meneruskan, dan ia pun dimuliakan. Lalu setelah itu ada lagi yang meneruskan, dan ia juga dimuliakan. Setelah itu terputus, kemudian tersambung lagi dan menjadi tinggilah (mulia) ia. Wahai Rasulallah, apakah yang aku ungkapkan itu benar?' Rasulullah SAW menjawab, "Sebagian yang kamu gambarkan itu benar dan sebagiannya lagi salah.' Abu Bakar bertanya, 'Aku bersumpah, wahai Rasulullah, katakan bagian manakah dari penggambaranku yang salah?' Rasulullah SAW menjawab, ""Jangan (sembarangan) bersumpah'." Shahih: Muttafaq 'Alaih: (3268).

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ذَاتَ يَوْمٍ مَنْ رَأَى مِنْكُمْ رُؤْيَا فَقَالَ رَجُلٌ أَنَا رَأَيْتُ كَأَنَّ مِيزَانًا نَزَلَ مِنْ السَّمَاءِ فَوُزِنْتَ أَنْتَ وَأَبُو بَكْرٍ فَرَجَحْتَ أَنْتَ بِأَبِي بَكْرٍ وَوُزِنَ عُمَرُ وَأَبُو بَكْرٍ فَرَجَحَ أَبُو بَكْرٍ وَوُزِنَ عُمَرُ وَعُثْمَانُ فَرَجَحَ عُمَرُ ثُمَّ رُفِعَ الْمِيزَانُ فَرَأَيْنَا الْكَرَاهِيَةَ فِي وَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

4634. Dari Abu Bakrah, ia berkata, "Suatu hari Rasulullah SAW pernah bertanya, 'Siapakah diantara kalian yang bermimpi?' Kemudian seorang lelaki menjawab, "Aku bermimpi melihat seakan-akan sebuah timbangan turun dari langit, kemudian engkau ditimbang dengan Abu Bakar, dan timbanganmu lebih berat. Kemudian Umar ditimbang dengan Abu Bakar, ternyata timbangan Abu Bakar lebih berat. Setelah itu Utsman ditimbang dengan Umar, ternyata timbangan Umar lebih berat. Setelah itu, timbangan tersebut diangkat.' Saat itu, kami melihat wajah Rasulullah SAW menampakkan rona tidak-suka." Shahih: Tirmidzi (2403).

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ذَاتَ يَوْمٍ أَيُّكُمْ رَأَى رُؤْيَا فَذَكَرَ مَعْنَاهُ وَلَمْ يَذْكُرْ الْكَرَاهِيَةَ قَالَ فَاسْتَاءَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْنِي فَسَاءَهُ ذَلِكَ فَقَالَ خِلَافَةُ نُبُوَّةٍ ثُمَّ يُؤْتِي اللَّهُ الْمُلْكَ مَنْ يَشَاءُ

4535. Dari Abu Bakrah RA, "Suatu hari Rasulullah SAW bertanya, 'Adakah salah seorang dari kalian yang bermimpi?'... Kemudian Abu Bakrah memaparkan ceritanya seperti hadits sebelumnya, tanpa menyebutkan kalimat, "Saat itu, kami melihat wajah Rasuluilah SAW menampakkan rona tidak-suka." Tetapi mencantumkan kalimat, "Hal yang demikian membuat Rasululah SAW merasa tidak nyaman. Setelah itu, beliau (Rasuluilah SAW) bersabda, "Itulah khilafah kenabian. Setelah itu Allah SWT menjadikan kerajaan dan memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. " Shahih: Zhilal Al-Jannah, (1033 dan 1135-1136).

أَبَا الْأَعْيَسِ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَلْمَانَ يَقُولُ سَيَأْتِي مَلِكٌ مِنْ مُلُوكِ الْعَجَمِ يَظْهَرُ عَلَى الْمَدَائِنِ كُلِّهَا إِلَّا دِمَشْقَ

4639. Dari Abul A'yas Abdurrahman bin Salman, ia berkata, "Akan datang era dimana kekuasaan dipegang oleh pemimpin yang bukan orang Arab, kekuasannya meliputi semua kota kecuali Damaskus." Shahih isnad: Hadits maqthu'.

عَنْ مَكْحُولٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَوْضِعُ فُسْطَاطِ الْمُسْلِمِينَ فِي الْمَلَاحِمِ أَرْضٌ يُقَالُ لَهَا الْغُوطَةُ

4640. Dari Makhul, "Sesungguhnya Rasuluilah SAW pernah bersabda, "Kota kaum muslimin saat perang agung terjadi adalah sebuah lokasi yang dikenal dengan nama Al Ghuwthah. "Shahih: Lihat hadits no. 4298.

