أَنَّ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ سُئِلَ عَنْ الرَّجُلِ يُطَلِّقُ امْرَأَتَهُ ثُمَّ يَقَعُ بِهَا وَلَمْ يُشْهِدْ عَلَى طَلَاقِهَا وَلَا عَلَى رَجْعَتِهَا فَقَالَ طَلَّقْتَ لِغَيْرِ سُنَّةٍ وَرَاجَعْتَ لِغَيْرِ سُنَّةٍ أَشْهِدْ عَلَى طَلَاقِهَا وَعَلَى رَجْعَتِهَا وَلَا تَعُدْ
2186. Dari Imran bin Hushain: Ia ditanya tentang suami yang menthalak istrinya, tetapi kemudian langsung menggaulinya tanpa ada saksi dalam penthalakan dan ruju'-nya. Ia menjawab, "Engkau menthalak dan meruju' tidak berdasar pada Sunnah Nabi, maka jadikanlah persaksian atas penthalakan dan ruju' kepada sang istri, dan jangan ulangi lagi." (Shahili)