عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ عَلَى عَمَّتِهَا وَلَا الْعَمَّةُ عَلَى بِنْتِ أَخِيهَا وَلَا الْمَرْأَةُ عَلَى خَالَتِهَا وَلَا الْخَالَةُ عَلَى بِنْتِ أُخْتِهَا وَلَا تُنْكَحُ الْكُبْرَى عَلَى الصُّغْرَى وَلَا الصُّغْرَى عَلَى الْكُبْرَى
2065. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah seorang wanita dinikahi kemudian dinikahi pula bibi dari wanita tersebut, dan jangan pula seseorang menikah dengan seorang wanita, kemudian ia menikah juga dengan keponakan dari wanita tersebut. Jangan sampai seseorang menikahi seorang wanita, kemudian menikah pula dengan bibi wanita tersebut dari garis ibunya, dan janganlah seseorang menikah dengan seorang wanita kemudian ia menikah lagi dengan keponakan wanita tersebut dari (ibunya). Janganlah menikah dengan pernikahan seperti itu.' "(shahih, Bukhari)
أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجْمَعَ بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَخَالَتِهَا وَبَيْنَ الْمَرْأَةِ وَعَمَّتِهَا
2066. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW melarang (menikah) dengan mengumpulkan seorang wanita dengan bibinya dari pihak ibu, atau dengan bibinya dari pihak bapak. " (shahih. Muttafaq Alaih)
عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى { وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنْ النِّسَاءِ } قَالَتْ يَا ابْنَ أُخْتِي هِيَ الْيَتِيمَةُ تَكُونُ فِي حِجْرِ وَلِيِّهَا فَتُشَارِكُهُ فِي مَالِهِ فَيُعْجِبُهُ مَالُهَا وَجَمَالُهَا فَيُرِيدُ وَلِيُّهَا أَنْ يَتَزَوَّجَهَا بِغَيْرِ أَنْ يُقْسِطَ فِي صَدَاقِهَا فَيُعْطِيَهَا مِثْلَ مَا يُعْطِيهَا غَيْرُهُ فَنُهُوا أَنْ يَنْكِحُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يُقْسِطُوا لَهُنَّ وَيَبْلُغُوا بِهِنَّ أَعْلَى سُنَّتِهِنَّ مِنْ الصَّدَاقِ وَأُمِرُوا أَنْ يَنْكِحُوا مَا طَابَ لَهُمْ مِنْ النِّسَاءِ سِوَاهُنَّ قَالَ عُرْوَةُ قَالَتْ عَائِشَةُ ثُمَّ إِنَّ النَّاسَ اسْتَفْتَوْا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ هَذِهِ الْآيَةِ فِيهِنَّ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { وَيَسْتَفْتُونَكَ فِي النِّسَاءِ قُلْ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِيهِنَّ وَمَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ فِي يَتَامَى النِّسَاءِ اللَّاتِي لَا تُؤْتُونَهُنَّ مَا كُتِبَ لَهُنَّ وَتَرْغَبُونَ أَنْ تَنْكِحُوهُنَّ } قَالَتْ وَالَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ أَنَّهُ يُتْلَى عَلَيْهِمْ فِي الْكِتَابِ الْآيَةُ الْأُولَى الَّتِي قَالَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ فِيهَا { وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنْ النِّسَاءِ } قَالَتْ عَائِشَةُ وَقَوْلُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي الْآيَةِ الْآخِرَةِ { وَتَرْغَبُونَ أَنْ تَنْكِحُوهُنَّ } هِيَ رَغْبَةُ أَحَدِكُمْ عَنْ يَتِيمَتِهِ الَّتِي تَكُونُ فِي حِجْرِهِ حِينَ تَكُونُ قَلِيلَةَ الْمَالِ وَالْجَمَالِ فَنُهُوا أَنْ يَنْكِحُوا مَا رَغِبُوا فِي مَالِهَا وَجَمَالِهَا مِنْ يَتَامَى النِّسَاءِ إِلَّا بِالْقِسْطِ مِنْ أَجْلِ رَغْبَتِهِمْ عَنْهُنَّ قَالَ يُونُسُ وَقَالَ رَبِيعَةُ فِي قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ { وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى } قَالَ يَقُولُ اتْرُكُوهُنَّ إِنْ خِفْتُمْ فَقَدْ أَحْلَلْتُ لَكُمْ أَرْبَعًا