عَنْ عَاصِمٍ قَالَ سَمِعْتُ الْحَجَّاجَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُولُ اتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ لَيْسَ فِيهَا مَثْنَوِيَّةٌ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا لَيْسَ فِيهَا مَثْنَوِيَّةٌ لِأَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ عَبْدِ الْمَلِكِ وَاللَّهِ لَوْ أَمَرْتُ النَّاسَ أَنْ يَخْرُجُوا مِنْ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ فَخَرَجُوا مِنْ بَابٍ آخَرَ لَحَلَّتْ لِي دِمَاؤُهُمْ وَأَمْوَالُهُمْ وَاللَّهِ لَوْ أَخَذْتُ رَبِيعَةَ بِمُضَرَ لَكَانَ ذَلِكَ لِي مِنْ اللَّهِ حَلَالًا وَيَا عَذِيرِي مِنْ عَبْدِ هُذَيْلٍ يَزْعُمُ أَنَّ قِرَاءَتَهُ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا هِيَ إِلَّا رَجَزٌ مِنْ رَجَزِ الْأَعْرَابِ مَا أَنْزَلَهَا اللَّهُ عَلَى نَبِيِّهِ عَلَيْهِ السَّلَام وَعَذِيرِي مِنْ هَذِهِ الْحَمْرَاءِ يَزْعُمُ أَحَدُهُمْ أَنَّهُ يَرْمِي بِالْحَجَرِ فَيَقُولُ إِلَى أَنْ يَقَعَ الْحَجَرُ قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ فَوَاللَّهِ لَأَدَعَنَّهُمْ كَالْأَمْسِ الدَّابِرِ

4643. Dari 'Ashim, ia berkata, "Aku pernah mendengar Al Hajjaj —yang saat itu sedang berada di atas mimbar— berkata, "Bertakwalah kalian kepada Allah SWT semampu kalian. Tidak ada pilihan lain lagi. Dengarkanlah dan ta'atilah Amirul mukminin Abdul Malik; tidak ada pilihan lain. Demi Allah, jika aku perintahkan mereka untuk keluar dari salah satu pintu masjid, kemudian mereka keluar dari pintu yang lain; maka darah dan harta mereka halal bagiku, Demi Allah, kalau saja aku menghukum Rabi'ah dengan dengan suatu kesalahan, maka itu diperbolehkan oleh Allah bagiku. Wahai orang yang memaklumiku dan tidak menyalahkanku (dari Abdullah bin Mas'ud Al Hadzali), ia mengaku bahwa bacaannya berasal dari Allah, demi Allah, bacaan-bacaan itu tidak lebih dari sekedar syair-syair Arab Badui, Allah tidak menurunkannya kepada Nabi-Nya Alaihis salam. Dan, pemaklumanku dari kaum hamra' (maksudnya adalah orang asing dan badui), salah seorang dari mereka mengaku melempar batu, kemudian berkata, hingga batu ini jatuh akan terjadi sesuatu. Maka demi Allah, aku akan membiarkan mereka seperti hari sebelumnya. Shahih.

عَنْ الْأَعْمَشِ قَالَ سَمِعْتُ الْحَجَّاجَ يَقُولُ عَلَى الْمِنْبَرِ هَذِهِ الْحَمْرَاءُ هَبْرٌ هَبْرٌ أَمَا وَاللَّهِ لَوْ قَدْ قَرَعْتُ عَصًا بِعَصًا لَأَذَرَنَّهُمْ كَالْأَمْسِ الذَّاهِبِ يَعْنِي الْمَوَالِيَ

4644. Dari Al A'masy, dia berkata, "Aku mendengar Al Hajjaj berkata, 'Kaum mawali ini berhak mendapat hukuman potong, hanya saja demi Allah, kalau saja aku telah memukul dengan tongkat, niscaya aku akan membiarkan mereka seperti hari kemarin dulu'." Maksudnya adalah orang asing (selain Arab). Shahih.

عَنْ سُلَيْمَانَ الْأَعْمَشِ قَالَ جَمَّعْتُ مَعَ الْحَجَّاجِ فَخَطَبَ فَذَكَرَ حَدِيثَ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَيَّاشٍ قَالَ فِيهَا فَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا لِخَلِيفَةِ اللَّهِ وَصَفِيِّهِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مَرْوَانَ وَسَاقَ الْحَدِيثَ قَالَ وَلَوْ أَخَذْتُ رَبِيعَةَ بِمُضَرَ وَلَمْ يَذْكُرْ قِصَّةَ الْحَمْرَاءِ

4645. Dari Sulaiman Al A'masy, dia berkata, "Aku melakukan shalat Jum'at bersama Al Hajjaj, kemudian dia menyampaikan khutbah... dan (perawi) menyebutkan hadits [sebelum yang terdahulu], (Al Hajjaj) dalam khutbahnya berkata, "Maka dengarkanlah, patuhilah Khalifah Allah dan kekasih-Nya, Abdul Malik bin Marwan... kemudian perawi menyitir hadits selanjutnya, dia berkata, "Kalau saja aku menghukum Rabi'ah karena suatu kesalahan... namun ia tidak pernah menyinggung mengenai kisah kaum Al Hamra' (shahih)

عَنْ سَفِينَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خِلَافَةُ النُّبُوَّةِ ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ يُؤْتِي اللَّهُ الْمُلْكَ أَوْ مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ

قَالَ سَعِيدٌ قَالَ لِي سَفِينَةُ أَمْسِكْ عَلَيْكَ أَبَا بَكْرٍ سَنَتَيْنِ وَعُمَرُ عَشْرًا وَعُثْمَانُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ وَعَلِيٌّ كَذَا قَالَ سَعِيدٌ قُلْتُ لِسَفِينَةَ إِنَّ هَؤُلَاءِ يَزْعُمُونَ أَنَّ عَلِيًّا عَلَيْهِ السَّلَام لَمْ يَكُنْ بِخَلِيفَةٍ قَالَ كَذَبَتْ أَسْتَاهُ بَنِي الزَّرْقَاءِ يَعْنِي بَنِي مَرْوَانَ

4646. Dari Safinah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Khilafah kenabian berlangsung selama tiga puluh tahun. Kemudian Allah SWT memberikan kekuasaan kepada siapa yang Dia kehendaki." Hasan Shahih. At-Tirmidzi (2341).

Sa'id (perawi) berkata, "Safinah berkata kepadaku, "Hendaknya kamu bersama Abu Bakar selama dua tahun, bersama Umar selama sepuluh tahun dan bersama Utsman selama dua belas tahun; dan demikian pula bersama Ali."

Sa'id berkata, "Saat itu aku katakan kepada Safinah, "Sesungguhnya mereka menganggap bahwa Ali RA bukanlah Khalifah?"

Safinah menjawab, "Sungguh mereka; bani Zarqa' yakni Bani Marwan telah berdusta." Hasan.

عَنْ سَفِينَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خِلَافَةُ النُّبُوَّةِ ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ يُؤْتِي اللَّهُ الْمُلْكَ مَنْ يَشَاءُ أَوْ مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ

4647. Dari Safinah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Khilafah kenabian berlangsung selama tiga puluh tahun. Setelah itu, Allah SWT memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki -kekuasaan-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki—."

سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ فُلَانٌ إِلَى الْكُوفَةِ أَقَامَ فُلَانٌ خَطِيبًا فَأَخَذَ بِيَدِي سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ فَقَالَ أَلَا تَرَى إِلَى هَذَا الظَّالِمِ فَأَشْهَدُ عَلَى التِّسْعَةِ إِنَّهُمْ فِي الْجَنَّةِ وَلَوْ شَهِدْتُ عَلَى الْعَاشِرِ لَمْ إِيثَمْ قَالَ ابْنُ إِدْرِيسَ وَالْعَرَبُ تَقُولُ آثَمُ قُلْتُ وَمَنْ التِّسْعَةُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى حِرَاءٍ اثْبُتْ حِرَاءُ إِنَّهُ لَيْسَ عَلَيْكَ إِلَّا نَبِيٌّ أَوْ صِدِّيقٌ أَوْ شَهِيدٌ قُلْتُ وَمَنْ التِّسْعَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَطَلْحَةُ وَالزُّبَيْرُ وَسَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ قُلْتُ وَمَنْ الْعَاشِرُ فَتَلَكَّأَ هُنَيَّةً ثُمَّ قَالَ أَنَا

4648. Dari Sa'id bin Zaid bin Amr bin Nufail, ia berkata, "Ketika si fulan datang ke Kufah, si Fulan berkhutbah. Kemudian Sa'id bin Zaid mengambil tanganku dan berkata, Tidakkah kamu lihat orang zhalim ini. Sesungguhnya aku bersaksi bahwa kesembilan orang tersebut adalah ahli surga', dan seandainya aku bersaksi atas yang kesepuluh, maka aku tidak berdosa.