2068. Diriwayatkan dari Urwah bin Az-Zubair, bahwasanya beliau bertanya kepada Aisyah RA, istri Nabi SAW tentang firman Allah SWT yang berbunyi, "Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawini), maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi..." Aisyah menjawab, "Wahai anak saudaraku, maksudnya adalah anak wanita yang berstatus yatim yang berada dalam perlindungan walinya, dan sang wali berserikat dalam hartanya, kemudian sang wali takjub dengan harta dan kecantikan wanita yatim tersebut. Lalu sang wali berkeinginnan untuk menikahinya tanpa berlaku adil seperti yang lain dalam memberikan mahar. Maka mereka dilarang untuk berperilaku demikian, kecuali jika mereka mau bersikap adil dalam memberikan mahar, seperti yang lain dan memberikan mahar sebagaimana yang lain. Mereka diperintahkan untuk menikahi wanita-wanita lain yang diinginkan selain mereka. "Urwah berkata, "Aisyah berkata, 'Orang-orang meminta fatwa dari Rasulullah SAW setelah turunnya ayat ini kepada mereka, kemudian Allah SWT menurunkan ayat, "Dan mereka meminta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah, 'Allah SWT memberi fatwa kepadamu tentang mereka dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Quran. (Juga memfatwakan) tentang para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa-apa yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka...." Kemudian Aisyah berkata lagi. "Yang Allah SWT sebut -sebut kepada mereka dalam Al Kitab adalah ayat yang pertama. Yang Allah SWT mengatakan 'Apabila kamu tidak dapat berlaku adil terhadap wanita-wanita yatim, maka kawinilah selain mereka.' Aisyah berkata, 'Adapun pernyataan Allah SWT dalam ayat tersebut yang berbunyi "Dan kalian ingin menikahinya" adalah ketidakinginan salah seorang di antara kamu kepada wanita yatim yang berada dalam pemeliharaanmu yang sedikit hartanya serta tidak cantik. Maka mereka dilarang untuk menikahi wanita yatim yang cantik dan kaya kecuali jika dapat berbuat adil kepadanya. Rabiah berkata tentang firman Allah SWT "Apabila kamu sekalian takut berlaku tidak adil terhadap wanita-wanita yatim..." Ia berkata, "Tinggalkanlah mereka jika kamu khawatir, dan telah kami halalkan bagimu empat orang wanita. " (shahih, Muttafaq Alaih)
أَنَّ عَلِيَّ بْنَ الْحُسَيْنِ حَدَّثَهُ أَنَّهُمْ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ مِنْ عِنْدِ يَزِيدَ بْنِ مُعَاوِيَةَ مَقْتَلَ الْحُسَيْنِ بْنِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا لَقِيَهُ الْمِسْوَرُ بْنُ مَخْرَمَةَ فَقَالَ لَهُ هَلْ لَكَ إِلَيَّ مِنْ حَاجَةٍ تَأْمُرُنِي بِهَا قَالَ فَقُلْتُ لَهُ لَا قَالَ هَلْ أَنْتَ مُعْطِيَّ سَيْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنِّي أَخَافُ أَنْ يَغْلِبَكَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ وَايْمُ اللَّهِ لَئِنْ أَعْطَيْتَنِيهِ لَا يُخْلَصُ إِلَيْهِ أَبَدًا حَتَّى يُبْلَغَ إِلَى نَفْسِي إِنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ خَطَبَ بِنْتَ أَبِي جَهْلٍ عَلَى فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَسَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَخْطُبُ النَّاسَ فِي ذَلِكَ عَلَى مِنْبَرِهِ هَذَا وَأَنَا يَوْمَئِذٍ مُحْتَلِمٌ فَقَالَ إِنَّ فَاطِمَةَ مِنِّي وَأَنَا أَتَخَوَّفُ أَنْ تُفْتَنَ فِي دِينِهَا قَالَ ثُمَّ ذَكَرَ صِهْرًا لَهُ مِنْ بَنِي عَبْدِ شَمْسٍ فَأَثْنَى عَلَيْهِ فِي مُصَاهَرَتِهِ إِيَّاهُ فَأَحْسَنَ قَالَ حَدَّثَنِي فَصَدَقَنِي وَوَعَدَنِي فَوَفَّى لِي وَإِنِّي لَسْتُ أُحَرِّمُ حَلَالًا وَلَا أُحِلُّ حَرَامًا وَلَكِنْ وَاللَّهِ لَا تَجْتَمِعُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ وَبِنْتُ عَدُوِّ اللَّهِ مَكَانًا وَاحِدًا أَبَدًا