Ibnu Idris (perawi hadits ini) berkata, "Orang-orang Arab berkata, "(dengan lafadz) atsam" Aku katakan, "Siapakah kesembilan orang tersebut?" dia menjawab, "Rasulullah SAW bersabda, —pada saat beliau berada di gua Hira—, "Diamlah wahai Hira, sesungguhnya yang berada di atasmu adalah seorang Nabi, Shiddiq, dan Syahid." Aku tanyakan kembali, "Siapakah kesembilan orang tersebut?"

Dia menjawab, "Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'd bin Abu Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf."

Aku katakan lagi, "Dan yang kesepuluh?" Dia pun merasa sedikit keraguan, dan akhirnya berkata, "Aku." Shahih. Ibnu Majah (135).

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْأَخْنَسِ أَنَّهُ كَانَ فِي الْمَسْجِدِ فَذَكَرَ رَجُلٌ عَلِيًّا عَلَيْهِ السَّلَام فَقَامَ سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ فَقَالَ أَشْهَدُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنِّي سَمِعْتُهُ وَهُوَ يَقُولُ عَشْرَةٌ فِي الْجَنَّةِ النَّبِيُّ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ بْنُ الْعَوَّامِ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدُ بْنُ مَالِكٍ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَلَوْ شِئْتُ لَسَمَّيْتُ الْعَاشِرَ قَالَ فَقَالُوا مَنْ هُوَ فَسَكَتَ قَالَ فَقَالُوا مَنْ هُوَ فَقَالَ هُوَ سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ

4649. Dari Abdurrahman bin Al Akhnas, ketika ia tengah berada di dalam masjid, kemudian ada seorang lelaki menyebut nama Ali —Alaihis salam—. Saat itu, Sa'id bin Zaid berdiri dan berkata, "Aku bersaksi dengan Rasulullah SAW, sesunguhnya beliau pernah bersabda, 'Sepuluh orang berada di surga, Nabi berada di surga, Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair bin Al 'Awwam di surga, sa 'd bin Malik di surga, dan Abdur Rahman bin Auf di surga.

Jika aku mau, maka aku sebutkan yang ke sepuluh." Saat itu para jamaah yang hadir berkata, "Siapakah yang kesepuluh." Kemudian ia —Sa'id bin Zaid— terdiam. Mereka bertanya lagi, "Siapakah yang kesepuluh?" Ia menjawab, "Sa'id bin Zaid." Shahih: Ibnu Majah (1132).

رِيَاحُ بْنُ الْحَارِثِ قَالَ كُنْتُ قَاعِدًا عِنْدَ فُلَانٍ فِي مَسْجِدِ الْكُوفَةِ وَعِنْدَهُ أَهْلُ الْكُوفَةِ فَجَاءَ سَعِيدُ بْنُ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ فَرَحَّبَ بِهِ وَحَيَّاهُ وَأَقْعَدَهُ عِنْدَ رِجْلِهِ عَلَى السَّرِيرِ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْكُوفَةِ يُقَالُ لَهُ قَيْسُ بْنُ عَلْقَمَةَ فَاسْتَقْبَلَهُ فَسَبَّ وَسَبَّ فَقَالَ سَعِيدٌ مَنْ يَسُبُّ هَذَا الرَّجُلُ قَالَ يَسُبُّ عَلِيًّا قَالَ أَلَا أَرَى أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَبُّونَ عِنْدَكَ ثُمَّ لَا تُنْكِرُ وَلَا تُغَيِّرُ أَنَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَإِنِّي لَغَنِيٌّ أَنْ أَقُولَ عَلَيْهِ مَا لَمْ يَقُلْ فَيَسْأَلَنِي عَنْهُ غَدًا إِذَا لَقِيتُهُ أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَسَاقَ مَعْنَاهُ ثُمَّ قَالَ لَمَشْهَدُ رَجُلٍ مِنْهُمْ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْبَرُّ فِيهِ وَجْهُهُ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِ أَحَدِكُمْ عُمُرَهُ وَلَوْ عُمِّرَ عُمُرَ نُوحٍ

4650. Dari Riyah bin Al Harits, ia berkata, "Di Masjid Kufah aku pernah duduk di samping seorang lelaki dan dia bersama penduduk Kufah. Saat itu, datanglah Sa'id bin Zaid bin Amri bin Nufail. Kemudian orang tersebut menyambutnya dan mendudukannya di sebuah permadani. Setelah itu, datanglah laki-laki kufah yang bernama Qais bin Alqamah. Kemudian kedatangannya disambut pula. Laki-laki kufah tersebut mencaci-maki. Saat itu, Sa'id bertanya, "Siapakah laki-laki yang dicaci-maki olehnya?" Ia menjawab, "Dia mencela Ali."

Kemudian Sa'id berkata, "Aku mendengar para sahabat Nabi dicaci-maki di hadapan kalian. Mengapa kalian tidak mengingkari perilaku yang demikian dan mencegahnya? Sesunguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, —dan aku tidak ingin mengatakan sesuatu yang itdak pernah beliau katakan, beliau akan menanyaiku esok jika aku berjumpa dengannya— 'Abu Bakar di surga, Umar di surga...' dan melanjutkan riwayatnya dengan maknanya. Kemudian ia —Sa'id— berkata, "Sesungguhnya seorang saja dari mereka (para sahabat Nabi SAW) berdebu di wajahnya bersama Rasululah SAW; kondisi itu masih lebih baik dibandingkan seluruh amal perbuatan salah seorang dari kalian semasa hidupnya; meski ia dipanjangkan usianya seperti usia Nabi Nuh AS." Shahih.

أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَهُمْ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَعِدَ أُحُدًا فَتَبِعَهُ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ فَرَجَفَ بِهِمْ فَضَرَبَهُ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِرِجْلِهِ وَقَالَ اثْبُتْ أُحُدُ نَبِيٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ

4651. Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi SAW pernah mendaki gunung Uhud. Kemudian diikuti oleh Abu Bakar, Umar dan Utsman yang mengiringi beliau. Lalu tiba-tiba gunung Uhud bergetar, maka Rasulullah menghentakkan kakinya seraya bersabda,"Diamlah engkau wahai Uhud, (sesungguhnya diatasmu saat ini ada) seorang nabi, seorang ash-shiddiq (Abu Bakar) dan dua orang syahid (Umar dan Utsman)." Shahih: At-Tirmidzi (4133), Bukhari.

عَنْ جَابِرٍعَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ مِمَّنْ بَايَعَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ

4653. Dari Jabir RA, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda, "Tidak akan masuk neraka orang yang berbai'at di bawah pohon." Shahih: At-Tirmidzi (4133), Muslim.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مُوسَى فَلَعَلَّ اللَّهَ وَقَالَ ابْنُ سِنَانٍ اطَّلَعَ اللَّهُ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ فَقَالَ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ

4654. Dari Abu Huraira, dia berkata, "Rasulullah SAW pernah bersabda, "Kemungkinan Allah akan menjumpai para pejuang perang Badar, dan berkata, 'Berbuatlah sesuka hati kalian, sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian'." Hasan shahih. Muttafaq Alaih. haditsnya telah berlalu pada nomer (2650)

عَنْ الْمِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ قَالَ خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَمَنَ الْحُدَيْبِيَةِ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قَالَ فَأَتَاهُ يَعْنِي عُرْوَةَ بْنَ مَسْعُودٍ فَجَعَلَ يُكَلِّمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُلَّمَا كَلَّمَهُ أَخَذَ بِلِحْيَتِهِ وَالْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ قَائِمٌ عَلَى رَأْسِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَهُ السَّيْفُ وَعَلَيْهِ الْمِغْفَرُ فَضَرَبَ يَدَهُ بِنَعْلِ السَّيْفِ وَقَالَ أَخِّرْ يَدَكَ عَنْ لِحْيَتِهِ فَرَفَعَ عُرْوَةُ رَأْسَهُ فَقَالَ مَنْ هَذَا قَالُوا الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ

4655. Dari Miswar bin Makhramah, ia berkata, Nabi SAW pernah pergi di masa tengah diberlakukannya perjanjian Hudaibiah.... (lalu disebutkan lengkap haditsnya), dan dilanjutkan: (perawi berkata), "Lalu ada seseorang —yakni Urwah bin Mas'ud— mendatangi dan bercakap-cakap dengan beliau. Setiap kali Urwah berbincang dengan Rasulullah, ia memegang jenggot beliau. Maka saat itu Mughirah bin Syu'bah berdiri di hadapan Rasullullah SAW dan ia tengah memegang sebilah pedang, dengan mengenakan tameng muka untuk perang, maka ia segera memukul tangan Urwah dengan gagang pedangnya sambil berkata, "Jauhkanlah tanganmu dari jenggot beliau!" Maka Urwah segera mengangkat kepalanya seraya bertanya, "Siapakah ini?" Orang-orang menjawab, "(Dia adalah) Mughirah bin Syu'bah." Shahih: Bukhari, hadits ini telah disebutkan secara lengkap pada hadits no. 2765.