2069. Diriwayatkan dari Ali bin Al Husein, sesungguhnya mereka ketika datang ke kota Madinah pada zaman terbunuhnya Imam Husein RA oleh Yazid bin Muawiyah, mereka bertemu dengan Al Miswar bin Makhramah. Kemudian ia berkata kepada Imam Ali bin Husein RA, 'Apakah ada sesuatu yang ingin anda perintahkan kepadaku? " Imam Ali bin Husein menjawab, "Tidak, apakah anda memberikan pedang Rasulullah SAW? Sesungguhnya saya takut ada suatu kaum yang akan mengambilnya secara paksa darimu. Demi Allah, jika engkau berikan kepadaku, maka tak ada seorang pun yang mampu untuk mengambilnya sampai ajalku tiba. Sesungguhnya Ali bin Abi Thalib RA pernah meminang putri Abu Jahal, pada saat itu Fatimah telah menjadi istrinya. Kemudian saya mendengar Rasulullah SAW berkhutbah di hadapan manusia dari atas mimbarnya, dan usia saya pada saat itu telah baligh." Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Fatimah adalah dariku, saya mengkhawatirkan agamanya karena kecemburuannya. Al Miswar bin Makhram berkata, "Rasulullah SAW menyebutkan pertalian hubungannya dengan sebab perkawinan dengan Bani Abdi Syams, ia memujinya." Kemudian beliau SAW berkata, "Ia berbicara kepadaku dan ia mempercayaiku, berjanji kepadaku dan memenuhi janjinya. Sesungguhnya aku bukan menghalalkan sesuatu yang haram bagimu, juga tidak mengharamkan sesuatu yang halal bagimu. Akan tetapi demi Allah, tidak berkumpul antara putri Rasulullah SAW dengan putri musuh Allah SWT dalam satu tempat selamanya. " (shahih, Muttafaq Alaih)
قَالَ فَسَكَتَ عَلِيٌّ عَنْ ذَلِكَ النِّكَاحِ
2070. Diriwayatkan dari Ali bin Al Husein .. .dengan kalimat seperti ini. Kemudian ia (Ali bin Al Husein) berkata, "Kemudian Ali mengurungkan niatnya untuk menikahi. " (shahih, Muslim)
أَنَّ الْمِسْوَرَ بْنَ مَخْرَمَةَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُولُ إِنَّ بَنِي هِشَامِ بْنِ الْمُغِيرَةِ اسْتَأْذَنُونِي أَنْ يُنْكِحُوا ابْنَتَهُمْ مِنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ فَلَا آذَنُ ثُمَّ لَا آذَنُ ثُمَّ لَا آذَنُ إِلَّا أَنْ يُرِيدَ ابْنُ أَبِي طَالِبٍ أَنْ يُطَلِّقَ ابْنَتِي وَيَنْكِحَ ابْنَتَهُمْ فَإِنَّمَا ابْنَتِي بَضْعَةٌ مِنِّي يُرِيبُنِي مَا أَرَابَهَا وَيُؤْذِينِي مَا آذَاهَا
2071. Diriwayatkan dari Al Miswar bin Makhramah, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah SAW berbicara di atas mimbar, Rasulullah SAW berkata, "Sesungguhnya Bani Hasyim bin Al Mughirah telah meminta izin kepadaku untuk menikahkan putri mereka kepada Ali bin Abi Thalib, tapi aku tidak mengizinkannya, dan aku tidak mengizinkannya, dan tidak aku mengizinkannya (diulang tiga kali), kecuali jika Ali bin Abi Thalib mentalak anakku, dan menikah dengan anak mereka. Sesungguhnya anakku adalah bagian dari diriku. Aku akan senang dengan apa yang ia senang, dan aku akan merasa sakit terhadap rasa sakit yang ia rasakan. " (Shahih: Muttafaq Alaih)